DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

APA INI CEMBURU



APA INI CEMBURU

0"Aku...aku tidak apa-apa, aku hanya sedikit takut ada cecak besar di dinding kamarku. Dan cecak itu sedang menatapku." ucap Nadia dengan gugup.     
0

Seketika Jonathan diam tak bergerak dengan wajah semakin pucat.     

"Apa yang kamu katakan Nadia? apa ada cecak besar di belakangku?" tanya Jonathan dengan tatapan tak berkedip. Nadia menahan senyum saat melihat ketakutan di wajah Jonathan.     

"Kenapa Tuan Jonathan? apa anda takut dengan seekor cecak?" tanya Nadia masih ingat jelas bagaimana ketakutannya Jonathan pada cecak.     

"Aku sudah tidak takut, aku hanya terkejut saja." ucap Jonathan dengan badan tetap tak bergerak.     

"Syukurlah kalau anda sudah tidak takut lagi Tuan, karena cecak itu mulai mendekat ke arah anda. Aku rasa cecak itu sangat menyukaimu Tuan." ucap Nadia dengan menahan tawa mengendap-endap seolah-olah mau menerkam Jonathan.     

"Nadia, kamu jangan bercanda! aku sungguh-sungguh cepat usir cecak itu. Atau kamu akan membersihkan tempat tidur karena aku kencing di sini!" ucap Jonathan dengan wajah merah padam.     

"Awssssa!!! Tuan Jonathan!!" teriak Nadia mendekati Jonathan.     

"Nadiaaaaaa!!" teriak Jonathan dengan cepat menarik tangan Nadia dan memeluknya dengan erat. Kedua mata Jonathan terpejam tanpa berani membuka matanya.     

Nadia tertawa tanpa mengeluarkan suara.     

"Tenang Tuan Jonathan, sekarang cecak besarnya sudah aku amankan. Cecak itu sudah dalam pelukanku dan tidak akan aku lepaskan lagi!" ucap Nadia memeluk Jonathan dengan kuat.     

Setelah mendengar ucapan Nadia seketika Jonathan membuka matanya dan menatap Nadia yang menahan senyum.     

"Apa Nadia?! apa yang kamu katakan? cecak besar?? sudah kamu amankan dalam pelukanmu?!! jadi kamu!! kamu telah mempermainkan aku lagi!! kamu bilang aku cecak?? kalau begitu kamu cecak betina!!" ucap Jonathan dengan kesal memeluk Nadia dengan sangat kuat hingga Nadia tidak bisa bergerak.     

Nadia tertawa keras tanpa henti karena telah berhasil mengerjai Jonathan yang tadinya terlihat muram saat tahu dia bicara dengan Jean.     

Melihat Nadia tertawa keras, Jonathan ikut tertawa masih dengan memeluk Nadia.     

"Kenapa kamu selalu mengerjai aku Nadia?" ucap Jonathan menatap penuh wajah Nadia yang juga menatapnya setelah beberapa saat mereka tertawa.     

"Aku senang melihat wajah Tuan yang merah padam seperti ini." ucap Nadia seraya menangkup wajah Jonathan.     

"Hem... Hem..." Jonathan berdehem seraya menelan salivanya.     

"Jadi... kenapa kamu senang dengan wajahku seperti ini?" ucap Jonathan dengan wajah merah karena malu.     

"Aku tidak tahu Tuan, aku hanya suka saja. Seolah-olah Anda sudah melupakan keadaan anda." ucap Nadia dengan suara pelan dengan tatapan penuh.     

Kembali Jonathan menelan salivanya kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain menyembunyikan kesedihannya.     

"Tuan Jonathan." panggil Nadia dengan pelan meraih dagu Jonathan agar mau menatapnya.     

"Entah kenapa, aku tidak bisa melihat anda sedih Tuan. Aku lebih senang melihat anda marah-marah yang tak jelas." ucap Nadia dengan tatapan tak berkedip menatap Jonathan.     

Hati Jonathan berdebar-debar indah, dan jantungnya berdetak sangat cepat dan semua itu karena kata-kata Nadia.     

Sesaat setelah menemukan kesadarannya dengan wajah merah Jonathan menutup penuh wajah Nadia dengan telapak tangannya .     

"Cukup Nadia, jangan bicara lagi dan jangan menatapku seperti itu." ucap Jonathan dengan perasaan malu.     

"Kenapa? anda malu ya? pasti anda malu kan? aku tidak percaya Tuan Jonathan Darren seorang CEO tampan ternyata seorang pemalu." ucap Nadia dengan sebuah senyuman.     

Melihat senyuman Nadia entah kenapa ada perasaan lain dalam hati Jonathan.     

