DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

MASALAH YANG RUMIT



MASALAH YANG RUMIT

0"Apa yang kalian sembunyikan dariku? apa tidak ada yang bisa menjawab pertanyaanku?" tanya Gladys dengan kedua alisnya terangkat.     
0

Nadia menghela nafas panjang.     

"Aku telah membantu Jean, dengan bersandiwara bertunangan di hadapan orang tua Jean. Ayah Jean sedang sakit parah dan menginginkan Jean segera bertunangan dan menikah." ucap Nadia dengan suara pelan.     

"Ya Tuhan Nadia! Jean!! apa yang kalian lakukan?? kalian telah membohongi orang tua kalian!!" ucap Gladys tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.     

"Ini hanya sementara saja Glad, sampai Jean mendapatkan kekasih lagi." ucap Nadia menenangkan hati Gladys.     

"Ini masalah yang rumit bagimu Nad." ucap Gladys dengan wajah cemas.     

"Tunggu Glad, untuk masalahku bisa aku atasi. Sekarang kita dengarkan cerita Nadia kenapa pertunangan itu bisa terjadi." ucap Jean berusaha untuk tenang.     

"Ya kamu benar Jean, lanjutkan ceritamu Nad." ucap Gladys dengan serius.     

Nadia     

"Dari peristiwa itu masalah timbul. Sampai pada Tuan Marcos mengancamku karena mengetahui aku ingin mencelakai Tuan Jonathan. Aku di ancam akan di masukkan ke penjara kalau tidak mau bersandiwara dengan menjadi tunangan Tuan Jonathan." ucap Nadia sambil meremas kedua tangannya.     

"Kenapa kamu tidak menolaknya saja? bukankah tidak ada bukti kalau kamu ingin mencelakai Tuan Jonathan?" tanya Gladys dengan tatapan kesal.     

"Masalahnya Tuan Marcos bilang dia akan mudah mendapatkan bukti itu untuk memasukkan aku ke dalam penjara. Dan itu mengingatkan aku dengan apa yang kamu katakan hukum bisa di beli mereka. Dan aku tidak bisa bermain-main dengan mereka." ucap Nadia menundukkan wajahnya.     

"Aku sudah bilang itu di awal jangan membuat masalah dengan mereka Nad." ucap Gladys sambil mengusap punggung Nadia.     

"Kalau begitu kenapa kamu tidak bilang saja pada Tuan Jonathan kalau kamu tidak menginginkan pertunangan itu." ucap Gladys dengan serius.     

"Sudah, tapi Tuan Jonathan sendiri tidak bisa melawan keinginan orang tuanya. Bahkan saat Tuan Daren mengatakan kita harus menikah secepatnya, Tuan Jonathan tidak bisa membantahnya." ucap Nadia dengan rasa putus asa.     

"Aku sudah mendengar semua masalahmu tentang Jonathan. tapi aku belum tahu bagaimana kamu bisa balas dendam pada Tuan Darren. Apa kamu yakin kalau kematian Ibu kamu penyebabnya adalah Tuan Darren?" tanya Jean dengan wajah serius.     

"Bagaimana aku tidak yakin kalau penyebab kematian ibuku adalah Tuan Darren, Jean? Ibuku terpisah dari Ayahku karena Tuan Darren yang memisahkannya. Tuan Darren meminta ibuku untuk pergi jauh dari Ayah. Hingga sampai saat ini aku tidak tahu dimana Ayah mungkin Ayah juga tidak tahu kalau Ibu sudah meninggal." ucap Nadia dengan kedua matanya berkaca-kaca.     

"Dengan semua yang kamu ceritakan tentang masalah kematian Ibu kamu aku masih belum percaya kalau Tuan Darren penyebabnya Nadia. Karena aku tahu sendiri bagaimana sifat Tuan Darren. Tuan Darren begitu baik pada semua orang dan selalu membantu orang miskin." ucap Jean dengan sangat yakin.     

"Kenapa kamu begitu yakin kalau Tuan Darren orangnya baik dan suka membantu orang miskin? Apa kamu punya buktinya?" tanya Nadia dengan kedua alis terangkat.     

"Mungkin aku tidak begitu mengenal Tuan Darren, tapi aku sangat tahu kalau Tuan Darren pernah membantu orang tuaku saat perusahaan Ayah hampir bangkrut. Karena itulah saat aku mengenal Jonathan aku semakin mengenal keluarga Jonathan mereka adalah orang baik." ucap Jean dengan wajah serius.     

"Untuk saat ini aku tidak percaya Jean, karena aku juga mengalami sendiri bagaimana menderitanya Ibuku saat berpisah dengan Ayah. Dan semua itu karena Tuan Darren." ucap Nadia dengan tatapan penuh kebencian.     

