DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

KEJUTAN



KEJUTAN

0Jonathan menghela nafas panjang menatap wajah Nadia yang memelas.     
0

"Ya sudahlah, lupakan. Sekarang hubungi Marcos, aku ingin cepat pulang. Aku sudah bosan tinggal di rumah sakit." ucap Jonathan tidak tega melihat wajah memelas Nadia.     

"Terima kasih Tuan Jonathan, aku akan menghubungi Tuan Marcos sekarang." ucap Nadia dengan tersenyum manis penuh dengan kemenangan.     

Setelah Nadia menghubungi Marcos, Nadia menemui Dokter dan memberitahu mengenai Jonathan kalau sudah sadar dari koma.     

Nadia mengamati dengan sungguh-sungguh saat Dokter dan beberapa perawat memeriksa keadaan Jonathan dan melepas semua alat bantu yang menempel di dada Jonathan.     

"Suster, tolong Tuan Jonathan segera di pindahkan ke kamar inap yang VIP." ucap Dokter setelah memastikan keadaan Jonathan sudah baik-baik saja.     

"Dokter, aku tidak mau pindah ke kamar inap. Aku mau pulang hari ini juga. Marcos segera ke sini dan mengurus semua biaya rumah sakit." ucap Jonathan dengan wajah serius.     

"Anda tidak memikirkan tentang biaya rumah sakit Tuan Jonathan. Tuan Daren sudah membayar semuanya dari awal. Sekarang terserah pada Tuan Jonathan masih ingin beristirahat di kamar inap atau pulang. Kita akan melakukan apa yang Tuan Jonathan inginkan." ucap Dokter tersebut dengan ramah.     

"Hem... baiklah, aku ingin pulang sekarang." ucap Jonathan memutuskan ingin tetap pulang.     

"Baiklah Tuan Jonathan." ucap Dokter menganggukkan kepalanya kemudian meminta pada kedua perawatnya untuk mengambilkan kursi roda punya Jonathan.     

Dengan bantuan dua perawat, Jonathan duduk di atas kursi rodanya.     

"Kenapa kamu hanya berdiri di situ dan tidak membantuku?" tanya Jonathan dengan tatapan kesal melihat Nadia sibuk dengan ponselnya.     

"Maaf Tuan Jonathan, aku pikir Tuan sudah ada yang membantu. Aku sedang menjawab pesan dari kekasihku." ucap Nadia sedikit malu karena Jonathan sedang mengamatinya.     

"Hem...aku minta kalau nanti sudah di rumah, urusan pribadi jangan di bawa ke tempat kerja. Prioritaskan pada pekerjaan saja." ucap Jonathan dengan nada dingin.     

Nadia menelan salivanya, berkali-kali mengutuk Jonathan agar tidak bicara lagi.     

"Tuan Jonathan, maaf aku datang sedikit terlambat. Nyonya Anne memintaku untuk menyiapkan penyambutan atas pulangnya Tuan Jonathan." ucap Marcos sambil melihat ke arah Nadia.     

Jonathan mengkerutkan keningnya kemudian menatap Marcos.     

"Menyambutku? aku baru pulang dari rumah sakit, di rumah Momy mau menyambutku? menyambutku seperti apa?" tanya Jonathan dengan tatapan heran.     

"Maaf Tuan Jonathan, Nyonya Anne sudah berpesan untuk tidak memberitahu Tuan. Nyonya Anne ingin memberi kejutan pada Tuan Jonathan." ucap Marcos sambil menganggukkan kepalanya kemudian melihat ke arah Nadia lagi.     

Nadia menaikkan kedua alisnya merasa penasaran dengan arti tatapan Marcos padanya.     

"Aku jadi curiga dan perasaanku tidak enak. Apa maksud dengan tatapan Tuan Marcos seperti itu?" tanya Nadia dalam hati sambil mengusap tengkuk lehernya.     

"Mari Tuan Jonathan, kita pulang. Mobil sudah menunggu di depan." ucap Marcos seraya mengambil tas koper milik Jonathan.     

"Nadia, apa kamu masih tetap berdiri di situ sampai malam? cepat, dorong kursi rodaku." ucap Jonathan dengan kedua alis terangkat.     

Nadia menganggukkan kepalanya dengan wajah memerah segera mendekati Jonathan dan mendorong kursi rodanya keluar dari rumah sakit.     

Dalam perjalanan tidak ada pembicaraan antara Nadia dan Jonathan.     

Jonathan beberapa kali melirik ke arah Nadia yang diam menatap jalanan dari jendela mobil.     

"Apa kamu marah?" tanya Jonathan dengan tatapan kembali lurus ke depan.     

