DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

MENIKAH (2)



MENIKAH (2)

0"Memang Jeevan kenapa Glad? apa kamu masih belum mencintai Jeevan? jawab aku dengan jujur Glad?" tanya Nadia dengan wajah sangat serius.     
0

"Aku tidak bisa menceritakannya sekarang. Aku rasa semuanya sudah terlambat." ucap Gladys sambil melihat dirinya yang sudah memakai pakaian pengantin.     

"Sudahlah Glad, jangan pernah ragu lagi pada Jeevan. Aku rasa dia mencintaimu dan membutuhkanmu." ucap Nadia sambil menggenggam tangan Gladys berusaha menenangkan hatinya.     

"Hem...aku harap juga begitu." Ucap Gladys dengan pandangan lurus ke depan.     

Tiba di rumah sakit, Nadia membantu Gladys keluar dari mobil. Beberapa orang yang melihat kedatangan Gladys menatap dengan tatapan aneh.     

"Kenapa dengan mereka? apa mereka tidak pernah melihat orang menikah?" tanya Gladys merasa menjadi wanita aneh.     

"Biarkan saja Glad, mereka merasa aneh karena kamu menikah bukan di gedung tapi di rumah sakit." Ucap Nadia dengan tersenyum.     

"Benar juga yang kamu katakan." ucap Gladys melihat dirinya dengan pakaian pengantin.     

"Sudahlah, kenapa kamu memikirkan penampilan kamu. Bukankah kamu memang mau menikah." ucap Nadia menuntun tangan Gladys ke arah kamar Tuan Mark.     

Di dalam kamar Tuan Mark, semuanya sudah berkumpul termasuk Penghulu, orang tua Jonathan dan juga Marcos.     

Jeevan berdiri di samping Jonathan sangat terkejut melihat kecantikan Gladys. Jevan tidak percaya di balik penampilan santai seorang Gladys terlihat sangat cantik dan anggun saat berpenampilan seorang pengantin.     

"Apa dia sangat cantik hingga kamu menatapnya seperti itu?" Ucap Jonathan saat melihat Jeevan tak berkedip menatap Gladys.     

Jevan hanya bisa menelan salivanya mendengar ucapan Jonathan.     

"Pak Penghulu untuk kebaikan Tuan Mark agar tidak terganggu lama-lama. Sebaiknya pernikahan bisa di mulai sekarang." ucap Tuan Darren sambil melihat jam tangannya.     

Penghulu menganggukkan kepalanya kemudian menatap ke arah Jeevan dan Gladys.     

"Apa kalian sudah siap untuk melakukan proses pernikahan?" ucap Penghulu dengan suara pelan.     

Gladys dan Jeevan saling menatap kemudian mereka berdua menganggukkan kepalanya.     

"Baiklah kalau kalian berdua sudah siap untuk menikah, saya akan memulai pernikahan kalian sekarang." ucap Penghulu kemudian menjelaskan beberapa hal penting yang harus di ucapkan Jeevan dan Gladys saat proses pernikahan.     

Jeevan dan Gladys menganggukkan kepalanya mengerti dan paham apa yang di jelaskan oleh Penghulu.     

Dengan serius semua yang ada di dalam kamar mengelilingi Tuan Mark yang masih koma memulai acara proses pernikahan Jeevan dan Gladys.     

Acara prosesi pernikahan Jeevan dan Gladys berlangsung sangat cepat dan lancar. Jeevan benar-benar serius saat mengucapkan ijab qobul di hadapan semua orang.     

Perasaan Gladys melayang merasakan sesuatu yang lain dalam hatinya saat mendengar suara Jeevan yang terdengar parau menahan kesedihan.     

Setelah acara prosesi pernikahan selesai Jeevan dan Gladys sudah di nyatakan sah menjadi suami istri. Penghulu pulang di antar Marcos dan kembali secepatnya untuk menjemput Darren dan Anne.     

"Selamat Jeevan, Gladys, semoga kalian berdua bahagia ya." ucap Anne dengan sebuah senyuman setelah berbincang-bincang cukup lama.     

Darren mengeluarkan sesuatu dari kantong jasnya dan memberikannya pada Jeevan.     

"Ini tiket pesawat kalian ke Bali, kalian berdua bisa honeymoon beberapa Minggu di sana." ucap Darren dengan tersenyum memberi ucapan selamat pada Jeevan dan Gladys.     

"Terima kasih Tuan Darren." ucap Jeevan merasa terharu dengan kebaikan keluarga Jonathan.     

Melihat hal itu hati Nadia sedikit ragu dengan, untuk meneruskan balas dendamnya. Setiap kali ada selalu ada kebaikan yang di lakukan Anne dan Darren. Tidak seperti apa yang di lihat Nadia saat ibunya menderita kesakitan hingga akhir hidupnya.     

