DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

MALAM BERTABUR BINTANG (2)



MALAM BERTABUR BINTANG (2)

0"Aku ingin kita menikah Nad, tapi aku tidak tahu apa aku bisa membahagiakanmu dengan keadaanku yang seperti ini?" ucap Jonathan setelah melepas ciuman Nadia yang sudah menjadi candu baginya.     
0

"Apa untuk membahagiakan seseorang, harus dengan tubuh yang sempurna? aku sudah bahagia dengan cintamu Tuan Jonathan." ucap Nadia dengan suara hampir tak terdengar.     

"Lalu, bagaimana pertunangan kamu dengan Jean?" tanya Jonathan merasakan sesak yang begitu tiba-tiba.     

"Aku tidak tahu, aku akan membicarakan besok dengan Jean. Apa Tuan Jonathan mau ikut?" tanya Nadia dengan tatapan sungguh-sungguh.     

"Aku ikut denganmu? apa itu tidak akan mengganggu makan siang kalian?" tanya Jonathan merasa tidak dengan Jean.     

"Aku juga tidak tahu, tapi kalau hal itu mengganggu anda sebaiknya anda tidak ikut." Ucap Nadia berpikir ulang tidak ingin sesuatu terjadi pada Tuan James atau Jonathan.     

Jonathan terdiam tidak tahu apa yang harus di ucapkan dengan apa yang di inginkan Nadia yang begitu tiba-tiba.     

"Ada apa Tuan Jonathan? apa anda tidak yakin dengan apa yang kita inginkan?" tanya Nadia berusaha meyakinkan Jonathan kalau dia juga menginginkan pernikahan itu.     

"Kamu tidak mencintaiku? kenapa tiba-tiba ingin menikah denganku?" tanya Jonathan dengan tiba-tiba.     

"Tuan Jonathan juga tidak mencintaiku kan? kenapa ingin menikah denganku?" tanya Nadia kembali mendekatkan wajahnya sangat dekat dengan wajah Jonathan.     

"Aku mencintaimu Nadia, kalau kamu ingin tahu hal itu." ucap Jonathan dengan nafas berat.     

"Sejak kapan? bukankah Tuan Jonathan selalu marah padaku?" tanya Nadia dengan tatapan tak percaya.     

Jonathan memicingkan matanya menatap Nadia yang sedang menatapnya.     

"Di awal aku memang tidak menyukaimu. Wanita keras kepala dan cerewet, telingaku seperti terbakar saat mendengar suaramu." ucap Jonathan dengan sebuah senyuman di sudut bibirnya.     

"Dan sekarang? apa yang Tuan Jonathan lihat?" tanya Nadia penasaran.     

"Sekarang? aku tidak bisa sendirian tanpa kamu. Aku merasa kesepian tanpa mendengar suara kamu itu." ucap Jonathan dengan jujur.     

"Apalagi?" tanya Nadia dengan tatapan penuh.     

"Apa? em...aku tidak bisa melupakan ciuman kamu." ucap Jonathan dengan sungguh-sungguh.     

"Apa ciumanku lebih baik dari ciuman Amanda?" tanya Nadia dengan wajah merah karena malu.     

"Tidak lebih baik, Tapi aku menyukai ciuman kamu yang sederhana itu. Apa kamu sudah pernah berciuman sebelumnya?" tanya Jonathan menyandarkan punggungnya pada kursi rodanya.     

Nadia terdiam tidak menjawab pertanyaan Jonathan yang pasti akan membuatnya malu.     

"Apa kamu tidak ingin menjawabnya?" ucap Jonathan menatap kedua mata Nadia.     

"Kalau aku menjawabnya, apa Tuan Jonathan akan percaya?" ucap Nadia mendekat ke wajah Jonathan.     

"Aku percaya padamu, sudah berapa kali dan dengan siapa saja? apa termasuk Jean?" tanya Jonathan melupakan bagaimana polosnya ciuman pertama kali Nadia padanya.     

"Aku belum pernah berciuman dengan siapapun kecuali dengan seorang pria yang sudah berpengalaman dengan seribu banyak wanita yang menciumnya. Bahkan entah berapa banyak wanita yang sudah tidur dengannya." ucap Nadia seraya membalas tatapan kedua mata Jonathan.     

Apa kamu menyindirku Nadia? Apa kamu tidak mencintaiku karena masa laluku itu?" Tanya Jonathan dengan tatapan serius.     

"Kalau aku tidak mencintaimu, kenapa aku memintamu untuk menikahiku?" Ucap Nadia dengan suara lirih.     

"Apa benar kamu mencintaiku? Apa tidak ada alasan lain selain itu?" Tanya Jonathan tidak percaya kalau Nadia ternyata juga mencintainya.     

