DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

KEMARAHAN JONATHAN



KEMARAHAN JONATHAN

0Dan lebih terkejut lagi saat melihat Jonathan tergeletak di lantai dengan kening bersimbah darah.     
0

Segera Marcos berlari menghampiri Jonathan yang berusaha bangun menggapai kursi rodanya.     

"Tuan Jonathan! apa yang terjadi Tuan? di kemana Nona Teresia?" tanya Marcos melihat ke sekeliling ruangan mencari keberadaan Teresia.     

"Dia pergi Marcos. Dia telah mencampakkan aku lagi! dan sekarang Teresia benar-benar meninggalkan aku. Dia akan menikah dengan laki-laki lain." jawab Jonathan setelah di angkat Marcos dan di dudukkan kembali ke kursi rodanya.     

Nadia yang mendengar sedikit jalan ceritanya, sedikit iba pada Jonathan dan merasa kesal dengan Teresia.     

"Nadia, kamu bisa membantuku?" tanya Marcos pada Nadia yang masih berdiri terpaku.     

"Ya Pak Marcos." sahut Nadia mendekati Marcos.     

"Bantu aku mengobati luka Tuan Jonathan, sepertinya luka di kening Tuan Jonathan sedikit robek." ucap Marcos sambil membawa Jonathan ke kamarnya.     

Tanpa bicara Nadia mengikuti Marcos dan Jonathan yang masuk ke dalam kamar.     

Dengan sigap Marcos yang mempunyai tubuh sangat kekar mengangkat tubuh Jonathan dan membaringkannya di tempat tidur.     

"Tuan Jonathan, aku pergi sebentar untuk mengambil obat-obatan untuk luka Tuan Jonathan." ucap Marcos pada Jonathan yang diam tanpa ada kata.     

Setelah Marcos pergi, Nadia mendekati Jonathan dan berniat membersihkan darah yang ada di kening dan sebagian wajah Jonathan.     

"Permisi, aku akan membersihkan darah yang ada di wajah kamu." ucap Nadia seraya mengambil tissue basah yang ada di meja di samping tempat tidur Jonathan.     

Jonathan diam tak bergerak bahkan untuk menjawab atau melihat wajah Nadia pun tidak di lakukannya.     

Nadia menghela nafas panjang, jika tidak mengingat Jonathan mendapat musibah sudah pasti Nadia tidak akan mau berlama-lama di samping Jonathan yang arogan.     

Tanpa memperdulikan sikap Jonathan yang mengacuhkannya, Nadia membersihkan darah yang ada di wajah dan di kening Jonathan yang terluka.     

Kening Jonathan sedikit berkerut saat Nadia darah di bagian lukanya.     

"Sssttt!! sakit... tahu tidak!" teriak Jonathan sambil menatap Nadia dengan tatapan marah.     

"Namanya luka...ya sakit!" ucap Nadia sedikit emosi karena mendapat kemarahan dari Jonathan.     

"Kamu kan lebih tahu caranya agar tidak sakit?" ucap Jonathan menyingkirkan tangan Nadia dari keningnya.     

"Kalau tidak ingin sakit, aku harus membiusmu." sahut Nadia dengan kesal, bagaimana dia bisa memakai obat bius kalau hanya sedikit luka robek.     

"Lakukan saja apa maumu! yang penting tidak terasa sakit." ucap Jonathan dengan nada dingin.     

"Ceklek"     

Pintu kamar terbuka, Marcos datang membawa satu kotak lengkap yang berisi peralatan dan obat-obatan.     

"Nadia, kamu bisa mengobati Tuan Jonathan bukan?" tanya Marcos memastikan Nadia tidak ada masalah lagi dengan Jonathan.     

"Sepertinya aku tidak bisa Pak Marcos, Tuan anda tidak ingin merasakan sakit saat di obati. Jadi baiknya panggil Dokter saja agar di beri obat bius." ucap Nadia dengan asal.     

"Obat bius Nadia? bukannya luka Tuan Jonathan tidak parah?" tanya Marcos dengan heran.     

"Pak Marcos tanya saja pada Tuan Jonathan, rasa sakitnya karena lukanya atau karena hatinya." ucap Nadia seraya beranjak pergi karena tugasnya adalah merawat kebun bukan merawat Jonathan.     

"Tunggu!! kamu tidak bisa pergi begitu saja! kamu sudah menyentuhku!! kamu harus melanjutkannya sampai selesai!" ucap Jonathan dengan kemarahan yang tidak bisa di redakan lagi.     

Nadia menghentikan langkahnya, dan menatap Jonathan dengan emosi tinggi.     

