DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

HADIAH CIUMAN



HADIAH CIUMAN

0Tubuh Jean terpaku di tempatnya sangat terkejut dengan kabar yang di dengarnya.     
0

"Jean ada apa? apa terjadi sesuatu?" tanya Nadia dengan wajah cemas saat melihat wajah Jean tiba-tiba pucat.     

"Aku harus ke rumah sakit sekarang, Ayah ada di rumah sakit terkena serangan jantung. Aku tidak tahu karena apa." ucap Jean setelah sadar dari keterpakuannya.     

"Aku ikut denganmu Jean." ucap Gladys segera berdiri dari tempatnya.     

"Aku juga ikut." ucap Nadia tanpa memperdulikan tatapan tajam Marcos.     

"Maaf Nona Nadia kamu tidak bisa pergi dengan temanmu, karena saat ini kamu juga telah ditunggu Tuan Darren dan Nyonya Anne." ucap Marcos seraya memegang lengan Nadia.     

"Tapi Tuan Marcos, anda tahu sendiri kalau Ayah temanku sekarang ada di rumah sakit. Bagaimana aku bisa tutup mata melihat semua ini. Tidak adakah belas kasihan di hati Tuan Marcos?" ucap Nadia dengan tatapan memohon.     

"Maafkan aku Nona Nadia, aku hanya menjalankan tugas dari Tuan Darren dan aku tidak mau mengecewakannya. Setelah di rumah, Nona Nadia bisa minta tolong pada Tuan Jonathan untuk mengantar Nona Nadia ke rumah sakit itu akan lebih baik." ucap Marcos dengan wajah serius.     

"Apa yang dikatakan Tuan Marcos benar Nadia, sebaiknya kamu pulang dan minta tolong pada Jonathan untuk ke rumah sakit. Sekarang biar aku dan Gladys yang akan melihat keadaan Ayah. Kamu jangan kuatir, aku akan memberitahumu nanti." ucap Jean berusaha untuk tenang.     

Nadia menghela nafas panjang sambil memejamkan matanya.     

"Baiklah aku akan pulang dan menunggu kabar darimu. Ayo... Tuan Marcos kita pulang." ucap Nadia dengan perasaan sedih dan merasa bersalah.     

Tanpa bicara lagi Jean dan Gladys keluar dari rumah kaca dan pergi ke rumah sakit dengan naik mobil Jean. Sedangkan Nadia masuk ke dalam mobil Marcos.     

Dengan pelan Marcos menjalankan mobilnya keluar dari halaman toko bunda Jean.     

"Tuan Marcos, bisa cepat sedikit? aku ingin cepat tiba di rumah dan mengajak Tuan Jonathan ke rumah sakit." ucap Nadia dengan wajah cemas.     

Marcos menghela nafas panjang melihat keras kepalanya Nadia.     

"Aku berharap Nona Nadia Jangan memikirkan diri sendiri, tapi pikirkan juga nama baik Tuan Darren dan Nyonya Anne juga perasaan Tuan Jonathan." ucap Marcos dengan tatapan lurus ke depan.     

"Maafkan aku Tuan Marcos, masalah ini tidak akan terjadi kalau tidak ada pertunangan antara aku dan Tuan Jonathan." ucap Nadia dengan perasaan kesal.     

"Aku mengerti Nona Nadia pasti kesal pada kita semua, tapi percayalah semua yang dilakukan Tuan Darren dan Nyonya Anne itu demi kebaikan Nona Nadia juga." ucap Marcos seolah-olah menyimpan sesuatu yang di rahasiakan.     

"Apa maksud Tuan Marcos dengan mengatakan semua yang dilakukan Tuan Darren dan Nyonya Anne itu demi kebaikanku? aku sama sekali tidak mengerti." ucap Nadia dengan kedua alis terangkat.     

"Aku tidak bisa mengatakannya sekarang, aku hanya minta pada Nona Nadia untuk bisa percaya pada keluarga Darren. Mereka adalah orang baik dan jangan sakiti perasaan Tuan Jonathan karena selama ini Tuan Jonathan tidak pernah mempermainkan perasaan wanita." ucap Marcos dengan serius kemudian menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar Nadia cepat sampai di rumah.     

Tiba di rumah besar, suasana mulai sedikit sepi dan tidak terlalu ramai seperti saat Nadia datang.     

Dengan perasaan sedikit takut, Nadia keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah.     

Nadia tersenyum saat melihat Anne datang menghampirinya dengan wajah terlihat cemas.     

