DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

HAMPIR SAJA



HAMPIR SAJA

0"Tidak apa-apa Tuan Ramos, dan aku minta maaf aku tidak bisa sarapan. Aku harus pergi sekarang." ucap Nadia seraya bangun dari tempatnya.     
0

"Silahkan Nona Nadia." ucap Ramos dengan perasaan lega karena Nadia tidak bisa sarapan pagi.     

"Tidak bisa! kamu harus sarapan lebih dulu sebelum pulang. Em...aku tidak ingin kamu lemah dan kamu pingsan bisa di tengah jalan. Sebaiknya kamu sarapan denganku." ucap Jonathan dengan cepat tidak ingin rencananya menjadi sia-sia.     

Nadia mengkerutkan keningnya, bagaimana bisa Jonathan begitu baik padanya dengan memintanya untuk sarapan.     

"Aku tidak bisa percaya ini Tuan Jonathan. Apa ada sesuatu yang kamu rencanakan untukku?" tanya Nadia dengan tatapan penuh.     

Wajah Jonathan seketika menjadi memerah tapi hanya untuk sesaat saja.     

"Kenapa kamu berpikir begitu, kamu mungkin bisa berpikir seperti itu padaku. Tapi... lihat Ramos, apa kamu percaya Ramos bisa melakukan hal seperti itu?" tanya Jonathan sambil menunjuk Ramos yang masih berdiri di sampingnya.     

Wajah Ramos jadi ikut memerah saat Jonathan melibatkan dirinya dalam rencananya. Dengan tatapan rasa bersalah Ramos ingin memberi isyarat dengan memperlihatkan wajahnya dan tatapan matanya pada Nadia untuk berhati-hati dengan makanan dan minumannya.     

Nadia semakin mengkerutkan keningnya saat melihat kedua mata Ramos melirik ke arah makanan dan minumannya yang ada di atas meja.     

"Tentu aku sangat percaya pada Ramos, Tuan Jonathan. Baiklah Tuan Jonathan, aku tidak bisa menolak permintaan Majikanku. Aku akan sarapan denganmu." ucap Nadia menatap wajah Jonathan kemudian beralih lagi menatap ke arah Ramos.     

"Tuan Ramos, anda bisa pergi. Terima kasih telah menyiapkan makanan dan minuman untukku. Anda tenang saja, aku pasti akan menghabiskan sarapan yang anda buat." ucap Nadia dengan tersenyum menganggukkan kepalanya sudah sangat yakin kalau ada sesuatu pada makanan dan minumannya.     

"Sama-sama Nona Nadia. Permisi Tuan Jonathan." ucap Ramos menganggukkan kepalanya pada Jonathan dan Nadia.     

"Sekarang apa yang kamu tunggu? Ayo, kemarilah... bawa makananmu dan kita akan sarapan bersama di sini." ucap Jonathan sambil menepuk tempat tidurnya agar Nadia duduk di sampingnya.     

Dengan tersenyum Nadia membawa makanan dan minuman yang ada di atas nampan ke tempat tidur Jonathan.     

"Dengarkan aku Tuan Jonathan, mungkin aku bisa percaya pada Tuan Ramos. Tapi aku tetap tidak percaya denganmu. Bagaimana kamu bisa begitu baik padaku, dalam hitungan menit. Apa yang terjadi padamu? Tuan Jonathan apa yang kamu rencanakan padaku?" tanya Nadia menatap tajam kedua mata Jonathan yang sedang menatapnya.     

"Kamu! kamu meragukan kebaikanku? aku tidak mempunyai rencana apa-apa padamu Nona Nadia. Baiklah... begini saja, apa yang harus aku lakukan agar kamu percaya? Ayo katakan!" ucap Jonathan menantang Nadia agar bisa percaya padanya dan secepatnya untuk menikmati sarapannya.     

Nadia menatap penuh wajah Jonathan tanpa berkedip.     

"Tuan Jonathan, aku akan percaya kalau kita menukar makanan dan minuman kita. Apa kamu mau?" tanya Nadia dengan tersenyum.     

Jonathan mengangkat wajahnya dengan wajah memerah.     

"Bagaimana Nadia bisa tahu rencanaku. Apa Nadia sudah tahu kalau di minumannya ada obat pencuci perut?" tanya Jonathan dalam hati dengan tatapan tak berkedip.     

"Baiklah, kalau itu maumu. Kamu bisa menukarnya." ucap Jonathan sudah terlanjur basah dengan apa yang di ucapkannya.     

"Aku senang mendengarnya Tuan Jonathan!" ucap Nadia tiba-tiba wajahnya terlihat tegang dan ketakutan.     

