DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

RENCANA JONATHAN



RENCANA JONATHAN

0"Baiklah Nadia aku akan mengirim alamat di mana tempat kita akan makan siang. Oh ya Nadia, bagaimana keadaan Jonathan? apa dia baik-baik saja? sekarang kamu sudah di rumah kan?" tanya Jean dengan tiba-tiba.     
0

"Ya....aku sudah ada di rumah sekarang, Tuan Jonathan sudah baik-baik saja. Aku mau tidur lagi." ucap Nadia sambil melirik Jonathan yang masih tak berkedip menatapnya.     

"Syukurlah, ku pikir kamu menunggunya sampai semalaman dan pulang larut malam. Aku cemas terjadi sesuatu padamu kalau pulang larut malam. Sekarang istirahatlah lagi, nanti siang aku akan menjemputmu." ucap Jean merasa tenang Nadia karena sudah berada di rumah.     

"Em...ya Jean, aku tunggu nanti siang." ucap Nadia seraya menutup panggilannya Jean.     

"Uhhhh, hampir saja." ucap Nadia sambil memasukkan kembali ponselnya ke dalam kantong celananya.     

"Jadi kamu sudah punya pacar dan kamu berbohong padanya?" tanya Jonathan yang mendengar jelas pembicaraan Nadia dengan seseorang yang bernama Jean.     

"Aku terpaksa melakukannya bukan karena aku menutupi hal yang tidak baik! tapi aku tidak ingin sahabatku cemas!" ucap Nadia dengan menekan kata-kata sahabat agar Jonathan tidak berpikir negatif tentang dirinya.     

"Oh... jadi kalian hanya sahabat? bisa aku mengerti. Tadi aku hampir tak percaya kalau kamu punya kekasih. Siapa yang mau dengan wanita seperti kamu." ucap Jonathan dengan sebuah senyuman tipis.     

Nadia menatap Jonathan dengan mata melotot. Namun kemudian Nadia mengambil nafas panjang seraya mengusap dadanya dengan pelan.     

"Ya Tuhan, beri aku kesabaran untuk menghadapi laki-laki yang kurang ajar ini!" ucap Nadia dalam hati kemudian kembali duduk di kursi.     

"Aku senang kamu diam, itu tandanya kamu sudah mengakui kalau apa yang aku katakan adalah benar." ucap Jonathan sambil menegakkan punggungnya.     

"Bisakah Tuan berhenti bicara sebentar saja? aku sudah tidak tahan di sini dan memikirkan bagaimana aku bisa keluar dari sini. Jadi, aku mohon! tolong diamlah!" ucap Nadia dengan tatapan kesal dan wajah yang serius.     

Jonathan terdiam mendengar ucapan Nadia. Kemudian melirik ke arah gelas kosong yang ada di meja.     

"Bisa ambilkan aku minum? aku haus setelah bicara denganmu." ucap Jonathan sambil mengelus tenggorokannya.     

"Ya Tuhan!! orang ini kapan memberi aku ketenangan untuk beristirahat sebentar saja!" ucap Nadia sambil mengisi gelas kosong dengan air dan di berikan pada Jonathan.     

"Bicara tentang sahabat kamu, siapa namanya tadi? Jean? apa nanti siang kamu ada acara makan siang?" tanya Jonathan sambil minum air yang di beri Nadia.     

"Tidak baik mendengar pembicaraan orang lain yang bukan urusanmu." ucap Nadia seraya mengambil gelas dari tangan Jonathan yang sudah kosong.     

"Bagaimana aku tidak mendengarnya? kamu bicara dengan keras. Sekarang jawab saja, apa kamu akan makan siang bersama sahabat kamu itu?" tanya Jonathan kembali ingin sekali mengerjai Nadia yang sudah membuatnya kesal semalaman.     

"Bukan urusanmu." ucap Nadia duduk bersandar sambil memejamkan mata agar bisa istirahat sebentar sampai menunggu pintu terbuka dari luar.     

Jonathan mengkerutkan keningnya berpikir bagaimana mencari cara untuk menggagalkan rencana makan siang Nadia dengan Jean sahabatnya.     

Sesaat Jonathan melihat Nadia sudah tidak bicara lagi dan matanya sudah terpejam rapat.     

Jonathan mengamati wajah Nadia dari tempatnya.     

"Menurutku wajahnya tidak cantik malah terlihat menyebalkan. Bagaimana bisa dilihat cantik? wajah polos tidak ada pewarna sama sekali. Tapi bagaimana bisa dia punya sahabat laki-laki? Jean! Jean...apa itu nama Jean temanku yang punya Toko bunga? tidak mungkin juga Jean berteman dengan wanita arogan ini? tapi wanita ini juga yang membawa bunga dari Toko Jean? sepertinya aku harus bertanya pada Jean." ucap Jonathan dalam hati sambil meraih ponselnya untuk menghubungi Jean.     

