DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

SEBUAH PERTOLONGAN



SEBUAH PERTOLONGAN

"Begini Tuan Jonathan, sementara aku menitipkan kalungku pada Pemilik tempat penyewaan alat pancing. Dan pemilik toko itu sangat baik. Selain menyewakan alat pancing ini, aku juga di pinjami uang agar kita bisa pulang. Dan kalau aku sudah punya uang, aku bisa mengambil kalungku itu lagi." ucap Nadia dengan perasaan sedikit takut.     

Perasaan Jonathan semakin tersentuh, hatinya sangat bersyukur bisa mengenal Nadia sebelum hidupnya benar-benar berakhir dengan suntikan mati.     

Pihak lembaga masih memberi waktu padanya untuk berpikir kembali tentang keputusannya. Dan Jonathan sampai saat sekarang masih berkeinginan untuk mengakhiri hidupnya.     

"Anda melamun Tuan Jonathan? apa kita tidak jadi memancing?" tanya Nadia membuyarkan lamunan Jonathan.     

Jonathan mengedipkan matanya saat wajah Nadia sangat dekat di wajahnya.     

"Jauhkan wajahmu dari wajahku Nadia." ucap Jonathan sambil mendorong pelan wajah Nadia dengan tangannya.     

Nadia tertawa melihat wajah merah Jonathan dengan kedipan matanya yang lucu.     

"Kemarilah Tuan, duduk dekat denganku. Kita akan bersenang-senang sekarang." ucap Nadia menarik pelan kedua kaki Jonathan agar bisa lebih dekat di sungai.     

Dengan penuh perhatian Nadia memberikan alat pancingnya pada Jonathan.     

"Nadia, bisa kamu pasang umpannya? aku tidak boleh pegang yang kotor." ucap Jonathan dengan tersenyum.     

"Kalau tangan kan bisa di cuci Tuan pemalas." ucap Nadia dengan bibir cemberut sambil memasang cacing di kail pancing Jonathan.     

Jonathan hanya tertawa, kemudian melempar tali kail ke tengah sungai.     

Nadia berdiri dari tempatnya kemudian melempar tali kailnya lebih jauh dari milik Jonathan.     

Sambil menunggu pancingannya, Nadia melihat ke sekeliling pohon yang ada di taman Nature.     

"Seandainya buah di sini boleh di makan, sudah aku ambilkan untukmu Tuan Jonathan." ucap Nadia seraya duduk kembali di samping Jonathan.     

"Kamu jangan cemas Nad, aku belum merasa lapar. Entah karena dekat kamu aku merasa tidak lapar." ucap Jonathan menggoda Nadia agar tidak bosan.     

Nadia memicingkan matanya menatap Jonathan yang lebih rileks di banding sebelumnya terlihat sangat serius.     

Tanpa permisi Nadia menangkup wajah Jonathan dan mengamati lagi wajah Jonathan.     

"Benar-benar kemajuan yang luar biasa Tuan. Wajah anda sudah terlihat muda di banding sebelumnya." ucap Nadia dengan tersenyum.     

Kedua alis Jonathan terangkat mendengar ucapan Nadia. Dengan refleks Jonathan meraba wajahnya.     

"Apa benar yang kamu katakan? kalau aku lebih muda dari sebelumnya?" tanya Jonathan dengan tatapan serius.     

"Ya Tuhan!! anda jangan serius lagi Tuan Jonathan." ucap Nadia sambil menarik ujung kedua bibir Jonathan agar tersenyum.     

"Seringlah tersenyum agar Tuan Jonathan selalu terlihat muda." ucap Nadia semakin keras menarik ujung bibir Jonathan.     

"Nadia! sakit sekali tahu!" ucap Jonathan sambil membalas mencubit kedua pipi Nadia.     

"Auh!! sakit Tuan Jonathan! lepaskan!" ucap Nadia mengaduh sambil memegang kedua pipinya.     

Jonathan tertawa semakin keras mencubit kedua pipi Nadia.     

"Ehhh!! Tuan!! Tuan Jonathan!! lihat!! alat pancing anda bergerak!" ucap Nadia berteriak keras sambil menunjuk ke arah pancing Jonathan.     

"Wah...aku beruntung sekali! aku bisa makan ikan pagi ini!" ucap Jonathan segera mengambil pancingannya dan menggulung tali kailnya agar ikannya bisa naik keatas.     

"Cukup besar ikannya ya Tuan!" ucap Nadia lebih mendekat di samping Jonathan.     

Dengan hati-hati Jonathan memegang ikan gurami yang masih tersangkut di mata kail yang runcing.     