"Dengar Tuan Jonathan yang pemarah! aku di sini bukan untuk merawatmu! kalau bukan karena Pak Marcos minta tolong, aku tidak ada di sini!" ucap Nadia dengan kedua tangannya terkepal.     

"Kalau kamu tidak merawatku? lalu untuk apa kamu datang kemari?" tanya Jonathan semakin marah.     

"Aaahhh!! aku tidak perlu menjawabmu!! kamu membuatku emosi tingkat dewa!" ucap Nadia beranjak pergi.     

"Hai!! tunggu!! jangan pergi!! Damn it!" teriak Jonathan dengan kesal.     

Marcos yang berdiri di hadapan Jonathan hanya bisa menekan pelipisnya yang tiba-tiba pusing dengan sikap Jonathan dan Nadia yang seperti anjing dan kucing.     

"Marcos, usir wanita itu! aku tidak mau melihatnya lagi di rumah ini!" ucap Jonathan dengan tangan terkepal.     

"Tapi Tuan Jonathan, aku tidak bisa mengusir Nadia. Nadia di sini karena sudah bekerja pada Nyonya besar Anne." sahut Marcos sambil menelan salivanya.     

"Apa? dia bekerja di sini? bekerja sebagai apa? di sini sudah terlalu banyak pekerja?" ucap Jonathan dengan tatapan tak mengerti.     

"Sebagai tukang kebun pribadi Nyonya Besar Anne, Tuan." jawab Marcos berusaha tenang menghadapi kemarahan Jonathan.     

"Damn it!! kenapa wanita itu harus bekerja pada Momy." ucap Jonathan menahan rasa kesalnya karena tidak bisa mengusir Nadia kalau Nadia sudah bekerja pada Momy-nya.     

"Tuan Jonathan, aku akan segera memanggil Dokter. Luka Tuan tidak bisa di biarkan terbuka, nanti bisa infeksi." ucap Marcos sambil mengambil ponselnya untuk segera memanggil Dokter pribadi Jonathan Dokter Frederick.     

"Tidak perlu Marcos, jangan lagi memanggil Dokter Frederick kemari. Aku susah bosan mendengar peraturan-peraturan kesehatan yang sangat menyiksaku." ucap Jonathan dengan suara sedikit melunak.     

"Lalu bagaimana dengan luka Tuan?" tanya Marcos merasa iba dengan sikap Jonathan yang sudah berubah total sejak terjadinya kecelakaan dan juga karena Teresia yang selalu mempermainkan hati Jonathan.     

"Biarkan saja, aku tidak akan mati begitu mudah hanya karena luka kecil ini." ucap Jonathan dengan nada dingin.     

"Tapi bagaimana kalau Tuan mengalami demam lagi?" tanya Marcos merasa cemas.     

"Tidak akan. Sekarang tinggalkan aku sendiri. Aku ingin sendiri, dan jangan biarkan orang masuk ke kamarku!" ucap Jonathan dengan suara penuh tekanan.     

Dengan berat hati, Marcos menganggukkan kepalanya. Sungguh Jonathan sangat keras kepala, di saat kesakitan pun masih saja bersikeras menutupi kesedihannya.     

"Baik Tuan Jonathan." ucap Marcos kemudian pergi meninggalkan Jonathan dengan kesendiriannya.     

Marcos berjalan keluar mencari keberadaan Nadia yang pergi entah kemana.     

Melihat Nadia yang duduk di taman samping membuat hati Marcos sedikit lega karena Nadia masih belum pergi.     

"Nadia." panggil Marcos menghampiri Nadia yang seketika berdiri setelah mendengar panggilannya.     

"Ya Pak Marcos, apa Nyonya Besar Anne sudah datang? aku ke sini hanya memberitahu kalau aku menerima tawaran pekerjaan sebagai tukang kebun." ucap Nadia dengan suara pelan.     

"Tentu, nanti akan aku sampaikan pada Nyonya Besar Anne. Tapi... bisakah aku minta tolong padamu untuk tidak pulang dulu? aku mencemaskan keadaan Tuan Jonathan." ucap Marcos dengan tatapan memohon.     

"Kenapa dengan Tuan Jonathan?" tanya Nadia sambil mengkerutkan keningnya.     

"Tuan Jonathan tidak mau aku panggilkan Dokter, sedangkan kesehatannya tidak begitu baik. Aku takut Tuan Jonathan akan mengalami demam tinggi lagi. Apalagi sekarang dengan adanya luka di keningnya yang tidak mau di obati." ucap Marcos dengan wajah yang terlihat sedih.     

Nadia menghela nafas panjang.     

"Maaf, Pak Marcos aku tidak bisa. Aku harus cepat pulang karena aku punya janji dengan temanku." ucap Nadia dengan perasaan menyesal tidak bisa membantu Marcos.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.