DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

DEMAM TINGGI



DEMAM TINGGI

0"Tuan Jonathan, bangunlah kita sudah sampai." ucap Nadia sambil menepuk bahu Jonathan kemudian keluar dari mobil untuk memanggil Marcos agar membawakan kursi roda untuk Jonathan.     
0

Tidak berapa lama kemudian Nadia datang dengan Marcos yang membawa kursi roda Jonathan.     

"Nona... tolong, anda lihat keadaan teman anda. Dari tadi aku lihat tidak bergerak sama sekali. Apa dia kalau tidur seperti itu?" tanya sopir taksi sedikit panik.     

Mendengar hal itu Nadia membuka pintu mobil untuk melihat keadaan Jonathan. Di lihatnya Jonathan masih tak bergerak di dalam mobil.     

"Tuan Jonathan." panggil Nadia seraya masuk ke dalam mobil dan memegang bahu Jonathan.     

"Tuan Jonathan anda kenapa?" tanya Nadia mengusap wajah Jonathan dengan perasaan cemas.     

"Ya Tuhan, panas sekali! kenapa tiba-tiba bisa demam?" tanya Nadia dalam hati kemudian memanggil Marcos.     

"Tuan Marcos! tolong Tuan Jonathan. Badan Tuan Jonathan sangat panas sekali. Mungkin Tuan Jonathan mengalami demam tinggi." ucap Nadia menekan denyut nadi Jonathan.     

"Anda keluarlah lebih dulu, biar aku yang mengangkat Tuan Jonathan." ucap Marcos lebih tahu keadaan Jonathan jika terlalu lelah Jonathan pasti' mengalami demam tinggi.     

Tanpa bicara Nadia keluar dari mobil dan mendekatkan kursi roda Jonathan tepat di pintu mobil.     

"Nona Nadia! Tolong segera hubungi Dokter Frederick!" ucap Marcos seraya mendudukkan Jonathan di kursi roda dan membawanya masuk ke dalam rumah.     

"Tuan Marcos, sebentar lagi Dokter Frederick akan datang." ucap Nadia mengikuti Marcos yang masuk ke dalam kamar dan membaringkan Jonathan di atas tempat tidur.     

"Nona Nadia, tolong bantal Tuan Jonathan di tumpuk dua." ucap Marcos seraya melepas kemeja dan celana panjang Jonathan.     

Nadia menutup matanya saat Marcos mengganti celana panjang Jonathan dengan celana pendek.     

"Nona Nadia, sudah selesai. Tolong jaga Tuan Jonathan, aku akan mengambil air dan handuk untuk mengompres Tuan Jonathan." ucap Marcos kemudian keluar kamar.     

Nadia menganggukkan kepalanya kemudian mendekati Jonathan yang terbaring dengan telanjang dada.     

Baru kali ini Nadia benar-benar menatap wajah Jonathan dengan bebas dengan secara sadar.     

"Ternyata anda sangat tampan sekali Tuan, badan anda tinggi tapi kenapa tubuh anda sangat rapuh? apa semua itu karena pengaruh dari kecelakaan itu?" ucap Nadia seraya mengusap wajah Jonathan dengan kedua matanya yang masih terpejam rapat.     

"Ceklek"     

Pintu kamar terbuka, Nadia bangun dari duduknya saat melihat Dokter Frederick datang dengan wajah cemas.     

"Apa yang terjadi pada Jonathan? apa dia kelelahan hingga demam tinggi? apa tidak ada yang mengingatkan Jonathan kalau dia tidak boleh capek?" tanya Frederick sambil memeriksa tinggi demamnya Jonathan.     

"Demamnya sangat tinggi sekali hampir empat puluh. Pantas saja Jonathan pingsan." ucap Frederick dengan wajah kesal karena tidak ada yang peduli dengan kesehatan Jonathan.     

"Kamu perawat pribadinya kan? kenapa kamu tidak peduli dengan kesehatannya?" ucap Frederick seraya memberikan suntikan pada Jonathan.     

Mendengar Frederick marah-marah terus, telinga Nadia terasa panas. Pantas saja Jonathan tidak pernah mau bertemu dengan Frederick.     

"Kamu mendengarku kan Nona? anda sebagai perawat pribadi harus benar-benar menjaga kesehatan Jonathan selama dua puluh empat jam. Apalagi sekarang anda tunangan Jonathan, harus lebih perhatian. Atau anda hanya ingin harta Jonathan saja?" ucap Frederick tanpa berhenti bicara.     

Nadia menekan pelipisnya, merasa otaknya mau pecah mendengar ucapan Dokter Frederick yang tajam bagaikan pisau.     