"Tuan Jonathan!! jangan bergerak dan jangan menoleh ke belakang. Ada sesuatu di belakang anda! aku sangat jijik melihatnya." ucap Nadia sambil bangun dari duduknya.     

"Ada apa? kenapa wajahmu jadi tegang?" tanya Jonathan seraya menegakkan punggungnya.     

"Aku jijik dengan cicak! ada dua cicak tepat di belakangmu!" ucap Nadia seraya mengambil sapu.     

"Apa!! yang benar!! bagaimana bisa ada cicak di kamarku? cepat! lakukan sesuatu! aku juga tidak suka dengan cicak!" ucap Jonathan dengan panik dan tak bergerak di tempatnya.     

"Tuan Jonathan tenang saja, jangan bergerak dan pejamkan matamu! kalau tidak cicak itu akan mendekati Tuan. Biar aku mengusirnya sekarang." ucap Nadia naik ke atas tempat tidur dan menyingkirkan nampan makanan dan minuman Jonathan tepat di samping makanan dan minumannya.     

"Nadia, cepat! apa yang kamu tunggu! usir cicak itu!" ucap Jonathan dengan panik.     

"Tenang!! Tuan Jonathan! Anda jangan membuatku panik juga!" ucap Nadia sambil memukul dinding di belakang Jonathan dengan sapu.     

"Wusss!! pergi!!" ucap Nadia bergerak di atas tempat tidur di samping Jonathan.     

"Bagaimana! apa cicak itu sudah pergi!" tanya Jonathan dengan wajah pucat masih memejamkan kedua matanya.     

Nadia tidak menyangka, kalau Jonathan benar-benar takut dengan seekor cicak.     

"Sudah, sekarang buka matamu Tuan Arogan yang takut dengan cicak." ucap Nadia turun dari tempat tidur dan mengembalikan sapu di tempatnya.     

Masih dengan wajah pucat Jonathan membuka matanya, dan menatap Nadia dengan tatapan penuh.     

"Kamu yakin, cicak itu sudah pergi? kamu harus memberitahu Ramos untuk membersikan tempat tidurku." ucap Jonathan dengan nafas lega.     

"Nanti aku beritahu Tuan, sekarang sudah waktunya kita sarapan. Aku harus pulang sebelum siang." ucap Nadia seraya mengambil nampan makanan dan minuman milik Jonathan dan meletakkannya di atas pangkuan Jonathan.     

"Hem...kamu berniat sekali ingin cepat pulang dan makan siang dengan kekasihmu ya?" ucap Jonathan dengan penasaran.     

"Jangan pikirkan itu dulu Tuan Jonathan, sekarang aku mau menukar makanan dan minuman kita. Tuan sudah bersedia bukan?" ucap Nadia dengan wajah serius.     

Kembali wajah Jonathan, menjadi tegang. "Bagaimana kalau Nadia benar-benar menukar makanan dan minumannya. Tidak masalah dengan perutku yang akan sakit. Tapi bagaimana dengan alergiku pada obat? aku bisa tidak bisa bernapas lagi kalau meminumnya." ucap Jonathan dalam hati dengan wajah pucat.     

"Bagaimana Tuan Jonathan, apa anda siap?" tanya Nadia dengan tatapan penuh.     

Jonathan menganggukkan kepalanya dengan pasrah.     

"Baiklah, tukar saja." ucap Jonathan akhirnya pasrah dengan apa yang di lakukan Nadia.     

Dengan sangat yakin, Nadia menukar makanan dan minumannya milik Jonathan dengan miliknya.     

"Nah... sekarang aku bisa tenang untuk sarapan dengan anda Tuan Jonathan. Ayo, kita sarapan." ucap Nadia dengan tersenyum.     

Jonathan menelan salivanya, hanya terdiam sambil menatap makanannya.     

"Ada apa Tuan Jonathan? apa ada yang anda pikirkan? apa anda takut dengan makanan dan minuman itu?" tanya Nadia dengan tatapan serius.     

"Tidak! kenapa aku harus takut." ucap Jonathan dengan perasaan tegang hendak makan nasi gorengnya namun Nadia menghentikannya.     

"Baiklah Tuan Jonathan, aku percaya padamu. aku hanya menguji kesungguhanmu saja. Ini...aku kembalikan makanan dan minumanmu." ucap Nadia seraya kembali menukar makanan dan minumannya.     

Seketika hati Jonathan merasa lega, apa yang di takutkannya tidak terjadi dan dia selamat dari maut.     

"Ayo... Tuan Jonathan, kita makan." ucap Nadia mulai makan makanannya dengan menu nasi goreng kesukaannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.