"Maafkan aku Nadia, bukan aku tidak membelamu Nadia. Aku hanya memberi pandangan pada kamu agar kamu tidak salah jalan, dan tidak terburu-buru dengan apa yang kamu lakukan. Kamu harus bisa membuktikan sendiri apakah Tuan Darren benar-benar yang telah menyebabkan perpisahan Ibu dan Ayah kamu." ucap Jean menasihati Nadia.     

"Oke...Untuk balas dendamku sebaiknya biar aku sendiri yang akan menyelesaikannya. Sekarang, apa yang harus kita lakukan dengan masalah pertunanganku denganmu dan masalah pertunanganku dengan Jonathan?" ucap Nadia merasa bingung apa yang harus di lakukannya.     

Jean terdiam beberapa saat setelah Nadia mengingatkannya tentang masalah pertunangannya dengan Nadia.     

"Jujur Nadia untuk pertunangan kita, entah itu berakhir atau tidak, bagiku tidak ada masalah. Karena kita tahu kalau di antara kita tidak ada apa-apa. Sekarang, yang perlu kita pikirkan bagaimana kalau Ayah dan Ibuku tahu tentang pertunanganmu dengan Jonathan. Bagaimana kita menjelaskan pada mereka?" ucap Jean menatap dalam wajah Nadia.     

"Bagaimana keadaan Ayahmu sekarang Jean? apakah keadaan Ayahmu sudah lebih baik?" tanya Nadia sambil menghela nafas panjang.     

"Sejak ayah tahu kita bertunangan keadaan Ayah sudah mulai membaik hingga sekarang. Semoga saja Ayah dan Ibu tidak mengetahui tentang pertunanganmu dengan Jonathan." ucap Jean dengan tatapan rumit.     

"Aku harap begitu Jean." ucap Nadia dengan tatapan penuh harap.     

"Tapi aku tidak yakin seratus persen Nadia, karena disaat kamu dan Jonathan menikah, pasti Tuan Darren mengundang Ayah dan Ibu. Mereka pasti akan lebih kecewa kalau mengetahui masalah ini di saat kamu menikah dengan Jonathan. Kita harus menceritakan dari awal tentang masalah ini." ucap Jean sambil mengusap wajahnya.     

"Maafkan aku Jean, semua masalah ini karena ideku. Sekarang kita dalam masalah dan aku merasa bersalah kepada Ayah dan Ibu kamu." ucap Nadia sambil mengusap bahu Jean.     

"Sekarang begini saja Nadia, disaat kamu punya waktu lebih baik kamu dan Jean menjelaskan ada Ayah dan Ibu Jean. Karena itu akan lebih baik kalau mereka mengetahui sekarang daripada nanti." ucap Gladys yang diam sejak tadi.     

"Aku juga berpikir seperti itu Glad, lebih baik menceritakan sekarang daripada nanti. Bagaimana menurutmu Jean?" Tanya Nadia dengan serius.     

"Aku setuju dengan usul Gladys, kamu hubungi saja aku di saat kamu ada waktu." ucap Jean dengan wajah terlihat sedih.     

"Tok...Tok...Tok"     

Pintu terketuk dari luar, tampak Marcos berdiri dengan wajah suram. Segera Nadia berdiri dan membuka pintu.     

"Nona Nadia, kita harus kembali sekarang. Nyonya Anne dan Tuan Darren menginginkan Nona Nadia kembali secepatnya." ucap Marcos sambil membungkukkan badannya.     

"Tapi Tuan Marcos, aku belum selesai bicara dengan temanku." ucap Nadia dengan tatapan penuh.     

"Acara pertunangan anda belum selesai Nona Nadia, kasihan Tuan Jonathan menunggu anda." ucap Marcos dengan tatapan serius.     

"Bagaimana ini Jean, Gladys? aku harus kembali sekarang, sedangkan jalan keluar masih belum kita temukan." ucap Nadia dengan wajah bingung.     

"Drrrt...Drrrt...Drrrt"     

Ponsel Jean berbunyi berulang-ulang, segera Jean menerimanya saat tahu yang meneleponnya adalah Ibunya.     

"Hallo Bu...ada apa?" tanya Jean dengan perasaan cemas saat mendengar ibunya menangis.     

"Ayah kamu Jean, Ayah kamu pingsan sekarang ada di rumah sakit. Kata Dokter Ayah kamu terkena serangan jantung." ucap Valerie sambil menangis.     

Tubuh Jean terpaku di tempatnya sangat terkejut dengan kabar yang di dengarnya.     

"Jean ada apa? apa terjadi sesuatu?" tanya Nadia dengan wajah cemas saat melihat wajah Jean tiba-tiba pucat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.