DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

NAPAS BUATAN



NAPAS BUATAN

0"Apa kamu bisa tidur di sini malam nanti?" ucap Jonathan dengan tatapan penuh harap.     
0

Nadia menelan salivanya mendengar permintaan Jonathan.     

"Apa maksud Tuan? keadaan Tuan Jonathan sudah lebih baik kan? kenapa aku harus tidur di sini?" tanya Nadia dengan tatapan penuh masih berdiri di pintu kamar.     

"Aku ingin ngobrol saja denganmu, mungkin sampai pagi." ucap Jonathan dengan alasan yang tidak jelas.     

"Ngobrol sampai pagi? bukankah kita sudah bicara banyak?" ucap Nadia dengan tatapan bingung.     

"Baiklah, aku memang tidak punya alasan. Aku hanya ingin kamu di sini. Kalau kamu tidak mau tidak apa-apa. Pergilah istirahat." Ucap Jonathan tidak bisa berbasa-basi atau pintar mencari alasan.     

Nadia mengusap tengkuk lehernya, masih bingung dengan apa yang di ucapkan Jonathan. Tapi tidak bingung dengan tatapan dan sikap Jonathan yang sudah merajuk.     

Dengan sebuah senyuman Nadia keluar dari kamar Jonathan dan pergi ke dapur untuk mengambil makanan. Nadia berniat makan siang di kamar Jonathan dan menghabiskan waktu bersamanya.     

Setelah mengambil beberapa makanan yang harus di makan Jonathan, Nadia kembali ke kamar Jonathan.     

"Ceklek"     

Nadia membuka pintu kamar tanpa bersuara. Di lihatnya Jonathan sedang memejamkan matanya dengan salah satu lengannya berada di keningnya.     

"Aku tidak mau makan siang Marcos, aku akan makan setelah Nadia kembali dari istirahat." Ucap Jonathan tanpa membuka matanya.     

Nadia berjalan mendekati Jonathan kemudian meletakkan makanan di atas meja. Dengan pelan Nadia menyentuh lengan Jonathan.     

"Sudah aku katakan aku hanya makan dengan Nadia....!!" ucap Jonathan seraya membuka kedua matanya dan terkejut melihat Nadia yang ada di hadapannya.     

Wajah Jonathan seketika merah merasa malu karena ucapannya pasti di dengar Nadia.     

"Kamu? kenapa kamu kesini lagi. Kamu jangan salah paham dengan apa yang aku katakan tadi karena memang tugas kamu menemaniku makan. Benar kan?" ucap Jonathan menutupi rasa malunya.     

"Anda benar Tuan Jonathan, aku harus menemani Tuan makan. Karena sekarang sudah waktunya istirahat aku ingin makan di sini bersama Tuanku yang paling tampan." ucap Nadia dengan sebuah senyuman.     

"Kamu makan di sini?" tanya Jonathan dengan tatapan polos.     

Nadia menganggukkan kepalanya beberapa kali.     

"Tidak hanya makan, tapi aku juga tidur di sini nanti malam. Kita bisa ngobrol sampai pagi." ucap Nadia masih dengan tersenyum.     

Tanpa berkomentar apa-apa Jonathan menarik pinggang Nadia hingga terjatuh dalam pelukannya dan memeluknya dengan erat.     

Nadia terdiam membiarkan saja Jonathan memeluknya bahkan dalam waktu yang cukup lama.     

"Hem... Hem... senang sekali anda memelukku? bukankah menurut anda pantatku tipis?" ucap Nadia dengan nada bercanda.     

Dengan cepat Jonathan melepas pelukannya dengan wajah semakin merah.     

"Apa yang aku katakan tidak ada hubungannya dengan saat ini Nadia. Baguslah kalau kamu mau tidur di sini malam ini. Aku jadi ada teman." ucap Jonathan kembali angkuh dan arogan.     

"Hem... sebaiknya aku makan di dapur saja." ucap Nadia seraya bangun dari duduknya, namun tangan Jonathan memegang pergelangan tangannya sambil menggelengkan kepalanya. Tatapan mata Jonathan lebih banyak berbicara.     

Nadia tersenyum, kemudian duduk kembali dan mengambil makanannya.     

"Apa kamu makan sendiri Nad?" tanya Jonathan melihat Nadia makan sendiri makanannya.     

"Hem...aku makan sendiri, ini banyak sayuran dan dagingnya sedikit. Apa anda mau?" tanya Nadia dengan sengaja banyak mengambil sayuran daripada dagingnya.     

"Aku mau saja asal kamu suapi." ucap Jonathan sambil berusaha duduk bersandar.     

"Ingat Tuan!! no tipu-tipu! tidak ada lagi mual dan muntah atau ciuman! oke!!" ucap Nadia dengan wajah serius.     

