DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

MENEMUI JEAN



MENEMUI JEAN

0Sikap dan perilaku Daren sangat mengejutkan Nadia.     
0

"Apa mungkin, orang sabar dan begitu tenang ini bisa menyakiti hati orang tuaku?" tanya Nadia dalam hati berdiri dekat di samping Daren.     

"Nadia... jangan melamun. Jika kamu ingin tahu, pertunangan ini bukanlah sandiwara. Pertunangan ini awal hidupmu dengan Jonathan yang akan berlanjut ke pernikahan." ucap Daren dengan tenang.     

Jonathan dan Nadia sama-sama mengangkat wajahnya menatap wajah Daren dan Anne secara bergantian.     

Sungguh apa yang di katakan Daren sangat mengejutkan Jonathan dan Nadia.     

"Apa Dad?? kenapa ini mendadak sekali? dan kenapa tidak meminta pendapatku dulu?" ucap Jonathan dengan tatapan rumit.     

"Untuk hal itu bisa kamu tanyakan pada Momy kamu Jonathan. Sekarang bersiaplah untuk acara tukar cincin." ucap Daren dengan tenang seraya memanggil Marcos untuk menunjukkan cincin yang sudah di pesannya kilat untuk pertunangan Jonathan.     

Jonathan menatap ke arah Nadia yang terdiam di tempatnya.     

"Sahabatku semua, jika kalian semua berpikir kenapa pertunangan Jonathan begitu cepat. Karena aku dan Anne sudah menginginkan seorang cucu sebagai penerus keluarga besar Daren. Setelah pertunangan ini, aku berharap mereka berdua secepatnya memutuskan untuk segera menikah. Bukan begitu Anne?" tanya Daren pada Anne yang tersenyum padanya.     

Anne menganggukkan kepalanya sambil memeluk bahu Nadia dengan sebuah senyuman yang penuh dengan kebahagiaan.     

Nadia menelan salivanya berusaha berdiri tegak di tempatnya. Sungguh apa yang terjadi di luar perkiraannya.     

"Ya Tuhan! bagaimana ini? di sini banyak sekali para wartawan. Bagaimana kalau Jean dan Gladys tahu tentang hal ini? mereka berdua pasti akan membunuhku. Ya Tuhan!! kalau orang tua Jean tahu bagaimana?" tanya Nadia dalam hati dengan perasaan campur aduk ingin berlari pergi dan pulang ke rumah.     

"Jonathan, ambil cincinmu dan pakaikan di jari manis Nadia. Nadia... kamu juga lakukan seperti yang Jonathan lakukan." ucap Anne dengan senyum penuh kebahagiaan.     

Dengan gemetar Nadia mengulurkan tangannya dengan wajah tertunduk malu.     

"Nadia, lihat aku! kamu jangan panik. Kamu harus bisa menyelesaikan acara ini. Sekarang cepat pakaikan cincinku." ucap Jonathan mengulurkan tangannya setelah memakaikan cincinnya di jari manis Nadia.     

Sambil menundukkan wajahnya, Nadia memakaikan cincin yang di pegangnya pada jari Jonathan.     

Tubuh Nadia semakin gemetar saat para wartawan mengambil foto dirinya dan Jonathan.     

"Jonathan cium kening Nadia sebagai bukti kamu mencintai Nadia." ucap Daren dengan tersenyum bahagia.     

"Apa Daddy? mencium Nadia?! tidak!! aku tidak bisa melakukannya. Banyak wartawan di sini." ucap Jonathan tidak ingin melakukannya karena menjaga perasaan Nadia yang sudah terlihat stress dan pucat.     

"Jonathan, lakukan perintahku." ucap Daren dengan suara berat tapi tenang.     

"Nadia, maafkan aku. Aku harus menciummu. Pejamkan matamu agar kamu tidak pingsan." ucap Jonathan ikut merasakan panik dan hatinya berdebar-debar saat mendekatkan wajahnya pada wajah Nadia yang sedikit membungkukkan badannya agar sejajar dengan dirinya.     

Dengan di iringi tepuk tangan dan kilatan cahaya kamera dari para wartawan Jonathan memejamkan matanya kemudian mengecup kening Nadia cukup lama.     

Nadia berteriak keras dalam hati dengan kejadian yang telah menimpa dirinya.     

"Tuan Jonathan, apa masih lama anda menciumku?" tanya Nadia dengan kesal masih dengan kedua matanya terpejam.     

Mendengar teguran Nadia segera Jonathan melepas kecupannya.     

"Kamu jangan berpikir yang macam-macam, aku hanya menjalankan perintah Daddy." ucap Jonathan dengan perasaan gugup.     

Nadia membuka matanya setelah Jonathan melepas kecupannya.     