"Apa yang terjadi padamu Nadia? kamu pergi sangat lama. Aku mencemaskanmu, takut terjadi sesuatu padamu di jalan." ucap Anne sambil menangkup wajah Nadia penuh kasih sayang.     

"Maaf Nyonya Anne, sungguh aku tidak menyadari kalau waktu cepat berlalu. Aku minta maaf." ucap Nadia sedikit gugup dengan sikap Anne yang mencemaskannya.     

"Tidak apa-apa lupakan saja, yang terpenting kamu baik-baik saja. Sekarang pergilah ke atas Jonathan dari tadi menunggumu." ucap Anne sambil mengusap wajah Nadia dengan tersenyum.     

Nadia menganggukkan kepalanya kemudian segera naik ke lantai atas di mana kamar Jonathan berada.     

Sambil menahan nafas Nadia membuka pintu kamar Jonathan dengan pelan.     

"Kamu dari mana saja?!" ucap Jonathan dengan tiba-tiba mengagetkan Nadia yang baru saja membuka pintu.     

"Ya Tuhan!! apa Tuan Jonathan tidak punya pekerjaan lain selain mengagetkan aku?" ucap Nadia sambil mengusap dadanya.     

Jonathan menghela nafas panjang sambil menatap Nadia dengan tatapan penuh.     

"Jangan menatapku seperti itu Tuan Jonathan. Sekarang dengarkan aku, Tuan. Aku membutuhkan bantuanmu." ucap Nadia duduk di samping Jonathan yang duduk bersandar.     

"Untuk apa aku membantumu kalau kamu tidak mau mendengarkan aku." ucap Jonathan seraya memicingkan matanya.     

"Baiklah Tuan Jonathan, aku akan selalu mendengarkan apa yang Tuan Jonathan ucapkan. Tapi untuk sekarang, tolong ikut aku pergi ke rumah sakit. Ayah kekasihku saat ini ada di rumah sakit karena serangan jantung. Semua itu terjadi saat melihat aku bertunangan denganmu." ucap Nadia dengan tatapan memohon.     

"Kalau kamu ingin pergi ke rumah sakit pergi saja. Kenapa harus denganku." ucap Jonathan dengan kedua alisnya terangkat.     

"Masalahnya aku tidak bisa keluar sendirian. Nyonya Anne melarangku pergi sendirian kecuali denganmu. Tolonglah aku Tuan." ucap Nadia sambil menarik tangan Jonathan dan menggenggamnya dengan erat.     

Jonathan mengkerutkan keningnya melihat Nadia yang rela memohon padanya demi kekasihnya.     

"Kamu benar-benar mencintai kekasihmu itu?" ucap Jonathan dengan tatapan tak percaya.     

"Ssshhh...maaf Tuan Jonathan, sebaiknya jangan bahas itu sekarang. Kita harus secepatnya pergi ke rumah sakit sebelum semuanya terlambat." ucap Nadia sambil menarik tangan Jonathan agar duduk di kursi rodanya.     

"Tunggu! apa yang kamu lakukan? aku masih belum mengatakan mau ikut denganmu." ucap Jonathan berniat sedikit mengerjai Nadia.     

"Ya Tuhan, Tuan Jonathan... apa anda tidak kasihan pada orang tua yang tidak bersalah yang saat ini berada di rumah sakit?" ucap Nadia dengan tatapan kesal.     

"Berikan aku sesuatu hadiah yang membuatku tergerak untuk ikut denganmu." ucap Jonathan dengan tenang.     

"Apa anda mau uang? uang anda sudah banyak. Tuan Jonathan minta hadiah apa? akan aku berikan asal ikut denganku sekarang." ucap Nadia dengan tatapan memelas.     

"Hadiah apapun akan kamu berikan?" tanya Jonathan dengan serius.     

Nadia menganggukkan kepalanya dengan pasti.     

"Apapun itu akan aku berikan." ucap Nadia dengan serius.     

"Aku minta hadiah sebuah ciuman di bibir selama dua menit dan ciuman itu harus kamu lakukan dengan sungguh-sungguh. Bagaimana? apa kamu mau? ingat aku tidak memaksamu. Semua terserah padamu." ucap Jonathan dengan tatapan penuh.     

"Sepertinya Tuan Jonathan berusaha memerasku." ucap Nadia dengan tatapan kesal.     

"Kalau kamu keberatan tidak apa-apa, aku mau tidur saja." ucap Jonathan hendak berbaring tidur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.