Jonathan menganggukkan kepalanya.     

Melihat kesanggupan Jonathan, segera Nadia menyuapi Jonathan.     

Jonathan menatap wajah Nadia sambil mengunyah makanannya.     

"Jangan melihatku saat mengunyah makanan Tuan, nanti anda akan tersedak." ucap Nadia sambil melihat wajah Jonathan sekilas.     

"Hem...." Jonathan hanya bisa menelan salivanya, selalu kalah dalam setiap berdebat dengan Nadia.     

Hanya dengan saling curi pandang, Nadia dan Jonathan sudah menghabiskan makanannya. Dan lebih anehnya lagi setelah menghabiskan banyak sayur Jonathan sama sekali tidak mual atau muntah.     

"Apa Tuan Jonathan tidak merasa aneh?" tanya Nadia setelah sadar kalau Jonathan tidak merasa mual atau muntah.     

"Merasa aneh kenapa?" tanya Jonathan sudah lupakan rasa mual atau muntah setelah makan sayuran.     

"Bukankah Tuan Jonathan kalau selesai makan sayuran selalu merasa mual dan muntah? kenapa sekarang tidak sama sekali? apa itu tidak aneh?" ucap Nadia dengan tatapan penuh.     

Mendengar ucapan Nadia, sesaat Jonathan terdiam baru menyadari kalau memang dia tidak merasa mual atau muntah.     

"Benar juga katamu Nadia, Kenapa aku tidak merasakan hal itu? apa karena kamu yang menyuapiku?" ucap Jonathan dengan sebuah kedipan di matanya.     

"Hem... tidak mungkin juga. Mungkin karena lambung Tuan sudah bisa menerima sayuran dengan baik." ucap Nadia dengan wajah serius merasakan tubuh Jonathan tergantung padanya.     

"Kamu benar." ucap Jonathan dengan suara pelan merasa benar-benar bersyukur karena Nadia dia mulai bisa makan makanan yang sehat.     

"Tuan Jonathan." panggil Nadia setelah beberapa saat terdiam dalam lamunannya.     

"Hem." sahut Jonathan mengangkat wajahnya menatap Nadia dalam-dalam.     

"Tuan Jonathan, tidak tergantung padaku kan? maksudku di saat aku tidak ada di samping anda, Tuan Jonathan akan tetap sehat kan?" ucap Nadia dengan wajah serius.     

Jonathan menatap Nadia dengan tatapan berkabut.     

"Apa kamu berniat meninggalkan aku?" ucap Jonathan dengan suara tercekat.     

"Hem....hahahaha." Nadia tertawa keras kemudian menjepit hidung Jonathan dengan kuat.     

"Nadia!! apa?? apa kamu mengerjai aku lagi!!?" ucap Jonathan dengan geram karena untuk sesaat tadi terasa jantungnya seperti berhenti.     

"Hahaha... sudah aku katakan aku senang melihat wajah anda seperti ini Tuan." ucap Nadia tertawa keras masih dengan menjepit hidung Jonathan.     

"Lepaskan tanganmu!! aku tidak bisa bernapas Nadia!!" ucap Jonathan dengan memeluk pinggang Nadia berniat membalas mengerjainya dengan menahan napasnya.     

"Nadia... Nadia..." panggil Jonathan menekan dadanya dengan nafas tersengal-sengal.     

Nadia melepaskan tangannya dan melihat Jonathan yang kesulitan bernapas.     

"Tuan... Tuan Jonathan!" panggil Nadia seraya menepuk pipi Jonathan.     

"Tuan!! Tuan pasti bercanda kan? Tuan ingin mengerjaiku kan?" ucap Nadia mulai panik saat dada Jonathan tidak berdetak.     

"Ya Tuhan!! Tuan Jonathan! anda jangan membuatku takut!" ucap Nadia menempelkan kepalanya di dada bidang Jonathan.     

"Bagaimana ini, apa mungkin Tuan Jonathan terkena serangan jantung?" ucap Nadia kemudian menekan rahang Jonathan untuk memberi bantuan pernapasan.     

Dengan sekuat tenaga, Nadia memberi napas buatan lewat mulut Jonathan.     

Untuk beberapa saat Nadia masih menyatukan mulutnya dengan mulut Jonathan. Hingga gerakan Nadia berhenti saat merasakan sebuah pelukan erat pada pinggangnya dan sebuah ciuman lembut di bibirnya.     

Nadia menatap tepat kedua manik mata Jonathan yang menatapnya dengan tawa tertahan.     

"Anda!!! anda tidak pingsan!! Tuan Jonathan!! anda benar-benar balas dendam padaku!!" ucap Nadia seraya mencubit perut dan dada Jonathan dengan perasaan malu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.