DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

KETAKUTAN NADIA



KETAKUTAN NADIA

0"Tunggu, berita apa ini?" ucap Jean dengan tiba-tiba saat melihat berita kalau putra pengusaha ternama Tuan Daren berada di rumah sakit dalam keadaan kritis karena keracunan makanan.     
0

Seketika tubuh Nadia menegang melihat berita itu.     

"Bagaimana bisa Jonathan masuk rumah sakit? obat apa yang di masukkan Jonathan pada makanan dan minumannya? dan makanan itu telah di habiskan Jonathan juga minumannya." ucap Nadia dalam hati dengan perasaan takut.     

"Tapi bukan aku yang berniat jahat padanya, Jonathan yang ingin aku celaka." ucap Nadia lagi masih terpaku di tempatnya.     

"Nadia?" panggil Jean dengan wajah serius.     

"Ya Jean." sahut Nadia setelah sadar dari lamunannya.     

"Bukankah semalam kamu menjaga Jonathan? kamu bilang Jonathan baik-baik saja kan? lalu bagaimana bisa Jonathan keracunan makanan?" tanya Jean dengan tatapan penuh selidik.     

"Aku...aku tidak tahu Jean, aku kira Tuan Jonathan baik-baik saja." ucap Nadia dengan perasaan takut.     

"Ya sudah Nad, kamu jangan cemas. Semoga saja Jonathan bisa melewati masa kritisnya." ucap Jean sambil menggenggam tangan Nadia yang dingin.     

Nadia mengangkat kepalanya tidak bicara apa-apa selain diam dengan apa yang berkecamuk dalam hatinya.     

"Ada apa denganku? kenapa aku harus bersedih dan merasa bersalah, saat Jonathan masuk dalam rumah sakit? bukankah ini yang aku inginkan? kematian Jonathan?" ucap Nadia dalam hati berusaha menepis rasa bersalahnya dengan memakan semua makanannya dengan tanpa henti.     

Jean melihat Nadia dengan tatapan heran.     

"Apa kamu sangat lapar sekali Nad? hingga makanmu seperti?" tanya Jean tidak tahu apa yang terjadi antara Nadia dan Jonathan.     

"Hem...ayo Jean, habiskan makananmu. Kita harus bersenang-senang bukan?" ucap Nadia dengan tersenyum.     

"Ya... harusnya aku bersenang-senang dan tidak bersedih. Apa yang aku inginkan sudah terjadi dengan sendirinya tanpa aku balas dendam. Karma sudah bekerja, Tuan Jonathan sekarang dalam keadaan kritis. Bisa saja dia meninggal. Dan Tuan Daren? apa yang dia rasakan sekarang? pasti sedih! anak laki-laki satu-satunya dalam keadaan kritis. Nyonya Anne? pasti dia menangis?" ucap Nadia dalam hati dengan tatapan perih mengunyah makanannya tanpa henti.     

"Uhukkk... Uhukkk... Uhukkk"     

Nadia tersedak makanannya hingga terbatuk-batuk.     

Segera Jean mengambil air putih dan di berikan pada Nadia yang masih batuk.     

"Hei... Nadia, hati-hati makannya Nad." ucap Jean seraya mengusap punggung Nadia.     

"Terima kasih Jean. Makanan ini ternyata pedas." ucap Nadia seraya mengusap dagunya yang basah.     

"Bagaimana kau tahu Nad, Bukankah kamu sendiri yang memilihnya." ucap Jean dengan heran.     

"Jean, Bukankah kamu bilang kita harus bersenang-senang? bagiamana kalau kamu pesan minuman dari Korea yang sedikit keras. Aku ingin menikmati hidupku hari ini." ucap Nadia berusaha menepis rasa gelisah di hatinya.     

Jean memegang kening Nadia saat mendengar permintaan Nadia yang aneh.     

"Kamu tidak apa-apa kan Nadia?" tanya Jean memastikan pada Nadia sebelum memesan minuman yang diinginkan Nadia.     

"Aku tidak apa-apa Jean, aku hanya menuruti apa katamu saja. Aku ingin bersenang-senang." ucap Nadia dengan tersenyum kemudian mengunyah makanannya lagi.     

"Baiklah Nadia, kamu tunggu di sini. Aku akan memesannya untukmu." ucap Jean bangun dari duduknya dan berjalan keluar ruangan untuk memesan minuman.     

Setelah melihat Jean keluar, segera Nadia menghubungi Ramos.     

Dengan perasaan gugup dan gelisah Nadia menunggu jawaban dari Ramos.     

"Kenapa Tuan Ramos tidak menerima panggilanku? apa Tuan Ramos marah padaku?" tanya Nadia semakin merasa gelisah dengan apa yang terjadi.     

