DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

TERJEBAK DALAM KAMAR



TERJEBAK DALAM KAMAR

0"Dengar Tuan Jonathan, kalau anda masih keras kepala aku tidak akan melepas tanganku." ucap Nadia dengan penuh tekanan.     
0

Dengan nafas yang tersengal Jonathan memegang tangan Nadia dan menariknya kuat.     

"Ada apa denganmu? kenapa kamu selalu menggangguku?" ucap Jonathan dengan tatapan kesal setelah lepas dari bekapan Nadia.     

"Untuk anda ketahui saja Tuan Jonathan, ini bukan keinginanku! aku hanya membantu Tuan Marcos saja." ucap Nadia seraya memegang kening Jonathan, namun dengan cepat Jonathan menepis tangannya.     

"Jangan menyentuhku!" ucap Jonathan dengan suara penuh tekanan.     

"Diamlah! aku hanya memastikan demammu sudah turun atau tidak." ucap Nadia kembali meraba kening Jonathan dan kali ini Jonathan membiarkannya.     

"Syukurlah, akhirnya demam kamu mulai turun. Aku harus pulang sekarang." ucap Nadia sambil melihat ke jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam.     

"Hem... apa yang kamu katakan benar. Sebaiknya kamu pulang dan ingat! jangan pernah masuk ke kamar ini lagi." ucap Jonathan dengan nada mengancam.     

"Tentu Tuan Jonathan, anda tidak perlu repot-repot mengingatkan aku. Karena aku sendiri tidak ingin masuk ke kamar ini lagi!" ucap Nadia dengan tatapan kesal beranjak dari tempatnya menuju ke pintu untuk segera keluar dari kamar Jonathan.     

"Ceklek... ceklek..."     

Pintu kamar tidak bisa di buka. Nadia terdiam sejenak dengan kening berkerut. Berpikir kenapa pintu kamar tidak bisa di buka.     

Dengan menghela nafas panjang, kembali Nadia membuka pintu kamar.     

"Ceklek... ceklek"     

"Sssshhh!! ada apa dengan pintu kamarmu Tuan Jonathan? kenapa pintunya tidak bisa di buka?" tanya Nadia membalikkan badannya menghadap ke arah Jonathan.     

Jonathan menegakkan kepalanya dan mengangkat bahunya dengan bibir mencibir.     

"Bagaimana aku tahu? Aku tidak kemana-mana dari kemarin. Dan lagi pula kamu yang masuk ke sini. Kamu pasti bercanda bukan? bilang saja kamu tetap ingin di sini!" ucap Jonathan tidak percaya dengan apa yang di katakan Nadia.     

"Bagaimana aku bisa bercanda? siapa yang ingin tinggal di kamar ini dengan laki-laki gila sepertimu!" ucap Nadia dengan tatapan kesal.     

"Apa katamu! kamu benar-benar wanita menyebalkan. cepat keluar dari kamarku! Uhukk... Uhukk...Uhukk." ucap Jonathan sampai terbatuk-batuk tak berhenti.     

"Aggghhhh!! aku benar-benar bisa ikut gila!" ucap Nadia sambil meraih segelas air putih dan diberikan pada Jonathan yang masih terbatuk-batuk.     

"Minumlah!" ucap Nadia saat Jonathan tidak meminum airnya.     

Melihat Jonathan yang keras kepala, segera Nadia duduk di samping Jonathan kemudian dengan paksa meminumkan segelas air yang di pegangnya ke mulut Jonathan. Dengan kasar Jonathan menepis tangan Nadia hingga air di dalam gelas sebagian tumpah ke leher dan badan Jonathan.     

"Apppaa!! apaa! yang kamu lakukan? lihat badanku basah semua!" ucap Jonathan sambil mengusap mulutnya juga lehernya yang basah.     

"Aku hanya membantumu agar tidak batuk terus Tuan Jonathan." ucap Nadia merasa kepalanya pusing menghadapi sikap Jonathan yang arogan.     

"Cepat keringkan badanku." ucap Jonathan dengan wajah kesal.     

"Ya Tuhan! beri aku kesabaran berlipat-lipat." ucap Nadia sambil melihat ke sekeliling meja untuk mencari tisu.     

Setelah menemukan tisu di atas meja, segera Nadia mengusap leher dan dada Jonathan yang basah.     

"Ambilkan aku kaos yang tipis dan pakaikan." ucap Jonathan hanya dengan melirik sekilas ke arah Nadia.     

"Cukup Tuan Jonathan! aku di sini hanya menjagamu saat kamu demam. Bukan menjadi pembantu kamu! aku mau keluar dari kamar ini. Cepat! berikan kunci kamar ini! aku sudah tidak tahan di sini!" ucap Nadia sambil mengulurkan tangannya untuk meminta kunci kamar.     

