DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

SADAR DARI KOMA



SADAR DARI KOMA

0Aku percaya padamu Nona Nadia, jangan mengecewakan aku. Aku sudah berusaha yang terbaik untuk menjaga Tuan Jonathan. Tolong jangan anda hancurkan." ucap Marcos dengan tatapan sungguh-sungguh kemudian meninggalkan Nadia dengan sejuta pertanyaan dalam hatinya.     
0

Nadia menatap kepergian Marcos dengan tatapan serius kemudian beralih pada Jonathan yang masih terbaring diam tak bergerak.     

Nadia mengambil nafas panjang, kemudian mendekati Jonathan.     

"Tuan Jonathan, cepat bangun. Betah sekali kamu tidur? apa kamu tidak ingin melihat lagi indahnya hidup ini?" ucap Nadia sambil menatap penuh wajah Jonathan.     

"Emm...atau kamu tidak rindu dengan pertengkaran kita. Kamu tahu, hal apa yang membuatku kesal padamu? akan aku beritahu. Tapi kamu harus membuka matamu lebih dulu Tuan." ucap Nadia seraya menepuk pelan pipi Jonathan dengan mendekatkan wajahnya tepat di hadapan wajah Jonathan.     

"Dadaku sakit." ucap Jonathan tiba-tiba bersuara dengan suara yang hampir tak terdengar.     

Jantung Nadia hampir saja berhenti saat mendengar suara yang tidak jelas dari Jonathan. Nadia menundukkan wajahnya mengamati bibir Jonathan sedangkan kedua matanya masih terpejam.     

"Tuan Jonathan, apa kamu mengatakan sesuatu? aku tidak bisa mendengarnya dengan baik. Katakan sekali lagi." ucap Nadia dengan pandangannya tak lepas pada bibir Jonathan.     

Kesabaran Nadia hampir saja habis, tapi rasa penasarannya yang besar membuatnya lebih bersabar dengan mendekatkan kembali wajahnya tepat di wajah Jonathan.     

"Menjauhlah dariku, dadaku sakit kamu injak." ucap Jonathan dengan suara pelan tapi sudah terdengar jelas di telinga Nadia.     

Sontak Nadia menjauhkan diri dari Jonathan sambil meraba dada Jonathan.     

"Maafkan aku. Sungguh aku tidak tahu kalau telah menindih dadamu." ucap Nadia dengan perasaan bersalah.     

"Kamu mau bicara apa?" tanya Jonathan seiring dengan matanya terbuka perlahan kemudian melepas tabung pernapasannya agar bisa leluasa bicara.     

"Aku? aku tidak bicara apa-apa. Mungkin pendengaran Tuan yang kurang baik." ucap Nadia lupa akan memberitahu Jonathan tentang sesuatu yang telah membuatnya kesal pada Jonathan.     

"Ya sudah, kalau kamu tidak mau mengatakannya. Aku mau tidur lagi." ucap Jonathan seraya memejamkan matanya.     

"Eiiiittt!! jangan Tuan! tunggu! jangan tidur lagi. Aku senang Tuan Jonathan sudah sadar. Aku tadi lupa mau mengatakan apa, sekarang aku sudah ingat." ucap Nadia sambil menangkup wajah Jonathan agar tidak tidur panjang lagi.     

"Aku bukan kekasihmu, lepaskan tanganmu dari wajahku." ucap Jonathan dengan tatapan tak berkedip saat Nadia menangkup wajahnya.     

"Maaf, aku tidak ada maksud lain. Aku hanya tidak ingin kamu tidur panjang lagi." ucap Nadia seraya melepas tangannya.     

"Katakan sekarang, atau aku tidur lagi." ucap Jonathan dengan wajah serius.     

"Baik, akan aku katakan sekarang. Aku kesal pada Tuan, saat Tuan memintaku menemani ke toilet." ucap Nadia yang tidak bisa melupakan dengan apa yang di lihatnya walau terlihat samar.     

"Itu sudah menjadi tugasmu, jadi jangan lagi mengeluh." ucap Jonathan seraya menghela nafas panjang merasa haus dan tenggorokannya terasa kering.     

"Aku tidak mau lagi, khusus tugas itu adalah tugas Tuan Marcos." ucap Nadia dengan tatapan penuh.     

"Jangan berdebat lagi, aku lelah selalu berdebat denganmu. Aku mau minum." ucap Jonathan merasa lelah selalu berdebat dengan Nadia.     

"Aku juga lelah berdebat denganmu Tuan. Tunggu sebentar." ucap Nadia bangun dari duduknya mengambil minum dan di berikan pada Jonathan.     