"Aahhhh...tidak! sebaiknya aku berpura-pura tidak tahu tentang hal ini. Mungkin itu akan lebih seru." ucap Jonathan dengan sebuah senyuman sinis di bibirnya.     

"Ceklek"     

Terdengar suara pintu terbuka, di lihatnya Ramos berdiri di depan pintu kemudian masuk ke dalam menghampirinya.     

Dengan cepat, Jonathan memberi isyarat pada Ramos untuk tidak bicara keras.     

Ramos menganggukkan kepalanya pertanda mengerti.     

"Kamu cepat pergi dan siapkan dua sarapan pagi untukku dan untuk wanita itu. Dan juga siapkan dua teh hangat. Dengar! berikan obat pencuci perut pada makanan dan minuman pada wanita itu?" ucap Jonathan dengan wajah serius.     

Ramos mengkerutkan keningnya.     

"Tapi Tuan... kasihan Nadia." ucap Ramos tidak setuju dengan apa yang di lakukan Jonathan pada Nadia.     

"Cukup! jangan banyak bicara Ramos! lakukan saja perintahku." ucap Jonathan dengan tatapan tajam.     

Ramos menghela nafas panjang, kemudian menganggukkan kepalanya.     

"Baiklah Tuan, akan aku laksanakan." ucap Ramos kemudian keluar dari kamar Jonathan.     

Setelah Ramos pergi, kembali Jonathan melihat Nadia dengan tersenyum.     

"Lihat saja, apa kamu akan tetap bisa pergi dengan perut yang mulas." ucap Jonathan seraya berbaring untuk melanjutkan tidurnya.     

Beberapa jam kemudian Nadia terbangun dari tidurnya dan melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.     

Sambil mengusap wajahnya agar rasa kantuknya hilang, Nadia mendekati Jonathan untuk membangunkannya.     

"Tuan... Tuan Jonathan! bangun! sudah siang." panggil Nadia sambil mengguncang bahu Jonathan.     

Perlahan kedua mata Jonathan terbuka, dan melihat Nadia duduk di sampingnya.     

"Ada apa? kenapa kamu membangunkan aku? aku masih mengantuk." ucap Jonathan kembali memejamkan matanya.     

"Tidak Tuan! ini sudah siang. Kamu harus bangun dan cepat hubungi Tuan Ramos untuk kemari dan membuka pintunya! aku harus pulang sekarang." ucap Nadia mengguncang kembali bahu Jonathan.     

Terpaksa Jonathan membuka matanya dan bangun dari tidurnya.     

"Kamu mengganggu saja!" ucap Jonathan dengan tatapan kesal.     

"Biar saja! terserah katamu Tuan. Sekarang cepat hubungi Tuan Ramos untuk segera membuka pintu kamarnya." ucap Nadia seraya mengambil ponsel milik Jonathan dan di berikan padanya.     

"Cepat hubungi Tuan Ramos, Tuan." ucap Nadia dengan kesal.     

"Tidak perlu, biasanya setiap pagi Ramos datang membawa sarapan buatku." ucap Jonathan seolah-olah tidak terjadi apa-apa.     

"Apa Tuan Jonathan yakin?" tanya Nadia dengan tatapan serius.     

"Sudahlah, kamu tunggu saja." ucap Jonathan berusaha kembali tidur, namun Nadia menarik tangannya dengan keras.     

"Auhhh!! apa yang kamu lakukan!! tanganku bisa patah!" ucap Jonathan sambil memegang tangannya.     

"Aku sudah melakukan apa-apa, aku hanya tidak ingin Tuan tidur lagi." ucap Nadia dengan senyum tertahan saat melihat wajah meringis Jonathan.     

"Ceklek"     

"Selamat pagi Tuan Jonathan, Nona Nadia. Sarapan pagi kalian sudah siap. Dan aku minta maaf semalam aku tidak enak badan dan tidur setelah minum obat. Jadi...aku tidak mendengar panggilan telepon dari siapapun." Ucap Ramos sambil meletakkan sarapan pagi Jonathan di tempat tidurnya. Sedangkan sarapan untuk Nadia di letakkan di atas meja.     

"Tidak apa-apa Tuan Ramos, dan aku minta maaf aku tidak bisa sarapan. Aku harus pergi sekarang." ucap Nadia seraya bangun dari tempatnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.