"Hati-hati Tuan Jonathan, mata kailnya cukup tajam." ucap Nadia dengan wajah serius.     

Ikan gurami yang di pegangnya masih bergerak-gerak membuat Jonathan kesulitan mengambilnya dan tak sengaja jari telunjuknya tersangkut di mata kail setelah ikannya terlepas.     

"Auh...auh..." ucap Jonathan mengaduh berusaha melepas mata kail yang menancap di jari telunjuknya.     

"Ya Tuhan!! Tuan!! jari anda! terluka dan berdarah!" ucap Nadia segera membantu melepas mata kail pancing dari jari Jonathan.     

Dengan refleks Nadia memasukkan jari telunjuk Jonathan yang berdarah ke dalam mulutnya dan menghisapnya dengan kuat.     

"Nadia? apa yang kamu lakukan?" ucap Jonathan dengan wajah memerah karena perhatian Nadia padanya.     

"Menghisap darah anda Tuan." ucap Nadia kemudian mengeluarkan saputangannya dari dalam kantongnya dan membalut luka jari telunjuk Jonathan.     

Hati Jonathan semakin terharu dan tersentuh dengan perhatian Nadia padanya.     

"Cukup Nadia, apa yang kamu lakukan?" ucap Jonathan sambil menarik tangannya yang masih di dalam mulut Nadia.     

Wajah Nadia seketika memerah sedikit malu dengan apa yang di lakukannya.     

"Tuan diam saja di sini, biar aku yang mengambil ikannya." ucap Nadia seraya mengambil ikan gurami dan di masukkannya ke dalam keranjang ikan.     

"Permisi Nona Nadia." ucap seseorang yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang mereka.     

"Ehh... Anda! ada apa Pak?" tanya Nadia bangun dari tempatnya saat tahu yang datang pemilik penyewaan alat pancing.     

"Begini Nona Nadia, aku kesini mau mengembalikan kalung anda. Aku berpikir biar aku meminjamkan uang pada anda saja, tanpa jaminan kalung ini. Anda bisa mengembalikannya setelah anda bisa sampai di rumah nanti." ucap pemilik alat pancing itu sambil memberikan kalung yang di bawanya pada Nadia, juga memberikan uang pinjaman lagi tanpa Nadia meminjamnya.     

Nadia menatap orang itu dengan tatapan tak percaya, kemudian menatap Jonathan dengan sebuah senyuman.     

"Lihat Tuan Jonathan, ada orang baik yang sudah menolong kita." ucap Nadia sambil menerima uang dari pemilik alat pancing.     

"Pak... terima kasih atas pertolongan anda. Aku berjanji setelah kita pulang nanti akan segera kembali ke sini untuk mengembalikan uang anda." ucap Nadia dengan wajah terlihat gembira.     

"Sama-sama Nona Nadia, anda sangat baik pada Tuan ini. Aku ikut senang melihat kalian berdua." ucap Pemilik alat pancing setelah di datangi Marcos dan memberinya uang sangat banyak sebagai pengganti karena sudah menolong Nadia.     

Setelah Pemilik alat pancing meninggalkan tempat. Nadia menatap Jonathan dengan sebuah senyuman kemudian memeluk Jonathan dengan sangat erat.     

"Ahhh!!! aku sangat senang Tuan Jonathan. Akhirnya kita bisa makan dan bisa pulang ke rumah." Ucap Nadia tanpa peduli Jonathan menatapnya tak berkedip.     

"Tulangku bisa patah semua kalau kamu memelukku seperti ini Nadia." ucap Jonathan dengan kening mengkerut namun tetap membiarkan Nadia memeluknya tanpa berusaha melepasnya.     

Tanpa menghiraukan ucapan Jonathan, Nadia masih memeluk Jonathan dengan sangat erat.     

"Aku akan membawa ikan ini ke tempat rumah makan agar bisa di masak mereka sekaligus pesan makanan buat kita." ucap Nadia dengan tersenyum kemudian bangun dari tempatnya.     

"Sayang sekali aku tidak bisa ikut kemana-mana denganmu Nadia." ucap Jonathan dengan wajah terlihat sedih.     

Nadia menelan salivanya, merasa kasihan dengan keadaan Jonathan.     

"Aku hanya pergi sebentar, tidak akan lama. Setelah itu kita akan bersenang-senang dan makan bersama." ucap Nadia dengan berat hati meninggalkan Jonathan sendirian.     

Jonathan menatap kepergian Nadia dengan perasaan sedih, tidak tahu kedepannya seperti apa dengan pertunangannya dengan Nadia. Akan berakhir atau akan berlanjut pada pernikahan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.