DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

HAL YANG MENGEJUTKAN



HAL YANG MENGEJUTKAN

0"Anda!!! anda tidak pingsan!! Tuan Jonathan!! anda benar-benar balas dendam padaku!!" ucap Nadia seraya mencubit perut dan dada Jonathan dengan perasaan malu.     
0

"Hahaha...aku juga bisa mengerjaimu Nadia, bukan kamu saja yang bisa mengerjai aku." ucap Jonathan tidak bisa lagi menahan tawanya.     

Dengan perasaan campur aduk Nadia tidak berhenti mencubit perut Nadia, hingga Jonathan memegang kedua tangan Nadia dengan kuat.     

"Maafkan aku Nadia, jangan di teruskan lagi mencubitku. Pasti perutku saat ini sudah merah semua karena cubitanmu." ucap Jonathan dengan tatapan penuh dan wajah serius.     

Nadia menghentikan perlawanannya dan membiarkan Jonathan memegang kedua tangannya.     

"Aku ingin melihat perutmu." ucap Nadia berniat membuka kaos Jonathan, tapi Jonathan menahan tangannya sambil menggelengkan kepalanya.     

"Jangan, cukup kemarin saja kamu melihat perutku yang merah. Untuk sekarang tidak lagi." ucap Jonathan masih memegang pergelangan tangan Nadia.     

"Hanya sebentar saja, biar aku melihatnya. Atau kamu sedang mengerjai aku lagi?" Ucap Nadia dengan tatapan penuh.     

"Baiklah." ucap Jonathan melepas pegangannya dan membiarkan Nadia melihat perutnya.     

Nadia menatap wajah Jonathan yang matanya terpejam, dengan serius Nadia membuka kaos Jonathan.     

Nadia menatap perut Jonathan tak berkedip.     

"Apa ini? kenapa lebih merah dari yang aku lihat kemarin? kenapa sekarang merah dan lecet?" ucap Nadia tatapan tak percaya.     

Jonathan melepas tangan Nadia yang memegang kaosnya kemudian menutupi kembali perutnya.     

"Kulitku sangat sensitif sekali tidak bisa terkena apapun." ucap Jonathan tidak terlalu menjelaskan lebih detail pada Nadia kalau kulitnya benar-benar sensitif.     

"Apa Tuan Jonathan mau aku panggilkan Dokter Frederick? agar mengetahui apa yang terjadi pada kulit anda." ucap Nadia merasa Jonathan menyembunyikan sesuatu.     

"Tidak perlu. Hal ini sudah biasa mudah hilang dengan bedak dingin." ucap Jonathan mulai merasa mengantuk.     

"Apa anda mengantuk Tuan?" tanya Nadia melihat kedua mata Jonathan yang terlihat sayu.     

"Hem...aku mau tidur. Apa kamu juga mau tidur?" tanya Jonathan dengan suara pelan.     

"Tidak, aku mau keluar sebentar ke taman." ucap Nadia Ingin mencari udara segar di taman.     

"Mau menidurkan aku sebentar?" ucap Jonathan dengan tatapan memohon.     

"Sudah seperti suami yang manja pada istrinya." ucap Nadia dengan tersenyum menyelimuti tubuh Jonathan.     

"Apa kamu tidak suka dengan Suami yang manja pada istri?" tanya Jonathan menatap Nadia yang duduk dekat di sampingnya.     

"Aku lebih suka manja pada suami." ucap Nadia ingin mempunyai Suami yang menjadi sandaran kesedihannya.     

"Kamu bisa bermanja padaku kalau kamu mau." ucap Jonathan dengan wajah serius.     

"Sssttt... cukup. Tuan tidak akan tidur kalau bicara terus." ucap Nadia mengusap kening Jonathan.     

"Hem...mau menyanyikan lagu cinta untukku?" ucap Jonathan meraih tangan Nadia yang ada di keningnya dan menggenggamnya dengan pelan.     

"Pejamkan mata anda dan tidurlah." ucap Nadia dengan perasaan gemas, tapi tetap saja Nadia mempersiapkan hatinya untuk menyanyikan lagu cinta tentang sebuah rindu.     

Jonathan memejamkan matanya berharap Nadia menyanyikan lagu untuknya.     

Dengan suara lirih Nadia bernyanyi menuruti keinginan Jonathan.     

Jonathan membuka matanya perlahan dengan sebuah senyuman, kemudian kembali tidur dengan suasana hati yang tenang.     

Melihat Jonathan sudah terlelap dalam tidurnya, Nadia menghentikan nyanyiannya kemudian melepas genggaman tangan Jonathan.     

Entah perasaan apa yang mendorong Nadia mengecup kening Jonathan.     