"Aku harus bagaimana sekarang? apa mereka telah memecatku? aku rasa Tuan Ramos sudah menceritakan semuanya pada Tuan Daren dan Nyonya Anne." ucap Nadia sambil mengaduk makanannya.     

"Nadia." panggil Jean datang dengan membawa satu botol minuman keras dan dua gelas untuk dirinya dan Nadia.     

"Kamu sudah mendapatkan minuman keras itu Jean?" tanya Nadia dengan tatapan bingung harus minum minuman keras yang di bawa Jean.     

"Tentu saja dengan mudah aku mendapatkan minuman itu. Bukankah itu yang kamu inginkan?" ucap Jean seraya duduk di samping Nadia dan menuangkan sedikit minuman ke dalam gelas yang di bawanya.     

"Benar apa yang kamu katakan Jean, aku yang menginginkannya. Terima kasih kamu selalu menuruti apa yang aku inginkan." ucap Nadia sambil menerima minuman yang diberikan Jean padanya.     

"Nadia... sesuatu terjadi padamu?" tanya Jean merasa Nadia menyembunyikan sesuatu darinya.     

"Tidak ada sesuatu yang terjadi padaku Jean. Aku hanya ingin menikmati kebersamaan kita ini. Ayolah... Kenapa kau bertanya seperti itu? sekarang minumlah, kita akan bersenang-senang hari ini." ucap Nadia dengan tersenyum.     

"Syukurlah kalau tidak terjadi sesuatu padamu. Aku berpikir, kamu jadi seperti ini karena terpengaruh oleh berita tentang Jonathan." ucap Jean menatap penuh wajah Nadia.     

Nadia menggelengkan kepalanya tidak ingin Jean berpikir kalau dirinya memang merasa gelisah dengan semua yang terjadi.     

"Tidak Jean, aku baik-baik saja. Kamu jangan kuatir." ucap Nadia sambil meneguk minumannya sekaligus.     

Setelah menikmati beberapa teguk minumannya, Nadia bangun dari duduknya dan berdiri tegak di hadapan Jean yang sedang duduk menatapnya.     

"Jean, apa kamu mau berdansa denganku?" tanya Nadia dengan kepala sedikit pusing.     

Jean menatap Nadia dengan tatapan tak percaya. Baru pertama kalinya Nadia mengajaknya berdansa.     

Tanpa menjawab permintaan Nadia, Jean bangun dari duduknya dan menggenggam kedua tangan Nadia.     

"Tidak ada penolakan dariku kalau kamu yang memintanya Nadia." ucap Jean menatap penuh wajah cantik Nadia.     

Sambil memeluk pinggang Nadia dan menggenggam tangannya Jean menggerakkan badannya mengikuti irama musik yang mengalun lembut.     

Nadia memejamkan matanya menyandarkan kepalanya di dada Jean dan mengimbangi gerakan Jean yang pintar berdansa.     

Hingga beberapa menit Jean menikmati dansanya dengan Nadia. Tanpa sadar Jean sedikit terkejut saat tahu Nadia tertidur dalam pelukannya.     

"Ya Tuhan! Nadia! apa yang kamu lakukan? kamu tidur tanpa kamu menyadarinya? dan aku juga begitu bodoh tidak menyadari kalau Nadia tidur." ucap Jean mengangkat tubuh Nadia dan membaringkannya di sofa.     

Sambil menatap wajah Nadia, Jean berbicara pada Pelayan restoran yang sudah di panggilnya.     

"Tolong, untuk makanan yang masih utuh bisa kalian bungkus jadikan satu dengan yang aku pesan untuk di bawa pulang." ucap Jean berniat membawa pulang Nadia ke rumah kontrakannya.     

Setelah semuanya selesai, salah satu pelayan membantu Jean membawakan makanan sedangkan Jean mengangkat tubuh Nadia dan membawanya ke mobil.     

"Terima kasih telah membantuku." ucap Jean pada pelayan restoran setelah menidurkan Nadia di kursi depan sekaligus memasangkan sabuk pengaman Nadia.     

"Sambil menjalankan mobilnya dengan pelan, Jean menghubungi Gladys untuk segera pulang dan menunggunya di depan kontrakan karena Nadia membutuhkan Gladys untuk menjaganya.     

"Memang apa yang terjadi pada Nadia, Jean?" tanya Gladys dengan perasaan cemas saat Jean keluar dari mobil.     

"Nadia mabuk, terlalu banyak minum." ucap Jean sambil membuka pintu mobil Nadia.     

"Apa??? Nadia mabuk? bagaimana bisa?" tanya Gladys dengan tatapan tak percaya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.