"Maafkan aku Dokter, sungguh aku tidak tahu kalau Tuan Jonathan sama sekali tidak boleh capek. Hal seperti ini tidak akan terulang lagi." ucap Nadia seraya menahan nafas.     

"Begitu lebih baik, mengakui kesalahan agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi.     

"Kamu harus benar-benar memperhatikan kesehatan Jonathan, karena tubuhnya sangat rentan dengan penyakit." ucap Frederick dengan wajah serius.     

"Iya Dokter, aku akan menjaga Tuan Jonathan dengan sangat baik." ucap Nadia tidak membantah ucapan Frederick.     

"Baguslah kalau kamu bisa berpikir cepat. Berikan obat ini pada Jonathan kalau demamnya belum turun." ucap Frederick kemudian keluar kamar.     

"Wuuhh!! akhirnya aku lepas juga dari Dokter Frederick." ucap Nadia kembali mendekati Jonathan yang masih belum sadar.     

"Tuan Jonathan, bisa aku bicara denganmu? ternyata apa yang anda pikirkan tentang Dokter Frederick sangatlah benar. Ucapannya benar-benar sangat pedas lebih pedas dari cabe. Tapi Dokter Frederick sangat menyayangi anda." ucap Nadia menatap penuh wajah Jonathan.     

"Tuan Jonathan, cepatlah sembuh. Agar kita bisa berdebat lagi. Kalau anda ingin tahu, aku menyukai perdebatan kita. Apalagi kalau aku yang menang dan melihat wajah anda yang merah padam. Aku sangat menyukainya." ucap Nadia seraya melihat ke arah bibir merah Jonathan yang terkatup rapat.     

"Dan kalau Tuan Jonathan ingin tahu tentang arti ciuman anda padaku. Ciuman anda sangat lembut sekali. Aku menyukainya." ucap Nadia menatap dalam wajah tampan Jonathan seraya menyentuh bibir merah Jonathan.     

Untuk beberapa saat Nadia masih menikmati wajah Jonathan, hingga Nadia menegakkan punggungnya saat melihat wajah Jonathan terlihat merah dengan nafas yang tersengal-sengal.     

Dada Jonathan naik turun dengan keringat yang mengalir di keningnya. Tubuh dan bibir Jonathan tiba-tiba bergetar hebat seperti orang kedinginan.     

Bergegas Nadia bangun dari duduknya dan menyelipkan termometer di sela ketiak Jonathan.     

Sambil mengompres kening Jonathan dengan handuk basah, Nadia mencabut termometer dari ketiak Jonathan.     

"Aneh sekali, Dokter Frederick sudah memberikan suntikan demam agar tidak kejang. Tapi kenapa demam Tuan Jonathan semakin tinggi." ucap Nadia dalam hati setelah melihat demam Jonathan masih empat puluh.     

Dengan perasaan cemas, Nadia terus mengompres kening Jonathan. Melihat Jonathan semakin menggigil kedinginan Nadia mengambil selimut Jonathan dan membasahinya dengan air hangat dari kamar mandi.     

Bergegas Nadia menyelimuti seluruh tubuh Jonathan dengan selimut yang sudah basah dengan air hangat.     

"Tuan Jonathan... sadarlah Tuan, Tuan harus minum obat." ucap Nadia sambil mengusap wajah Jonathan yang pucat. Nadia tidak bisa meminumkan obat pada Jonathan sebelum Jonathan sadar.     

"Ya Tuhan, kenapa Tuan Jonathan semakin menggigil kedinginan seperti ini?" ucap Nadia ingin memanggil Marcos namun takut meninggalkan Jonathan sendirian.     

Dengan terpaksa Nadia menghubungi Marcos namun panggilannya tidak di terima Marcos.     

"Ya Tuhan, aku harus bagaimana sekarang?" tanya Nadia dalam hati sambil melihat kening Jonathan yang basah oleh keringat.     

"Aku panggil Dokter Frederick saja." ucap Nadia menekan tombol panggilan ke Dokter Frederick.     

"Ya Tuhan!! kenapa tidak aktif?" ucap Nadia berusaha tenang agar tidak panik.     

"Tuan Jonathan, bangunlah Tuan. Anda harus minum obat dari Dokter." ucap Nadia lagi berusaha membangunkan Jonathan.     

Nadia merasa putus asa karena keadaan Jonathan tetap menggigil kedinginan. Ketakutan Nadia bertambah saat melihat gigi Jonathan bergemelatuk keras.     

"Aku tidak bisa membiarkan Tuan Jonathan tersiksa seperti ini." ucap Nadia dengan nekat berjalan ke pintu dan menguncinya dari dalam, kemudian melepas pakaiannya dan naik ke atas tempat tidur berbaring di samping Jonathan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.