"Selamat tidur Tuan kesayangan." ucap Nadia membelai rambut Jonathan kemudian berjalan pelan keluar kamar.     

"Terima kasih Perawat kesayangan." ucap Jonathan dengan tersenyum tanpa membuka matanya meneruskan tidurnya dengan perasaan tenang.     

Dengan suasana hati yang nyaman Nadia berjalan ke taman samping, taman khusus milik Jonathan.     

"Taman ini sangat indah, aku tidak percaya kalau Tuan Jonathan yang arogan dan keras kepala mempunyai sisi kelembutan dengan menyukai bunga-bunga." ucap Nadia dalam hati sambil memetik satu bunga mawar dan di ciumnya dengan penuh perasaan.     

"Bunga ini sangat cantik, aku akan memetik beberapa tangkai untuk Tuan Jonathan. Dia pasti senang dengan harumnya bunga mawar." ucap Nadia berjalan pelan mencari beberapa bunga mawar yang berbeda warna.     

Langkah kaki Nadia terhenti saat sayup-sayup mendengar suara Marcos dan Anne bicara dengan.     

"Apa yang di bicarakan mereka berdua?" tanya Nadia dalam hati berjalan mengendap-endap mendekati Marcos dan Anne.     

Wajah Nadia sedikit tegang saat mendengar Anne menyebut nama Ayahnya Ammer.     

"Marcos, apa kamu yakini keadaan Ammer sudah lebih baik?" tanya Anne dengan wajah serius.     

"Aku rasa sudah lebih baik dari kemarin Nyonya." ucap Marcos dengan suara pelan.     

"Kamu harus hati-hati, jangan sampai ada yang tahu keberadaan Ammer." ucap Anne seraya menghela nafas panjang.     

"Kita tidak bisa kehilangan Ammer sebelum waktunya tiba. Nadia harus menikah dengan Jonathan secepatnya." ucap Anne menatap Marcos dengan tatapan penuh.     

"Aku rasa Tuan Jonathan sudah mulai mencintai Nona Nadia, tapi aku belum tahu perasaan Nadia pada Tuan Jonathan." ucap Mercos sudah berusaha untuk menyatukan mereka tapi Nadia selalu menjaga jarak.     

"Semoga Nadia secepatnya bisa mencintai Jonathan agar mereka bisa segera menikah, setelah itu kita bisa tenang dengan pernikahan mereka berdua." ucap Anne dengan sebuah senyuman.     

Marcos menganggukkan kepalanya mengiyakan ucapan Anne.     

Tubuh Nadia terpaku di tempatnya, jantungnya berdetak sangat cepat saat mendengar kalau Ayahnya masih hidup.     

"Di mana mereka menyembunyikan Ayah? apa keadaan Ayah baik-baik saja? apa Ayah dalam keadaan sakit sebelumnya?" tanya Nadia berjalan menjauh setelah mendapatkan kesadarannya.     

"Apa maksud dari ucapan Nyonya Anne? apa aku harus menikah dengan Tuan Jonathan baru Ayah di bebaskan? ternyata Nyonya Anne sangat kejam sekali. Pasti mereka menyiksa Ayah hingga Ayah sakit." ucap Nadia dengan perasaan sakit.     

"Aku harus bagaimana sekarang? apa aku harus menikah lebih dulu dengan Tuan Jonathan? dan apa benar yang di ucapkan Tuan Marcos kalau Tuan Jonathan sudah mulai mencintaiku? Kalau hal itu benar aku harus lebih dekat dengan Tuan Jonathan dan mendorongnya agar segera menikah denganku." ucap Nadia dalam hati bergegas pergi ke kamarnya untuk menenangkan hatinya yang masih berdetak sangat cepat.     

Di dalam kamar, Nadia tidak bisa istirahat dengan tenang. Pikirannya hanya tertuju pada pernikahannya dengan Jonathan agar segera terwujud.     

"Sebaiknya aku ke kamar Tuan Jonathan sekarang." ucap Nadia sambil menggigit bibir bawahnya. Tapi pikiran lain menahannya.     

"Tapi... Tuan Jonathan masih tidur, sebaiknya nanti malam saja aku ke kamarnya." ucap Nadia tidak ingin mengganggu istirahat Jonathan.     

Sambil menunggu malam tiba, Nadia berusaha tidur dan istirahat. Pikirannya sangat lelah memikirkan apa yang terjadi pada Ayahnya. Kenapa keluarga Darren begitu tega memisahkan Ayahnya dengan Ibunya.     

"Aku harus membalas rasa sakit ibuku pada mereka. Aku akan menjauhkan Jonathan dari mereka berdua. Lihat saja bagaimana aku akan menyiksa hati mereka dengan menyakiti hati putra kesayangan mereka." ucap Nadia dengan hati yang di penuhi dengan dendam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.