"Menurutmu alasan apa lagi?" Tanya Nadia ingin tahu jawaban Jonathan.     

"Mungkin balas dendam." Ucap Jonathan tanpa berpikir panjang.     

"Balas dendam? Kenapa aku balas dendam padamu Tuan?" Tanya Nadia seraya menelan salivanya.     

"Aku juga tidak tahu, bisa saja karena kamu tidak menyukaiku dari awal yang selalu menyusahkanmu." Ucap Jonathan dengan pemikirannya.     

"Akhirnya Tuan mengakui juga kalau sejak awal sengaja menyusahkan aku, benar kan?" Ucap Nadia dengan tatapan serius seraya mendekatkan wajahnya ke wajah Jonathan.     

Jonathan memejamkan matanya tidak ingin melihat kemarahan Nadia.     

"Apa hanya karena itu kamu balas dendam padaku?" Tanya Jonathan seraya menahan dada Nadia yang menindihnya.     

"Hem... lebih dari itu." Ucap Nadia semakin mendekatkan wajahnya hingga nafas berat Jonathan menerpa wajahnya.     

"Apa itu?" Tanya Jonathan memberanikan diri membuka matanya tepat hidungnya menempel dengan hidung Nadia.     

"Karena tidak mempercayaiku kalau aku punya perasaan yang sama." Ucap Nadia menatap tepat kedua mata Jonathan.     

"Aku memang tidak percaya kalau kamu tidak mengatakan langsung padaku. Aku sudah mengakui perasaanku padamu kalau aku mencintaimu. Dan kamu...apa kamu mencintaiku?" Tanya Jonathan menahan detak jantungnya yang mulai berdegup sangat kencang.     

Nadia menatap wajah Jonathan dengan tatapan rumit. Bagaimana dia bisa menjawab pertanyaan Jonathan.     

"Aku tidak mau menjawabnya, bagiku cinta bisa di lihat dari sikap dan perhatian Tuan." ucap Nadia mencari alasan yang lebih tepat.     

"Tapi bagiku, sangat penting juga cinta di ungkapkan dengan kata-kata. Katakan padamu sekarang, apa kamu mencintaiku? kalau tidak ada cinta di hatimu aku berjanji padamu, aku tidak akan memaksamu untuk menikah denganmu." ucap Jonathan dengan sungguh-sungguh.     

Nadia menghela nafas panjang, dengan terpaksa dia harus menjawab pertanyaan Jonathan dan dia harus berbohong agar bisa menikah dengan Jonathan.     

"Baiklah, Kalau Tuan Jonathan, ingin jawaban dariku. Aku juga mencintaimu Tuan." ucap Nadia dengan wajah serius agar Jonathan percaya dengan apa yang di ucapkannya.     

Tanpa membalas ucapan Nadia, Jonathan menarik pinggang Nadia dan menjatuhkannya ke dalam pangkuannya.     

Sontak Nadia memeluk leher Jonathan agar tidak jatuh.     

"Apa yang Tuan Jonathan lakukan? aku bisa jatuh Tuan?! dan lagu paha Tuan bisa sakit." ucap Nadia dengan wajah terlihat terkejut dengan apa yang di lakukan Jonathan yang tiba-tiba.     

"Aku terlalu bahagia Nadia, setelah sekian lama akhirnya aku menemukan wanita yang benar-benar mencintaiku apa adanya aku." ucap Jonathan memeluk erat pinggang Nadia.     

"Tapi... Tuan, aku tidak mencintaimu? dan tidak akan pernah mencintai anda karena orang tua anda telah memisahkan aku dari ayahku dan menyebabkan kematian Ibuku.     

"Nadia, kenapa kamu diam saja? apa ada sesuatu yang kamu pikirkan? Kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Jonathan mengusap wajah Nadia dengan penuh kebahagiaan.     

"Aku tidak percaya, anda begitu bahagia Tuan." ucap Nadia dengan tersenyum seraya menyandarkan kepalanya di bahu Jonathan.     

"Tentu aku bahagia Nadia, aku telah mendapatkan cintamu." ucap Jonathan kemudian menatap ke atas langit yang bertabur bintang.     

"Lihat Nadia, bintang di atas langit itu?" ucap Jonathan sambil menunjuk ke arah langit.     

Nadia mengangkat wajahnya menatap ke atas langit.     

"Kenapa dengan bintang itu Tuan Jonathan?" ucap Nadia dengan suara pelan.     

"Bintang-bintang itu telah menjadi saksi cinta kita berdua. Dan aku tidak akan pernah melupakan kenangan indah ini selama hidupku, bahkan sampai pada kematianku." ucap Jonathan dengan wajah terlihat serius dan kedua mata yang sayu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.