Nadia mengalihkan pandangannya tidak ingin lemah dengan tujuannya.     

"Karena kalian berdua sudah menikah dan acaranya juga sudah selesai, kita akan pulang sekarang. Jonathan, Nadia, apa kalian pulang bersama kita sekarang? atau pulang dengan Marcos?" ucap Anne menatap Jonathan dan Nadia secara bergantian.     

"Kita pulang sekarang sekarang saja Mom." ucap Nadia tidak ingin mengganggu Jeevan dan Gladys yang sudah menjadi pengantin baru.     

"Kalau begitu, kita tunggu di depan oke." ucap Anne dengan tersenyum kemudian menggandeng tangan Darren dan mengajaknya keluar.     

"Glad, selamat ya. Kamu sudah menikah sekarang. Pasti waktu untuk kita bertemu tidak akan seperti dulu lagi. Dan tolong maafkan Jean yang tidak bisa datang. Ternyata Jean menjaga Ayah yang saat ini sakit." ucap Nadia setelah mendapat balasan pesan dari Jean.     

"Ya Nad, aku tahu itu. Jean sudah mengirim pesan padaku. Tidak apa-apa, kalau kamu ada waktu besok kita bisa melihat keadaan Ayahnya Jean." ucap Gladys tidak menyalahkan Jean karena pernikahannya juga sangat mendadak.     

"Kapan saja kamu mau hubungi aku saja. Kita akan ke sana." ucap Nadia kemudian memeluk Gladys dengan sangat erat.     

"Terima kasih Nad, tunggu kabar dariku oke." ucap Gladys sambil membalas pelukan Nadia kemudian melepasnya.     

"Jeevan selamat ya, jaga Gladys baik-baik. Kamu harus bersabar menghadapi sikap Gladys." ucap Nadia dengan tersenyum sambil berdiri memegangi kursi roda Jonathan.     

Jeevan menganggukkan kepalanya dengan tersenyum.     

Setelah Nadia dan Jonathan keluar kamar, Jeevan melihat keadaan Ayahnya.     

"Ayah, apa kamu mendengarkan aku?" Ucap Jeevan sambil menggenang tangan Tuan Mark.     

Gladys hanya diam melihat Jeevan begitu sedih bicara dengan Ayahnya.     

"Jeev, aku keluar sebentar. Aku mau memanggil Dokter agar memeriksa kembali keadaan Tuan Mark." ucap Gladys sambil mengusap bahu Jeevan kemudian pergi keluar kamar.     

Jeevan menatap kepergian Gladys kemudian kembali menatap wajah Ayahnya.     

"Lihat Ayah, sekarang aku sudah menikah dengan Gladys wanita yang Ayah inginkan untuk menjadi menantu Ayah. Aku dan Gladys sudah sah sah menjadi suami istri. Gladys akan tinggal bersama kita di rumah besar." ucap Jeevan dengan kedua matanya berkaca-kaca tidak tahan dengan perasaan sedihnya.     

Melihat keadaan Ayahnya yang masih belum sadar membuat hati Jeevan semakin sedih dan merasa bersalah.     

Cukup lama Jeevan terdiam sampai Gladys datang dengan seorang Dokter.     

"Jeevan, Dokter sudah datang biar Dokter memeriksa keadaan Tuan Mark." ucap Gladys meminta Jeevan untuk memberi tempat Dokter.     

Jeevan bangun dari duduknya dan berdiri melihat Dokter fokus memeriksa keadaan Ayahnya.     

Setelah beberapa menit kemudian Dokter selesai memeriksa keadaan Tuan Mark, dan mendekati Jeevan dan Gladys.     

"Sepertinya Tuan Mark ikut merasakan kebahagiaan kalian. Detak jantung Tuan Mark sudah stabil. Semoga saja setelah ini Tuan Mark akan segera sadar." ucap Dokter dengan sebuah senyuman.     

Jeevan menatap Dokter dengan tatapan tak percaya. Ternyata pernikahannya telah berpengaruh sangat baik pada kesehatan Ayahnya.     

"Mulai sekarang kalian berdua tidak perlu cemas lagi dengan keadaan Tuan Mark." ucap Dokter semakin menenangkan hati Jeevan.     

"Terima kasih Dokter. Aku senang mendengar hal ini." ucap Jeevan mengalami Dokter dengan perasaan bahagia.     

"Untuk sementara, biarkan kami yang mengawasi Tuan Mark. Kalian berdua baru saja menikah. Kalian bisa menikmati bulan madu kalian." ucap Dokter menggoda Jeevan dan Gladys.     

Wajah Jeevan dan Gladys seketika memerah mendengar candaan Dokter.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.