DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

BERSAMA JEAN



BERSAMA JEAN

0"Apa pekerjaanmu sudah selesai?" tanya Jean menghampiri Nadia yang sedang mencuci tangannya.     
0

"Kalau aku pekerjaanku belum selesai, apa aku harus mencuci tanganku Tuan Jean?" ucap Nadia dengan sebuah senyuman.     

"Baiklah Nona Nadia, aku harap kamu bersiap-siap. Aku menunggumu di mobil." ucap Jean seraya menerima panggilan telepon sambil berjalan ke arah mobilnya.     

Nadia menggelengkan kepalanya melihat sikap Jean yang begitu mempesona.     

Setelah membersihkan tangan dan wajahnya, Nadia masuk ke rumah kaca untuk menyisir rambutnya yang berantakan. Juga sedikit merias wajahnya hanya dengan bedak saja dan polesan lipstik yang tidak kentara.     

"Aku rasa...aku tidak perlu berdandan, sangat terasa aneh di wajahku." ucap Nadia dengan tersenyum kecut merasa dirinya wanita yang tidak bisa tampil cantik seperti Gladys.     

"Ahhh!! sudahlah masa bodoh apa kata orang. Aku sudah bahagia dengan diriku seperti ini." ucap Nadia berdiri dari duduknya dan mengambil tas kecilnya untuk segera menyusul Jean yang sudah menunggunya di mobil.     

Dengan percaya diri dan sebuah senyuman yang indah Nadia berjalan menghampiri mobil Jean.     

Pintu mobil terbuka, Jean membukanya dari dalam mobil.     

"Masuklah Nad, siang ini aku akan menyenangkan hatimu sampai kamu tidak akan bisa tidur semalaman." ucap Jean dengan tersenyum.     

"Oh ya? aku sudah tidak sabar menunggu kejutan darimu." ucap Nadia seraya memasang sabuk pengamannya.     

"Apa sabuk pengamanmu sudah terpasang dengan baik?" tanya Jean mengamati sabuk pengaman Nadia.     

"Sudah terpasang dengan baik Tuan Jean, silahkan anda menjalankan mobilnya." ucap Nadia dengan suara yang menggoda.     

Jean tersenyum ada sesuatu yang dia rasakan saat Nadia tersenyum lembut padanya.     

Masih dengan sebuah senyuman Jean menjalankan mobilnya keluar dari halamannya dan melaju pelan ke tempat restoran yang dia inginkan.     

Nadia menikmati perjalanannya dengan mendengarkan musik yang di nyalakan Jean.     

"Apa kamu suka dengan lagu-lagu yang aku pilih Nad?" tanya Jean ikut menikmati lagunya.     

"Aku menyukai lagu apapun yang terpenting bukan lagu yang keras, aku tidak terlalu suka." ucap Nadia dengan jujur.     

"Karena jiwa kamu romantis, kamu suka dengan suasana yang tenang kan?" tanya Jean sangat hafal dengan apa yang Nadia suka dan tidak.     

"Hem, kamu juga kan? kapan-kapan kita pergi ke hutan lagi Jean. Aku sudah lama merindukan suasana hutan." ucap Nadia dengan tatapan penuh harap.     

"Aku pasti akan mengajakmu kalau aku ada waktu." ucap Jean sambil melihat restoran yang di pilihnya sudah cukup ramai.     

Kedua mata Nadia sedikit melotot indah, wajahnya terlihat tercengang saat Jean memasuki Restoran Korea yang sangat elite.     

"Apa kita tidak salah Jean? kita akan makan di sini? di restoran besar Korea?" tanya Nadia yang sangat suka dengan makanan-makanan khas Korea.     

"Hem...kamu suka dengan makanan khas Korea kan? suatu saat kalau aku mendapat rejeki besar aku akan mengajakmu makan di Negara Korea." ucap Jean dengan tersenyum.     

"Ahhh!! benarkan Jean? kamu benar-benar sahabatku yang tampan dan baik hati." ucap Nadia hingga tanpa sadar mengecup pipi Jean.     

Sesaat Jean terdiam setelah mendapat kejutan dari Nadia tiba-tiba, kembali Jean merasakan sesuatu di hatinya dengan apa yang dilakukan Nadia padanya.     

"Eng...Maaf Jean, aku terlalu gembira." ucap Nadia dengan wajah memerah.     

"Tidak apa-apa, santai saja." ucap Jean menjadi serba salah karena detak jantungnya mulai berdebar-debar tak karuan.     