"Baiklah sahabatku semua, acara pertunangan antara putraku Jonathan dan Nadia sudah selesai. Mereka berdua sudah resmi bertunangan tinggal kita pikirkan rencana pernikahan mereka. Sekarang kalian semua bisa menikmati semua hidangan yang sudah tersedia." ucap Daren dengan tersenyum menatap para tamu yang ada di dalam ruangan.     

Nadia meremas kedua tangannya yang sudah berkeringat. Tidak bisa membayangkan bagaimana kecewanya wajah Jean dan Gladys.     

"Ya Tuhan, aku harus cepat pulang. Aku harus bisa bertemu dengan Jean dan menjelaskan tentang semua masalah ini." ucap Nadia sambil mengusap tengkuk lehernya.     

"Nyonya Anne, bisakah aku permisi pulang sebentar? aku baru ingat kalau bibiku akan datang ke rumah hari ini." ucap Nadia memberanikan diri bicara pada Anne.     

Anne mengkerutkan keningnya sesaat kemudian menganggukkan kepalanya dan tersenyum.     

"Baiklah Nadia, tapi kamu jangan pulang sendiri. Biar Marcos yang mengantarmu dan menunggumu. Mulai sekarang, kamu harus tinggal di sini Nadia. Karena kamu sudah menjadi calon menantu satu-satunya keluarga besar Daren." ucap Anne memberi pengertian pada Nadia.     

Nadia menganggukkan kepalanya tanpa membantah lagi. Bagi Nadia saat ini yang terpenting menemui Jean dan Gladys untuk mencari jalan keluarnya.     

"Aku permisi dulu Nyonya Anne." ucap Nadia sambil menundukkan wajahnya.     

"Nadia." panggil Anne sebelum Nadia pergi.     

"Jangan memanggilku Nyonya lagi. Panggil aku Momy seperti Jonathan memanggilku, karena mulai saat ini kamu sudah menjadi putriku." ucap Anne seraya mengusap wajah Nadia.     

Sekali lagi Nadia menganggukkan kepalanya tanpa bisa membantah.     

"Baiklah Momy, aku permisi." ucap Nadia beranjak dari tempatnya untuk mencari Marcos, Namun langkahnya terhenti saat Jonathan memanggil namanya.     

"Nadia, tunggu!!" panggil Jonathan seraya mendekati Nadia.     

"Ada apa Tuan Jonathan, aku harus pergi. Aku hanya punya waktu sebentar saja dan Nyonya Anne sudah memberiku izin." ucap Nadia dengan tatapan gusar.     

"Kamu mau menemui kekasih kamu kan?" tanya Jonathan dengan tatapan penuh.     

"Tentu saja aku harus menemui kekasihku dan sahabatku. Mereka tidak tahu tentang hal ini. Apa Tuan Jonathan tahu, saat ini aku sangat mencemaskan orang tua kekasihku, sebenarnya aku sudah bertunangan dan akan segera menikah. Sekarang bagaimana aku harus menjelaskan pada mereka?" ucap Nadia dengan panjang lebar menumpahkan rasa kecewanya.     

Jonathan terpaku di tempatnya mendengar apa yang di katakan Nadia.     

"Kamu tenang saja, aku akan mencari jalan keluar untuk masalah ini." ucap Jonathan dengan tatapan bersalah.     

"Tentu saja Tuan Jonathan harus mencari jalan keluarnya, karena aku tidak mau terlibat dalam pertunangan sandiwara ini. Sekarang biarkan aku pergi untuk menenangkan kekasihku." ucap Nadia dengan suara dingin dan pergi meninggalkan Jonathan.     

"Tuan Marcos!" panggil Nadia saat melihat Marcos berdiri di depan pintu mobil.     

Marcos tersenyum sambil membungkukkan punggungnya.     

"Masuklah Nona Nadia, aku akan mengantarmu pulang." ucap Marcos sambil membuka pintu mobil untuk Nadia.     

Nadia menelan salivanya mendapat perlakuan istimewa dari Marcos setelah dia resmi menjadi tunangan Jonathan.     

"Tuan Marcos, aku tidak mau Tuan bersikap seperti ini. Tuan Marcos jangan membuatku malu." ucap Nadia dengan wajah memerah setelah berada di dalam mobil.     

"Tidak perlu malu Nona Nadia, aku bahagia akhirnya Tuan Jonathan bisa bertunangan denganmu. Aku merasa lega dan tidak cemas lagi, karena sekarang ada Nona Nadia yang bisa menjaga Tuan Jonathan." ucap Marcos dengan perasaan bahagia.     

Nadia menjadi salah tingkah tidak tahu harus bersikap bagaimana atau mengatakan apa.     

"Tuan Marcos, apa bisa mengantarku ke tempat toko bunga temanku? aku harus menemuinya dan menjelaskan tentang hal ini." ucap Nadia dengan tatapan rumit.     

"Ceritakan semua padaku Nona Nadia, aku akan membantumu asal Tuan Jonathan bahagia." ucap Marcos dengan serius menatap Nadia dari kaca spion depan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.