DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

KEMBALI PULANG



KEMBALI PULANG

0"Aku benar-benar merasa yakin Tuan Jonathan!! anda benar-benar telah memanfaatkan kebaikanku!" ucap Nadia dengan wajah merah merasa kesal pada dirinya sendiri karena selalu larut dalam ciuman Jonathan.     
0

"Baiklah aku tidak ingin berdebat denganmu. Kita lihat saja nanti, kamu tidak akan memberikan ciuman itu lagi atau masih tetap akan memberikannya." ucap Jonathan dengan sebuah senyuman, hatinya merasa bahagia karena selama ini Nadia tidak pernah menolak keinginannya.     

Belum lagi Nadia membalas ucapan Jonathan, dua pelayan datang membawa makanan.     

"Permisi... makanan sudah datang." ucap salah satu pelayan dengan ramah.     

"Terima kasih, oh ya...apa aku bisa minta tolong pada anda berdua?" tanya Nadia dengan tersenyum.     

"Ya Nona, anda mau minta tolong apa?" Tanya pelayan itu dengan tersenyum juga.     

Jonathan menelan salivanya melihat Nadia dan Pelayan rumah makan saling melempar senyum.     

"Aku mau minta tolong pada kalian berdua. Satu jam lagi kalian berdua bisa ke sini, untuk membantuku mengangkat kakakku ini ke depan jalan raya, kita berdua akan pulang." ucap Nadia dengan tatapan memohon.     

"Baiklah Nona, satu jam lagi kita berdua akan ke sini untuk membantu mengangkat teman anda ke depan." ucap pelayan itu sambil menganggukkan kepalanya kemudian pergi meninggalkan Nadia di ikuti temannya.     

"Kenapa kamu mengatakan pada mereka kalau aku kakakmu? Kenapa tidak kamu katakan saja kalau aku tunanganmu?" tanya Jonathan dengan tatapan kecewa setelah dua pelayan itu pergi.     

Nadia mengangkat wajahnya kemudian tersenyum seraya mengambil ikan gurami hasil pancingan Jonathan yang sudah di bakar.     

"Hal itu tidak terlalu penting. Yang penting sekarang, kita harus makan. BukankahTuan Jonathan sudah lapar?" ucap Nadia sambil memberikan sepiring nasi dan ikan dan sayur pada Jonathan.     

"Aku tidak akan makan sebelum kamu menjawab alasannya kenapa." ucap Jonathan sudah merasakan kecemburuan dalam hatinya.     

"Jangan manja Tuan Jonathan, kenapa mereka harus tahu kita bertunangan atau tidak? yang terpenting kita berdua sudah tahu kalau kita bertunangan." ucap Nadia berniat menyuapi Jonathan tapi tetap saja tidak mau makan.     

"Itu bukan suatu alasan Nona Nadia? aku mau alasan yang tepat!" ucap Jonathan mulai dengan keras kepalanya.     

"Tuan Arogan yang keras kepala! dengarkan aku baik-baik. Kalau aku mengatakan kita bertunangan, mereka pasti berpikir dua kali untuk membantu kita. Tapi kalau aku mengatakan anda adalah kakakku mereka tidak akan berpikir panjang lagi. Apa anda sudah mengerti sekarang? apa alasanku sudah tepat? " ucap Nadia dengan tatapan kesal sambil mengulurkan tangannya untuk menyuapi Jonathan.     

Dengan perasaan malu dan wajah memerah, Jonathan membuka mulutnya saat Nadia menyuapinya.     

"Tuan Jonathan makan sendiri ya? biar kita sama-sama selesai. Kita harus cepat pulang." ucap Nadia sambil memberikan makanannya pada Jonathan.     

"Suapi saja aku, aku yang akan menyuapimu agar kita sama-sama selesai." ucap Jonathan dengan santai.     

"Ya Tuhan!! terbuat dari apa otak Tuan Jonathan ini!! selalu ingin menang sendiri." ucap Nadia seraya mengusap tengkuk lehernya agar bisa bersabar menghadapi sikap arogan Jonathan.     

"Nadia...ayo, suapi aku. Aku sudah lapar sekali." ucap Jonathan seraya membuka mulutnya.     

"Baiklah Tuan Jonathan, aku akan menyuapi anda. Tapi dengan satu syarat sayuran ini harus habis. Kalau anda tidak mau, anda bisa makan sendiri." ucap Nadia dengan sebuah senyuman.     

Kening Jonathan mengkerut mendengar ucapan Nadia.     

"Baiklah Nadia, aku akan menghabiskan semua sayuran ini. Tapi aku minta satu hadiah darimu. Cium aku sekali saja setelah aku menghabiskan semuanya. Bagaimana Nona Nadia, apa kamu setuju?" tanya Jonathan dengan tatapan penuh.     