"Nadia." panggil Jonathan saat ingat Nadia mendapat telepon dari Jean.     

"Hem... ada apa Tuan Jonathan?" ucap Nadia dengan wajah serius saat melihat Jonathan serius.     

"Apa Jean yang meneleponmu tadi?" tanya Jonathan dengan tatapan penuh.     

Nadia menganggukkan kepalanya dengan pelan.     

"Bicara soal apa?" tanya Jonathan seraya menelan salivanya.     

"Ayahnya Jean, besok siang mengundangku makan siang di rumahnya." ucap Nadia dengan jujur.     

"Dan kamu pasti akan datang. Karena kamu calon menantu mereka." ucap Jonathan dengan suara pelan.     

"Tidak seperti itu, pertunangan itu hanya sandiwara. Seperti pertunangan kita, juga sandiwara." ucap Nadia seraya mengalihkan pandangannya.     

"Mungkin menurutmu pertunanganmu dengan Jean dan pertunanganmu denganku adalah sandiwara. Tapi tidak bagi orang tua Jean dan orang tuaku. Mereka semua menganggap pertunangan itu sungguhan." ucap Jonathan memberikan pendapatnya.     

"Jean akan segera mencari jalan keluar untuk masalah itu. Dan untuk masalah kita aku percaya padamu, kamu juga bisa mencari jalan keluarnya." ucap Nadia tidak ingin terlibat dalam masalah serius dengan pria sebelum tujuan balas dendamnya tercapai.     

Jonathan terdiam, merasa hatinya sepi kembali.     

"Ada apa Tuan Jonathan? apa ada sesuatu yang anda pikirkan?" tanya Nadia ingin tahu apa yang di pikirkan Jonathan.     

"Tidak ada, sebaiknya kamu istirahat sudah waktunya kamu istirahat kan?" ucap Jonathan dengan tatapan sedih.     

"Aku tidak akan istirahat, katakan dulu apa yang Tuan Jonathan pikirkan." ucap Nadia dengan serius.     

"Yang aku pikirkan tidak terlalu penting." ucap Jonathan merasa Nadia tidak benar-benar mencintainya, tapi hanya rasa kasihan saja.     

"Begitu ya Tuan? sebaiknya anda simpan sendiri saja kalau tidak terlalu penting." ucap Nadia seraya bangun dari duduknya berniat keluar kamar.     

"Bagaimana pendapatmu kalau Jean ternyata mencintaimu? apa kamu akan menerimanya?" tanya Jonathan saat Nadia akan membuka pintu.     

Mendengar pertanyaan Jonathan yang di luar perkiraannya, Nadia berbalik dan mendekati Jonathan.     

"Apa aku harus menjawabnya Tuan?" ucap Nadia dengan tatapan penuh.     

Jonathan menganggukkan kepalanya.     

"Kalau kamu tidak keberatan aku ingin tahu jawabanmu." ucap Jonathan dengan hati berdebar-debar.     

"Aku tidak bisa menjawabnya untuk saat ini, karena itu belum terjadi. Tapi menurut pendapatku Jean pria yang baik dan ramah, tampan dan dewasa. Setiap wanita yang di cintai Jean pasti tidak perlu berpikir dua kali untuk menerima cinta Jean." ucap Nadia dengan wajah serius.     

"Apa itu berarti kamu akan menerimanya?" tanya Jonathan dengan wajah serius.     

"Sudah aku katakan aku tidak bisa menjawabnya Tuan keras kepala." ucap Nadia dengan tersenyum.     

"Bagaimana denganku? maksudku kalau aku yang mencintaimu? apa kamu akan berpikir dua kali?" tanya Jonathan memberanikan diri bertanya tentang dirinya.     

Nadia mengangkat wajahnya menatap Jonathan dengan serius. Kemudian tertawa keras.     

"Aku tahu Tuan akan balas dendam padaku karena aku telah mengerjai Tuan. Tapi percayalah aku tidak akan bisa Tuan kerjai." ucap Nadia bangun dari duduknya dengan sebuah senyuman.     

"Untuk pembicaraan kita hari ini aku rasa cukup. Tuan Jonathan harus istirahat, aku juga akan istirahat, oke?" ucap Nadia seraya membetulkan selimut Jonathan.     

Jonathan menatap Nadia dengan tatapan rumit.     

"Nadia." panggil Jonathan berharap Nadia menuruti keinginannya.     

"Ada apa lagi Tuan Jonathan yang tampan." ucap Nadia dengan gemas.     

"Apa kamu bisa tidur di sini malam nanti?" ucap Jonathan dengan tatapan penuh harap.     

Nadia menelan salivanya mendengar permintaan Jonathan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.