DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

SENJATA MAKAN TUAN



SENJATA MAKAN TUAN

0"Ayo... Tuan Jonathan, kita makan." ucap Nadia mulai makan makanannya dengan menu nasi goreng kesukaannya.     
0

Tanpa ada keraguan Nadia makan nasi goreng buatan Ramos dengan sangat lahap.     

Jonathan menelan salivanya dengan kening mengkerut menatap penuh wajah dengan perasaan bersalah karena sebentar lagi pasti Nadia akan keluar masuk toilet.     

"Wah... Tuan Jonathan, makanan ini sangat enak sekali. Masakan Tuan Ramos sangat lezat. Aku harus belajar pada Tuan Ramos." ucap Nadia sambil menikmati sarapannya.     

"Tuan Jonathan, ayo...di makan makanannya. Bukankah dari tadi malam kamu belum makan?" tanya Nadia dengan tersenyum kemudian menyuapi Jonathan.     

Jonathan pasrah saja, saat Nadia menyuapinya.     

Pikiran Jonathan sudah kemana-mana sambil mengamati wajah Nadia.     

"Nah... sekarang kamu makan sendiri ya Tuan Jonathan, aku harus pulang sekarang." ucap Nadia setelah menyuapi Jonathan beberapa sendok. Sedangkan miliknya masih tersisa sedikit saja.     

"Kalau pulang, bilang Ramos untuk ke sini." ucap Jonathan juga menghentikan makannya dan minum teh hangatnya hingga habis tak tersisa.     

Nadia menganggukkan kepalanya dengan tersenyum kemudian bangun dari duduknya dan keluar kamar untuk memanggil Ramos sekaligus pulang.     

Jonathan menatap kepergian Nadia dengan tatapan heran karena Nadia tidak menunjukkan reaksi apa-apa.     

Sedangkan dirinya mulai merasakan sesuatu dalam tubuhnya.     

Dengan cepat Nadia berlari saat melihat Bis datang. Nadia tidak ingin berlama-lama berada di rumah Jonathan apalagi saat ini pasti terjadi sesuatu pada Jonathan.     

"Kamu harus mendapat pelajaran Tuan Jonathan, aku bukan wanita bodoh yang bisa kamu kerjai. Lihat sekarang apa yang terjadi padamu. Entah racun atau obat apa yang telah kamu berikan padaku lewat makanan dan minumanku. Sekarang senjata makan tuan." ucap Nadia dengan tersenyum sama sekali tidak tahu tentang riwayat penyakit Jonathan yang alergi pada obat. Di mana alerginya bisa menyebabkan penyumbatan pada paru-parunya dan membuat Jonathan sulit untuk bernapas.     

Sekali lagi Nadia tersenyum dengan perasaan bahagia bisa membalas niat jahat Jonathan.     

Saat bis mulai berangkat dan sudah agak jauh dari rumah Jonathan, sekilas Nadia melihat mobil ambulans yang bergerak sangat cepat ke arah yang berlawanan dengan arah bisnya.     

"Hem.. pagi-pagi sudah ada orang sakit. Semoga saja orang tidak kenapa-kenapa." ucap Nadia selalu trauma dengan suara mobil ambulans karena selalu mengingatkan pada ibunya saat terakhir meninggal.     

Melihat toko bunga milik Jean sudah dekat, segera Nadia meminta pada sopir bis untuk berhenti.     

"Terima kasih Pak." ucap Nadia setelah membayar ongkos bis kemudian segera turun dari bis.     

Sambil berjalan ke rumah kaca milik Jean, Nadia mengeluarkan ponselnya yang berbunyi terus-menerus.     

Sebuah senyuman Nadia terlihat jelas di kedua sudut bibirnya.     

"Tuan Ramos, pasti menghubungiku untuk merawat Tuan Jonathan karena sudah makan racunnya sendiri. Tenang Nadia, anggap saja kamu tidak tahu kalau ada yang menghubungimu. Jangan sampai makan siangmu gagal hanya karena rencana Jonathan. Kamu bisa menghubungi kembali setelah kamu selesai makan siang dengan Jean." ucap Nadia dengan tersenyum menghibur dirinya sendiri agar tidak terlalu memikirkan Jonathan.     

"Nadia! pagi sekali kamu datang?" tanya Jean sangat terkejut melihat kedatangan Nadia.     

"Ini sudah jam sembilan Jean, aku bisa membantumu kerja hari ini karena aku dapat libur sebagai pengganti tadi malam." ucap Nadia seraya duduk di samping Jean yang sedang fokus dengan nota-notanya.     