Nadia menoleh sekilas menatap wajah Jonathan yang terlihat lelah.     

"Tidak! marah kenapa?" sahut Nadia dengan kening mengkerut.     

"Karena aku menegurmu, agar bekerja fokus saat merawatku." ucap Jonathan dengan suara berat.     

"Aku tidak, kenapa aku harus marah tentang hal itu. Apa yang Tuan katakan benar, kalau aku harus fokus dalam bekerja." ucap Nadia dengan suara pelan.     

"Hem... baguslah." ucap Jonathan kemudian terdiam melihat Nadia kembali diam.     

"Apa yang kamu pikirkan? tidak biasanya kamu diam saja. Apa kamu punya rencana lain untuk mengerjai aku lagi?" tanya Jonathan mengamati wajah Nadia yang terlihat gelisah.     

Nadia menoleh ke arah Jonathan dengan wajah kesal.     

"Tidak bisakah Tuan diam sebentar saja. Aku tidak memikirkan apa-apa, apalagi mau mengerjai Tuan. Aku hanya malas bicara saja." ucap Nadia dengan nada datar kemudian kembali pandangannya menatap keluar jendela.     

Nadia menghela nafas panjang, sesekali melihat ke arah depan melihat wajah Marcos dari kaca spion.     

"Aku tidak tahu apa yang terjadi setelah sampai di rumah besar. Tuan Marcos tidak bicara lagi padaku tentang pertunangan, apa rencananya sudah berubah?" tanya Nadia dalam hati sambil menekan pelipisnya.     

Jonathan kembali menatap Nadia dengan perasaan heran. Tidak biasanya Nadia tidak banyak bicara.     

"Apa yang di pikirkannya? sejak keluar dari rumah sakit lebih banyak diam. Apa sesuatu yang terjadi? atau dia sedang merencanakan sesuatu untuk membalasku?" tanya Jonathan dalam hati sambil memicingkan matanya kemudian menatap ke arah depan saat mobilnya memasuki halaman rumahnya.     

"Nadia, jangan melamun terus kita sudah sampai." ucap Jonathan sedikit menegakkan punggungnya saat sadar banyak mobil di halaman rumahnya.     

"Marcos, ada acara apa di rumah? kenapa banyak mobil di halaman rumah? apa Momy ada acara kumpul dengan teman-temannya?" tanya Jonathan dengan tatapan heran.     

Mendengar pertanyaan Jonathan tentang banyak mobil di halaman rumah, segera Nadia membuka pintu mobilnya dan keluar untuk melihat apa yang terjadi.     

"Marcos! apa kamu tidak mendengar pertanyaanku?" tanya Jonathan dengan wajah kesal karena Marcos begitu sangat tenang.     

"Maaf Tuan Jonathan, hanya Nyonya Anne yang akan menjawab pertanyaan Tuan. Silahkan masuk Tuan Jonathan, Nona Nadia. Nyonya Anne sudah menunggu anda di dalam." ucap Marcos sambil membungkukkan badannya kemudian membantu Jonathan kembali duduk di kursi rodanya.     

Jonathan dan Nadia saling pandang dengan tatapan rumit.     

"Apa yang kamu pikirkan dengan semua ini Nadia?" tanya Jonathan dengan kedua alis terangkat memutar kursi rodanya melihat ke sekeliling halaman yang penuh dengan mobil.     

"Nadia, kenapa kamu diam saja? apa kamu juga tidak tahu tentang hal ini?" tanya Jonathan dengan wajah yang terlihat tidak senang.     

Nadia mengangkat bahunya kemudian mendorong pelan kursi roda Jonathan menuju ke pintu rumah yang masih tertutup tanpa di buka Marcos.     

"Aku tidak tahu, yang pasti Tuan tidak akan menyukainya." ucap Dealova sudah berdiri di depan pintu dengan Jonathan. Nadia menelan salivanya, merasakan masalah besar sudah ada di hadapannya dan dia tidak ada kesempatan membahasnya dengan Jean atau Gladys.     

Kening Jonathan semakin mengkerut mendengar jawaban Nadia.     

"Apa maksudmu bicara seperti itu?" tanya Jonathan menahan tangan Nadia yang akan membuka pintu.     

"Tidak ada maksud apa-apa Tuan, aku hanya punya firasat tidak enak saja. Jadi Tuan Jonathan bersiap-siap saja." ucap Nadia sambil membuka pintu utama.     

"Ceklek"     

"Selamat datang Jonathan dan Nadia, aku harap kalian berdua menyukai kejutan ini." ucap Anne berdiri di hadapan Jonathan dan Nadia dengan sebuah senyuman.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.