DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

SALAH TINGKAH



SALAH TINGKAH

0"Sepertinya Tuan Jonathan berusaha memerasku." ucap Nadia dengan tatapan kesal.     
0

"Kalau kamu keberatan tidak apa-apa, aku mau tidur saja." ucap Jonathan hendak berbaring tidur.     

"Jangan!!! oke...oke..aku akan menuruti permintaanmu." ucap Nadia dengan tatapan kesal.     

"Jangan menatapku dengan tatapan seperti itu. Lakukan dengan hati dan tersenyum juga dengan tatapan penuh kelembutan." ucap Jonathan dengan wajah serius.     

"Benar-benar suatu pemaksaan." ucap Nadia merasa kesal dalam hati namun sebuah senyuman tampak di bibirnya yang indah.     

"Aku akan melakukan seperti yang Tuan Jonathan inginkan." ucap Nadia kemudian memberanikan diri mendekati wajah Jonathan.     

"Tunggu, jangan tergesa-gesa. Aku harus memastikan lebih dulu kamu pandai mencium atau tidak." ucap Jonathan menahan bibir Nadia dengan jari telunjuknya.     

Wajah Nadia memerah, bagaimana bisa dia jujur pada Jonathan kalau dia belum pernah ciuman.     

"Katakan padaku, berapa kali kamu berciuman?" tanya Jonathan menatap penuh wajah Nadia.     

"Cukup Tuan Jonathan, aku tidak perlu menjawabnya. Sekarang diam saja dan jangan bicara lagi. Aku akan menciummu sekarang." ucap Nadia sambil mengerucutkan bibirnya.     

Jonathan hampir saja tertawa melihat cara aneh Nadia mencium seseorang.     

"Aku rasa aku sudah tahu jawabanmu. Kamu sama sekali tidak ahli dalam hal berciuman." ucap Jonathan dengan senyum meremehkan.     

"Lalu aku harus bagaimana?! aku memang belum pernah berciuman! puas!! Tuan sengaja mengulur-ulur waktu! aku harus cepat ke rumah sakit sekarang." ucap Nadia dengan wajah memerah.     

Jonathan menahan senyum sambil menatap penuh wajah Nadia yang semakin cantik dengan wajah merahnya.     

"Baiklah, aku akan membantumu agar kita bisa cepat ke rumah sakit. Tutup matamu sekarang, akan aku tunjukkan bagaimana ciuman dengan perasaan sayang itu." ucap Jonathan menatap penuh wajah Nadia.     

"Hemm... lakukan dengan cepat." ucap Nadia seraya memejamkan matanya dan sedikit membuka bibirnya agar Jonathan bisa leluasa mencium bibirnya seperti yang di film-film.     

Jonathan semakin menahan tawanya melihat kepolosan Nadia dalam hal ciuman.     

Dengan gemas Jonathan menutup mulut Nadia dengan menaikkan dagunya agar mulutnya tertutup.     

"Tutup mulutmu daripada kemasukan nyamuk." ucap Jonathan dengan suara pelan.     

Seketika itu juga Nadia mengatupkan mulutnya dengan rapat sambil mengutuk Jonathan dalam hati.     

"Sekarang rasakan bagaimana ciumanku. Ingat jangan kamu buka matamu sebelum aku selesai menciummu." ucap Jonathan dengan menahan senyum meraih tengkuk leher Nadia kemudian mengecup kening Nadia.     

"DEG"     

Nadia sangat terkejut saat merasakan kecupan Jonathan bukan pada bibirnya tapi pada keningnya.     

Dengan kening mengkerut Nadia membuka matanya dan menatap wajah Jonathan yang tersenyum padanya.     

"Ada apa denganmu Tuan? apa Tuan Jonathan sedang mengerjai aku?" ucap Nadia dengan wajah serius.     

"Aku tidak sedang mengerjai kamu. Aku hanya ingin tahu kamu ahli dalam mencium atau tidak. Ternyata nol." ucap Jonathan sambil mengacungkan jempolnya ke bawah.     

"Terserah Tuan!! harusnya aku tahu kalau Tuan Jonathan hanya sedang tidak serius dan hanya mengerjaiku saja." ucap Nadia seraya bangun dari duduknya.     

"Tunggu! kamu mau kemana? apa kamu tidak membantuku duduk di kursi roda. Bagaimana aku harus ikut denganmu kalau aku masih di tempat tidur." ucap Jonathan menegakkan punggungnya.     

Nadia menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Jonathan.     

"Apa maksud Tuan? apa itu berarti...Tuan akan ikut denganku ke rumah sakit?" tanya Nadia dengan tatapan tak percaya, akhirnya Jonathan akan ikut dengannya.     

"Jangan banyak bertanya, mau membantuku bangun atau tidak?" ucap Jonathan jadi salah tingkah mendapat tatapan Nadia yang tak berkedip.     

