DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

ARTI SEBUAH CIUMAN



ARTI SEBUAH CIUMAN

0Jonathan menatap kepergian Nadia dengan perasaan sedih, tidak tahu kedepannya seperti apa dengan pertunangannya bersama Nadia. Akan berakhir atau akan berlanjut pada pernikahan.     
0

Dan seandainya menikah, apa yang Nadia harapkan dari seorang suami yang pasti tidak bisa memuaskannya juga tidak bisa memberikan keturunan.     

Jonathan menghela nafas panjang, berusaha menenangkan hati dan perasaannya.     

"Sepertinya keputusanku sudah sangat tepat untuk mengakhiri hidupku yang tidak berguna ini. Aku tidak mau menjadi beban keluargaku di sisa hidupku." ucap Jonathan sambil mengusap wajahnya dengan pikiran rumit.     

"Tuan Jonathan, anda melamunkan apa? ayo kita kembali ke Gazebo." ucap Nadia melihat Jonathan melamun.     

Jonathan sedikit terkejut tapi kemudian kembali bersikap seperti biasa.     

"Bagaimana Nad, apa makanannya sudah selesai? aku sudah sangat lapar." ucap Jonathan sambil mengusap perutnya.     

"Sebentar lagi akan di kirim ke sini Tuan. Sekarang kita harus kembali ke Gazebo. Aku akan menggendongmu lagi." ucap Nadia bersiap-siap untuk menggendong Jonathan lagi.     

"Nadia, kita makan di sini saja. Aku tidak mau tulang punggungmu patah karena terlalu banyak menggendongku." ucap Jonathan merasa kasihan pada Nadia.     

"Tenanglah, setelah kita di gazebo Tuan Jonathan bisa memijat punggungku sampai rasa capekku hilang." ucap Nadia sambil memeluk dada Jonathan dari belakang. Dengan sekuat tenaga Nadia mengangkat dan menarik badan Jonathan ke Gazebo.     

"Kenapa kamu tidak menggendongku saja Nad?" ucap Jonathan setelah duduk bersandar di dinding gazebo.     

"Lebih mudah dan ringan seperti yang barusan aku lakukan Tuan." ucap Nadia seraya duduk di samping Jonathan.     

"Kemarilah Nad, lebih dekat denganku. Aku akan memijatmu." ucap Jonathan seraya menegakkan punggungnya.     

"Tidak usah Tuan Jonathan, tadi aku hanya bercanda." ucap Nadia duduk tenang di samping Jonathan sambil menunggu makanannya yang belum datang.     

"Nadia." panggil Jonathan di saat suasana menjadi hening.     

"Ya Tuan, ada apa?" tanya Nadia sedikit gugup dengan tatapan Jonathan yang tak berkedip.     

"Jangan panggil aku Tuan, panggil namaku saja." ucap Jonathan dengan suara pelan merasa lebih nyaman kalau Nadia memanggil namanya saja.     

"Aku harus memanggil anda dengan sebutan Tuan, karena aku bekerja pada anda." ucap Nadia dengan santai.     

"Kamu tidak lagi bekerja padaku Nad, kamu adalah tunanganku sekarang." ucap Jonathan dengan wajah serius.     

Tiba-tiba Nadia tertawa sambil menatap Jonathan dengan tatapan senang.     

"Akhirnya Tuan Jonathan mengakui juga kalau aku tunangan anda. Katakan sekali lagi Tuan!" ucap Nadia dengan tersenyum.     

Jonathan mengalihkan pandangannya tidak menjawab permintaan Nadia.     

"Tuan Jonathan, ayolah... katakan sekali lagi. Aku mau mendengarnya." ucap Nadia sambil menangkup wajah Jonathan.     

"Oke... oke...kamu tunanganku satu-satunya yang cerewet." ucap Jonathan dengan wajah memerah.     

"Tidak apa-apa anda bilang aku cerewet. Yang penting anda sudah mengakui pertunangan kita." ucap Nadia dengan sebuah senyuman.     

"Dari awal aku sudah mengakui pertunangan kita Nad, pertunangannya kita tidak bersandiwara seperti yang kamu pikirkan. Hanya kamu yang tidak mengakui pertunangan kita ini." ucap Jonathan dalan hati seraya menundukkan wajahnya dan memainkan tangannya.     

"Bagaimana denganmu Nad? apa kamu mengakui pertunangan kita ini?" tanya Jonathan dengan tatapan penuh.     

"Bagaimana aku bisa mengakui pertunangan ini Tuan, di antara kita tidak ada cinta. Dan ini terjadi karena keinginan orang tua anda. Pertunangan kita ini pasti tidak berhasil. Apalagi orang tua Jean pasti saat ini menekan Jean untuk segera menikahi aku." ucap Nadia mengungkapkan rasa kecewa di hatinya.     

"Maafkan orang tuaku kalau telah berbuat salah padamu." ucap Jonathan dengan tatapan sungguh-sungguh.     