Nadia menggelengkan kepalanya dengan cepat.     

"Tidak!! hanya syaratku saja yang berlaku Tuan Jonathan. Anda mau atau tidak?" ucap Nadia tidak mau mengalah lagi.     

"Baiklah aku mengalah, aku terima syaratmu." ucap Jonathan dengan wajah di buat sedih.     

Dengan tersenyum penuh kemenangan akhirnya Nadia menyuapi Jonathan dengan banyak sayuran.     

Jonathan mengunyah makanannya dengan perasaan tersiksa. Perutnya terasa mual dan ingin muntah. Tapi Jonathan menahannya dengan memegang perutnya.     

"Tinggal sedikit lagi Tuan." ucap Nadia menyuapi Jonathan untuk yang terakhir.     

Jonathan masih bertahan mengunyah makanan yang terakhir sambil memegang perutnya dan wajah yang pucat menahan rasa mual.     

"Huekkk!" Jonathan segera menutup mulutku agar tidak muntah.     

"Tuan Jonathan, apa anda mau muntah?" Tanya Nadia dengan cemas.     

Jonathan menggelengkan kepalanya masih menutup mulut dan memegang perutnya.     

"Huekkk!!" Jonathan memejamkan matanya benar-benar merasa tersiksa setelah makan sayuran.     

Melihat Jonathan benar-benar tersiksa, Nadia mengusap tengkuk leher Jonathan.     

"Tuan Jonathan, muntahkan saja kalau merasa mual. Wajah anda sudah pucat." ucap Nadia dengan panik.     

Jonathan menggelengkan kepalanya.     

"Tidak Nadia, aku harus belajar makan sayur kan?" ucap Jonathan dengan suara pelan menahan rasa mualnya.     

"Nanti di rumah anda bisa makan sayur lagi. Sekarang muntahkan saja." ucap Nadia masih mengusap tengkuk leher Jonathan.     

Jonathan masih keras kepala menggelengkan kepalanya dengan kedua matanya terpejam.     

Karena keras kepala Jonathan, membuat perasaan Nadia campur aduk.     

"Tuan Jonathan sangat keras kepala!" ucap Nadia menarik tengkuk leher Jonathan kemudian mencium lembut bibir Jonathan.     

Untuk sesaat Jantung Jonathan berhenti seketika saat bibir lembut Nadia mencium bibirnya lagi. Rasa mual dan ingin muntah hilang seketika berganti menjadi perasaan yang tenang dan hangat.     

Tanpa memberi kesempatan Jonathan membalas ciumannya, Nadia melepas ciumannya dengan cepat.     

"Bagaimana Tuan Jonathan? apa anda sudah merasa lebih baik?" ucap Nadia dengan tatapan cemas.     

Perlahan Jonathan membuka matanya dan sedikit terkejut saat melihat ada dua pelayan sudah berdiri di belakang Nadia.     

Jonathan tersenyum dalam hati akhirnya dua pelayan itu mengetahui Nadia yang sedang menciumnya.     

"Nadia... pelayan itu sudah datang." ucap Jonathan dengan suara lemas menyandarkan kepalanya di dada Nadia.     

Seketika wajah Nadia merah padam karena malu. Segera Nadia mengangkat kepala Jonathan dan menegakkan punggungnya agar tidak bersandar padanya.     

Dengan perasaan malu, Nadia bangun dari duduknya.     

"Apa anda melihat aku sedang mencium kakakku? Tadi kakakku mengalami gangguan pernapasan. Karena aku tidak membawa alat pernapasannya, terpaksa aku memberikan bantuan pernapasan manual." ucap Nadia terpaksa membuat alasan yang cukup kuat.     

"Ya Nona, aku lihat Kakak anda kurang begitu sehat." ucap salah satu Pelayan ikut cemas.     

"Ya benar, memang keadaan kakakku kurang begitu sehat. Bisakah sekarang kalian berdua mengangkat kakakku ke depan, agar kita bisa naik taksi?" ucap Nadia dengan tatapan memohon.     

"Tentu Nona, anda Jangan cemas. Kita berdua akan mengangkat kakak anda ke depan. Anda bisa ke sana lebih dulu mencari taksi." ucap Pelayan itu dengan tersenyum kemudian mengajak temannya untuk segera mengangkat Jonathan ke depan.     

Nadia berlari ke depan untuk mencari taksi. Dan secara kebetulan di depan sudah ada taksi kosong yang sudah berhenti di pinggir jalan raya.     

"Pak...apa anda bisa mengantar kami pulang?" tanya Nadia dengan tatapan penuh harap.     

"Tentu Nona, silahkan masuk ke dalam mobil." ucap sopir taksi yang sudah standby sesuai permintaan Marcos.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.