"Ahhh!!! akhirnya Tuan Jonathan mau membantuku. Terima kasih Tuan." ucap Nadia berlari dan memeluk Jonathan kemudian mengecup bibir Jonathan dengan cepat. Jonathan terdiam dan terpaku di tempatnya mendapat pelukan dan ciuman Nadia yang secara spontan.     

"Ayo... Tuan Jonathan, aku bantu." ucap Nadia seraya memegang kedua lengan Jonathan untuk membantu duduk di kursi roda.     

Masih dengan rasa tak percaya Jonathan duduk di kursi rodanya dan membiarkan apa yang di lakukan Nadia.     

"Kita pergi sekarang ya Tuan." ucap Nadia seraya mendorong kursi roda Jonathan ke lift untuk turun ke lantai bawah.     

"Tuan Marcos! Tuan Marcos!" panggil Nadia saat melihat Marcos hendak masuk ke taman samping.     

"Ya Nona Nadia." ucap Marcos mendekati Nadia.     

"Seperti peraturan di rumah ini, aku bisa keluar dengan bebas selama ada Tuan Jonathan di sampingku. Jadi, sekarang aku minta tolong Tuan Marcos untuk mengantarku ke rumah sakit." ucap Nadia dengan wajah terlihat senang.     

"Tuan Jonathan?" ucap Marcos pada Jonathan yang menatapnya.     

Jonathan menganggukkan kepalanya dengan mengedipkan matanya memberikan persetujuan atas ucapan Nadia.     

"Baiklah Nona Nadia." ucap Marcos akhirnya menganggukkan kepalanya kemudian membantu Jonathan masuk ke dalam mobil.     

Dengan perasaan lega Nadia mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Jean kalau dia dan Jonathan akan ke rumah sakit sekaligus meminta nama nama kamar inap Ayah Jean di rawat.     

"Nona Nadia, kita harus ke rumah sakit mana?" tanya Marcos setelah keluar dari halaman rumah.     

"Rumah sakit Sun Life." ucap Nadia sambil menatap ke arah Jonathan yang diam di tempatnya.     

"Tuan Jonathan, anda tidak apa-apa kan? apa anda memikirkan sesuatu tentang apa yang aku lakukan?" tanya Nadia setelah menyadari kalau Jonathan lebih banyak diam setelah mendapat pelukan dan ciuman darinya.     

"Tidak, aku tidak memikirkan apa-apa." ucap Jonathan sedikit terkejut dengan pertanyaan Nadia yang seratus persen benar.     

Pelukan dan ciuman Nadia sangat berbeda dengan dengan wanita lainnya.     

Tanpa sadar Jonathan menyentuh bibirnya yang sudah tercium Nadia.     

Nadia mengangkat kedua alisnya sambil menarik jari Jonathan dari bibirnya.     

"Apa yang Tuan Jonathan pikirkan dengan menyentuh bibir Tuan?" Tanya Nadia menatap penuh wajah Jonathan yang merah.     

Jonathan semakin salah tingkah mengalihkan pandangannya ke arah jalanan.     

"Kamu jangan terbawa perasaan, aku memegang bibirku karena kering dan sariawan. Bukan memikirkan pelukan dan ciuman kamu." ucap Jonathan dengan wajah memerah.     

"Maaf Tuan, aku merasa tidak terbawa perasaan. Dan siapa juga yang mengatakan kalau Tuan memikirkan pelukan dan ciumanku." ucap Nadia dengan sebuah senyuman.     

"Cukup!! kamu senang sekali berdebat denganku." ucap Jonathan semakin malu dengan apa yang di katakan Nadia.     

"Maaf Tuan Jonathan, Nona Nadia. Cukup jangan bertengkar lagi, kita sudah sampai di rumah sakit." ucap Marcos sambil menghela nafas panjang.     

Nadia dan Jonathan saling pandang, kemudian menatap Marcos yang terlihat marah.     

Nadia tersenyum di balas Jonathan dengan tatapan polos.     

Setelah memarkirkan mobilnya, Marcos keluar mobil dan di bantu Nadia membantu Jonathan duduk di kursi rodanya.     

"Tuan Jonathan, maaf aku langsung kembali untuk mengantar Nyonya Anne. Kalau sudah waktunya pulang hubungi saya saja." ucap Marcos kemudian masuk ke dalam mobil.     

Setelah Marcos pergi, Nadia menatap ke arah pintu rumah sakit kemudian mendorong kursi roda Jonathan masuk ke dalam rumah sakit.     

Tiba di kamar inap Ayahnya Jean, Jonathan sangat terkejut saat melihat Jean keluar dari kamar.     

"Jean?" panggil Jonathan dengan tatapan tak percaya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.