"Aku tidak punya kunci kamar, aku tidak pernah mengunci kamarku. Kenapa kamu tidak menghubungi Marcos saja." ucap Jonathan sambil menutup dadanya dengan selimut karena kedinginan.     

Nadia terdiam mendengar ucapan Jonathan.     

"Bodoh! kenapa aku tidak berpikir menghubungi Tuan Marcos. Benar juga apa kata Tuan Arogan ini." ucap Nadia kemudian mengambil ponselnya dan segera menghubungi Marcos.     

Sambil mondar-mandir Nadia berusaha menghubungi Marcos namun panggilannya sama sekali tidak di angkat Marcos.     

"Tuan Jonathan, bisakah kamu yang menghubungi Tuan Marcos? siapa tahu saat melihat nama Tuan Jonathan, Tuan Marcos akan menerimanya." ucap Nadia dengan tatapan memohon.     

"Baiklah, kali ini aku akan membantumu.Tapi kamu harus mengambilkan aku kaos dan membantuku memakaikannya. Badanku masih lemas untuk bergerak. Apa kamu mau?" tanya Jonathan dengan tatapan penuh.     

Nadia menghela nafas panjang.     

"Seharusnya aku tidak percaya kalau kamu membantuku tidak dengan gratis." ucap Nadia menuju ke almari dan mengambil kaos tipis untuk di pakai Jonathan.     

"Apa ini yang kamu mau?" tanya Nadia sambil menunjukkannya pada Jonathan.     

Jonathan menggelengkan kepalanya dengan pelan.     

Dengan kesal Nadia mengembalikan kaos pilihannya kemudian mengambil lagi kaos yang lain.     

"Apa ini?" tanya Nadia lagi dengan tatapan kesal.     

Lagi-lagi Jonathan menggelengkan kepalanya.     

"Aakkkhh!!! terus yang mana Tuan Jonathan?" tanya Nadia dengan geram mengambil beberapa kaos kemudian di bawanya ke hadapan Jonathan.     

"Pilih sendiri yang mana?" tanya Nadia sambil membawa lima kaos yang di tunjukkan ke Jonathan.     

Jonathan terdiam dan berpikir untuk memilih kaos mana yang akan di pakainya.     

"Em... semuanya kembalikan lagi saja, aku mau Kaos putih yang kamu pilih pertama tadi saja." ucap Jonathan tanpa merasa bersalah.     

Nadia menggeram dengan kedua matanya melotot penuh pada Jonathan.     

Dengan hati dan perasaan yang kesal Nadia menghentakkan kakinya kembali ke almari untuk mengambil kaos yang di pilihnya di awal.     

"Ini kaosnya." ucap Nadia seraya memberikan kaos putih pada Jonathan.     

"Aku menunggumu." ucap Jonathan memberikan kembali kaosnya pada Nadia.     

"Ya Tuhan! ampuni aku!" ucap Nadia merampas kaos yang ada di tangan Jonathan kemudian memakaikannya.     

"Tugasku sudah selesai Tuan Jonathan! sekarang cepat hubungi Tuan Marcos!" ucap Nadia setelah memakaikan kaos Jonathan.     

"Baiklah." ucap Jonathan kemudian mengambil ponselnya dan segera menghubungi Marcos.     

Dengan tenang Jonathan menyalakan speaker ponselnya agar Nadia percaya kalau dirinya benar-benar menghubungi Marcos.     

Kening Nadia berkerut, wajah Nadia menjadi pucat saat panggilan Jonathan juga tidak di terima Marcos.     

Hingga beberapa kali Jonathan menghubungi Marcos, tetap tidak ada yang menerimanya.     

"Ya Tuhan, ada apa ini? kenapa Tuan Marcos tidak menerima panggilanku juga panggilan Jonathan?" tanya Nadia dalam hati sambil terduduk lemas.     

"Sudah malam, aku mau tidur." ucap Jonathan seraya memejamkan matanya.     

Nadia mengangkat wajahnya, menatap kesal ke arah Jonathan yang sudah memejamkan matanya.     

"Aku tidak bisa di sini terus, aku harus bisa keluar." ucap Nadia dalam hati seraya bangun dari duduknya kemudian berjalan ke pintu dan menggedor pintu dengan keras.     

"Tolong!! siapa saja di luar!! tolong buka pintunya!!" teriak Nadia menggedor pintu berulang-ulang.     

"Hai!! apa yang kamu lakukan!! aku tidak bisa tidur tahu!" teriak Jonathan sambil menutup kedua telinganya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.