"Oh ya? sangat baik sekali Jonathan memberikan kamu libur pengganti." ucap Jean kemudian bangun dari duduknya dan mengambil satu bungkus makanan dan di berikan pada Nadia.     

"Kamu belum sarapan kan Nad? makanlah." ucap Jean sudah sangat tahu kebiasaan Nadia jarang sarapan pagi.     

"Aku tidak lapar, nanti siang saja sekalian makan enak." ucap Nadia tidak ingin Jean tahu kalau dirinya sudah sarapan di rumah Jonathan karena tidak pulang dari semalam.     

"Baiklah, kalau begitu biar aku yang makan." ucap Jean membuka nasi bungkusnya untuk sarapan.     

"Jean." panggil Nadia dengan serius sambil mengecilkan ponselnya yang berbunyi terus panggilan dari Ramos.     

"Hem...ada apa?" sahut Jean menghentikan gerakannya dan beralih menatap ke arah Nadia.     

"Bagaimana keadaan Ayah kamu?" tanya Nadia dengan wajah terlihat cemas.     

"Sudah lebih baik dari sebelumnya, kenapa Nad? kamu terlihat cemas?" tanya Jean sambil mengkerutkan keningnya.     

"Aku senang mendengar keadaan Ayah kamu baik-baik saja. Sebaiknya, di saat Ayah kamu sudah lebih baik kamu juga mencari seseorang wanita yang bisa kamu ajak serius untuk memulai hubungan kamu yang baru." ucap Nadia dengan hati-hati agar Jean tidak tersinggung.     

"Aku bicara seperti ini bukan karena aku tidak mau membantumu. Tapi aku ingin kamu tidak mendapat masalah dengan sandiwara kita ini." ucap Nadia lagi sambil menatap Jean yang terdiam sesaat.     

Jean mengaduk-aduk nasi bungkusnya sambil memikirkan apa yang di katakan Nadia.     

"Aku masih belum ada waktu untuk mencari wanita yang cocok denganku Nad. Bagaimana kalau kamu yang mencarikannya untukku?" ucap Jean dengan tersenyum.     

Nadia mengangkat wajahnya menatap tak berkedip pada Jean.     

"Aku mencarikan wanita untukmu? aku saja tidak bisa mencari laki-laki yang baik untukku." ucap Nadia dengan bibir cemberut.     

Tiba-tiba Jean tertawa keras kemudian bangun dari duduknya dan mendekati Nadia sambil mengacak rambut Nadia.     

"Kalau begitu ya sudah... kita jalankan saja sandiwara kita ini sampai kita menemukan pasangan kita masing-masing." ucap Jean dengan tersenyum kemudian keluar dari rumah kaca.     

"Eh!! Jean! kamu mau kemana?" tanya Nadia bangun dari duduknya mengikuti langkah kaki Jean pergi ke taman belakang.     

"Apa kamu mau membantuku bekerja sebelum makan siang?" tanya Jean sambil memberi kaos tangan dan sekop kecil pada Nadia.     

Nadia memajukan bibirnya dengan membentuk kerucut.     

"Aku kira, aku di sini akan di jamu dengan makanan enak. Tapi malah di suruh kerja." ucap Nadia sambil memakai kaos tangannya.     

Jean kembali tertawa lepas melihat Nadia yang begitu menggemaskan.     

"Kamu jangan menggerutu, bukankah tadi kamu bilang mau membantuku?" ucap Jean masih dengan tertawa.     

"Hem...Oke, aku akan membantumu. Tapi kamu harus janji, saat makan siang nanti kamu harus memesan makanan yang paling enak." Ucap Nadia dengan kedua matanya yang membulat indah.     

"Jangan kuatir, aku pasti memesan makanan apa yang kamu inginkan. Sekarang kamu fokus saja bekerja. Aku mau menyiapkan pengiriman bunga untuk siang nanti." ucap Jean seraya beranjak dari tempatnya dan mendatangi para pekerjanya yang sudah sibuk dengan pekerjaannya.     

Nadia menatap kepergian Jean dengan perasaan kagum.     

"Jean...Jean... kamu adalah sahabat terbaikku. Aku sangat tergantung padamu, aku tidak tahu bagaimana hidupku tanpa ada kamu dan Gladys." ucap Nadia dengan kedua matanya berkaca-kaca.     

"Nadia!! jangan melamun! cepat kerjakan pekerjaanmu biar cepat selesai!" teriak Jean dari tempatnya menatap Nadia yang sedang melamun.     

Nadia tersenyum tersadar dari lamunannya, kemudian melanjutkan pekerjaannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.