"Kenapa ini? kenapa Tuan Jonathan yang minta maaf. Anda tidak bersalah Tuan. Tolong jangan minta maaf padaku. Bukankah sekarang kita sudah berteman baik?" ucap Nadia sambil menggenggam tangan Jonathan.     

"Tidak Nadia, aku harus minta maaf padamu karena pertunangan ini kamu jadi mendapat masalah, terutama harus terlibat dalam hidupku. Aku..." Jonathan tidak meneruskan ucapannya saat salah satu tangan Nadia menutup mulutnya.     

"Cukup, Tuan Jonathan...jangan diteruskan lagi. Aku tidak apa-apa, aku merasa senang terlihat dalam hidup anda. Apalagi setelah kita melalui semua ini. Kita pasti bisa berteman dengan baik." ucap Nadia dengan sungguh-sungguh.     

Untuk sesaat Jonathan terdiam setelah mendengar ucapan Nadia, kemudian meraih tangan Nadia yang masih menutup mulutnya.     

"Apa kamu bisa memelukku dan mencium aku lagi? agar aku yakin kalau kita benar-benar telah berteman?" ucap Jonathan dengan sebuah senyuman.     

Bibir Nadia seketika cemberut kemudian mencubit perut Jonathan dengan pelan tidak ingin membuat perut Jonathan merah lagi.     

"Sekali punya otak mesum, tetap saja tidak akan bisa hilang! kebiasaan buruk!" ucap Nadia dengan menahan senyum dan wajah sedikit memerah.     

"Apa kamu benar-benar tidak ingin memeluk dan menciumku Nadia." ucap Jonathan menampakkan wajah sedihnya.     

"Ccckkk!! dasar Tuan Arogan! kalau aku tidak mau bagaimana?" ucap Nadia dengan tatapan di buat kesal.     

"Aku tidak akan percaya kalau kamu benar-benar mau berteman denganku. Berteman dengan seorang laki-laki yang lemah dan cacat." ucap Jonathan dengan wajah serius.     

Sungguh hati Jonathan tidak bisa memungkiri sangat menyukai ciuman dan nafas berat Nadia.     

Nadia menarik nafas dalam, sungguh tidak percaya kalau Jonathan masih tidak percaya padamu.     

"Baiklah, jadi Tuan Jonathan membutuhkan pembuktian kalau aku benar-benar ingin berteman dengan anda?" ucap Nadia menatap penuh wajah Jonathan.     

Jonathan menganggukkan kepalanya dengan tersenyum.     

"Memang anda benar-benar Tuan arogan yang suka mesum!" ucap Nadia dengan tatapan gemas kemudian memeluk Jonathan dengan erat.     

Jonathan memejamkan matanya merasakan pelukan Nadia yang membuat hatinya sangat tenang.     

"Kamu tahu Nad, apa yang aku rasakan saat kamu memelukku? hatiku merasa sangat tenang dan tidak ingin hal apapun selain merasakan ketenangan itu." ucap Jonathan semakin menenggelamkan kepalanya dalam pelukan Nadia.     

Nadia menahan napasnya, merasa sedih mendengar ucapan Jonathan yang terlihat sedih.     

Perlahan Nadia mengusap punggung Jonathan dalam diam.     

Cukup lama, Nadia memeluk Jonathan hingga Jonathan melepas pelukannya.     

"Aku ingin merasakan ciumanmu Nad." ucap Jonathan dengan tatapan sayu dan suara yang pelan.     

"Hem..." Nadia menatap dalam tatapan sayu Jonathan kemudian mendekatkan bibirnya pada bibir pucat Jonathan.     

Detak jantung Jonathan berdegup kencang, saat bibir basah Nadia menyentuh lembut bibirnya.     

Dengan kedua mata terpejam Nadia melumat lembut dan intens bibir Jonathan.     

Untuk beberapa saat Jonathan tenggelam dalam sentuhan lembut bibir Nadia dan membalasnya dengan ciuman yang lebih dalam.     

"Cukup Tuan Jonathan, setelah ini jangan lagi meminta ciuman seperti ini. Aku tidak akan memberikannya lagi." ucap Nadia dengan wajah memerah setelah melepas ciumannya.     

Jonathan hanya tersenyum dan menatap Nadia dengan tatapan sedikit nakal saat mendengar ucapan Nadia yang tidak akan memberikan ciumannya lagi.     

"Apa kamu yakin dengan ucapanmu itu Nadia? apa kamu benar-benar tidak akan memberikan ciumanmu lagi padaku?" tanya Jonathan memberanikan diri bertanya tentang arti ciumannya bagi Nadia.     

"Aku benar-benar merasa yakin Tuan Jonathan!! anda benar-benar telah memanfaatkan kebaikanku!" ucap Nadia dengan wajah merah merasa kesal pada dirinya sendiri karena selalu larut dalam ciuman Jonathan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.