"Jean, kenapa mobil kita berputar-putar terus? apa kita tidak mendapat tempat parkir?" tanya Nadia dengan kening mengkerut.     

"Kita akan cari parkir dekat dengan pintu masuk." ucap Jean sedikit gugup dengan pertanyaan Nadia yang mengagetkannya.     

"Oh..." ucap Nadia tidak bisa mengatakan apa-apa selain mengiyakan ucapan Jean.     

Setelah berputar-putar sejenak, Jean mendapatkan tempat yang tepat di samping pintu masuk.     

Sambil menghela nafas panjang, Jean menghentikan mobilnya.     

"Ayo kita turun Nad." ucap Jean mematikan mesin mobilnya kemudian keluar dari mobil di ikuti Nadia keluar dari mobil dan membetulkan kemejanya yang sedikit kusut.     

"Aku merasa tegang Jean, tempat ini kan khusus untuk orang-orang kaya? apa tidak mahal nanti Jean?" tanya Nadia dengan jujur dan kepolosannya.     

"Jangan tegang Nad, ada aku bersamamu." ucap Jean seraya mengulurkan tangannya agar Nadia menggenggam tangannya.     

Tanpa ragu-ragu Nadia menyambut uluran tangan Jean.     

Dalam genggaman tangan Jean, Nadia merasa sedikit tenang dan percaya diri juga tidak peduli dengan tatapan mata yang menatapnya dengan tatapan aneh.     

"Jean, coba lihat aku? apa ada sesuatu yang aneh di wajahku?" tanya Nadia dengan serius.     

Jean memperhatikan wajah Nadia dengan seksama.     

"Tidak ada yang aneh di wajahmu, atau mereka melihatmu karena bersama denganku? Kamu tahu kan kalau aku tampan?" ucap Jean dengan mengerlingkan matanya berniat menggoda Nadia yang polos.     

Mendengar ucapan Jean, Nadia mengkerutkan keningnya sambil melihat ke dirinya sendiri.     

"Betul juga apa katamu Jean, mungkin karena itu mereka menatapku dengan aneh. Mereka pikir kenapa laki-laki tampan sepertimu mengajakku dengan penampilan yang seperti ini?" ucap Nadia dengan tersenyum merasa dirinya dan Jean bagaikan langit dan bulan.     

"Sudah Nad, jangan dipikirkan apa yang kamu lihat. Sekarang lihat saja aku." ucap Jean membawa Nadia ke ruangan khusus yang telah di sewanya agar Nadia bebas untuk memesan dan makan apapun.     

"Kenapa kita masuk ke sini Jean? bukan duduk di luar bersama mereka?" tanya Nadia semakin bingung di buatnya. Sungguh walau dia termasuk wanita yang pintar tapi dirinya jarang kemana-mana terutama pergi ke tempat-tempat yang mewah.     

"Ayo masuk Nad, ruangan ini khusus aku sewa untuk kita berdua. Agar kamu bisa bebas berbicara dan memesan apapun makanan yang kamu suka, tanpa memperdulikan tatapan orang atau ucapan mereka." ucap Jean berniat membahagiakan Nadia yang telah membantunya.     

Hati Nadia merasa terharu, bagiamana tidak terharu? Jean adalah laki-laki yang sederhana walau tidak miskin tapi keluarga Jean juga tidak bisa di katakan kaya raya seperti keluarga Daren orang terkaya di kotanya.     

"Jean, kenapa kamu melakukan hal ini? kenapa kamu menghabiskan uangmu hanya untuk menyenangkan hatiku?" ucap Nadia dengan wajah sedih duduk di sofa.     

"Nadia, apa yang aku lakukan ini masih tidak seberapa dengan bantuanmu padaku. Aku sangat berhutang budi padamu Nad." ucap Jean duduk di samping Nadia.     

"Jadi kamu masih berpikir kalau kamu berhutang padaku dengan apa yang aku lakukan padamu?" ucap Nadia dengan wajah serius.     

"Bukan seperti itu Nadia, aku hanya salah bicara saja. Aku berpikir tanpa ada kamu pasti aku akan melihat kesedihan di mata Ayahku. Karena itulah aku benar-benar ingin membuatmu bahagia juga. Karena kamu orang tuaku sangat bahagia." ucap Jean menatap dalam wajah Nadia.     

"Benar hanya itu kan? kamu tidak berniat membalas budi padaku kan?" tanya Nadia masih dengan wajah seriusnya.     

"Benar Nadia, apa aku pernah berbohong padamu?" tanya Jean dengan suara pelan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.