"Apa kamu tidak bisa membantuku untuk minum air ini?" tanya Jonathan dengan tatapan kesal saat Nadia diam saja tanpa membantunya.     

Nadia menghela nafas panjang, kemudian mengangkat sedikit kepala Jonathan agar bisa minum tanpa tersedak.     

Selesai membantu Jonathan minum, Nadia kembali duduk di samping Jonathan.     

"Sebaiknya aku memberitahu Tuan Marcos, kalau Tuan sudah sadar. Aku mau pulang, aku sangat lelah belum tidur sama sekali." ucap Nadia seraya mengambil ponselnya dari dalam tasnya.     

"Tidak perlu, biarkan saja Marcos istirahat. Kalau kamu mau tidur, tidur di sini saja. Sudah tugasmu sebagai perawat pribadiku untuk menjagaku." ucap Jonathan dengan wajah serius.     

Nadia menelan salivanya tidak bisa membantah lagi ucapan Jonathan. Untuk sesaat Nadia hanya bisa diam sambil memainkan jemarinya hingga teringat sesuatu. Dengan perasaan ragu, Nadia menatap wajah Jonathan dengan tatapan serius.     

"Tuan Jonathan, aku mau bertanya padamu dan jawab aku dengan jujur." ucap Nadia setelah beberapa saat menenangkan diri untuk bertanya tentang apa yang di katakan Marcos padanya.     

"Bertanya tentang apa? dan kenapa aku harus menjawab jujur, sedangkan aku tidak suka dengan kebohongan." ucap Jonathan dengan tatapan dalam.     

Nadia mengangkat wajahnya menatap kedua mata Jonathan yang terlihat sangat serius.     

"Darimana aku harus memulainya, sepertinya Tuan tidak tahu tentang hal ini atau Tuan Jonathan sendiri yang merencanakan semua ini." ucap Nadia dengan suara pelan merasa ragu saat mengatakannya.     

"Aku tidak mengerti dengan apa yang kamu katakan. Kenapa tidak bicara langsung saja? apa yang Ingin kamu katakan?" ucap Jonathan dengan tatapan serius.     

"Sebenarnya dengan kejadian kemarin itu, Tuan Jonathan benar-benar dalam keadaan kritis dan koma tidak?" tanya Nadia seraya menelan salivanya bersiap-siap menerima kemarahan Jonathan.     

"Kamu ingin tahu keadaanku? bagaimana aku bisa tahu? kamu bisa bertanya pada Dokter yang menangani aku. Aku sendiri tidak tahu apa yang terjadi padaku. Yang aku ingat, setelah aku makan nasi yang kamu berikan aku merasa tegang dan dadaku terasa sesak hingga aku kesulitan untuk bernapas. Setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi sampai tadi aku sadar. Memang apa yang kamu pikirkan?" tanya Jonathan dengan kening mengkerut.     

Nadia mendengarkan dengan seksama apa yang dikatakan Jonathan.     

"Apa benar hanya itu yang Tuan Jonathan tahu?" tanya Nadia menatap penuh kedua mata Jonathan mencari kejujuran di sana.     

"Aku tidak tahu lagi apa yang harus aku katakan padamu, bagaimana aku bisa tahu kalau aku sendiri tidak tahu apa yang terjadi padaku. Memang aku telah salah padamu karena berniat memberimu obat sakit perut, itu karena aku kesal padamu. Dan aku tidak tahu kalau aku sendiri yang memakannya, dan aku alergi parah terhadap obat." ucap Jonathan dengan suara pelan mengakui rencana jahatnya pada Nadia.     

"Aku sudah tahu hal itu Tuan, Tuan Marcos telah memberiku isyarat untuk tidak minum atau makan makanan yang telah di siapkan untukku. Karena itu aku menukarnya dengan milik Tuan. Tapi sungguh aku tidak tahu kalau ternyata Tuan memberi obat pencuci perut." ucap Nadia dengan jujur mengakui apa yang di lakukannya pada Jonathan.     

"Jadi... apa kamu tidak tahu kalau aku alergi parah pada obat yang bukan dari dokter pribadiku?" tanya Jonathan dengan tatapan penuh.     

Nadia menggelengkan kepalanya.     

"Kalau aku tahu dari awal, aku tidak akan mempertaruhkan nyawa Tuan." ucap Nadia tanpa sadar tidak ingin terjadi sesuatu pada Jonathan.     

"Apa itu berarti kamu mencemaskan aku?" tanya Jonathan sambil memicingkan matanya mencari kejujuran di mata Nadia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.