DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

SALING BERBAGI



SALING BERBAGI

0"Kenapa kita masih di sini? di mana preman-preman itu? kita harus pergi secepatnya Nadia, aku tidak ingin kamu kenapa-kenapa." ucap Jonathan dengan tatapan cemas berusaha bangun melupakan keadaannya.     
0

Di saat sadar tidak bisa menggerakkan kedua kakinya Jonathan memukul kedua lututnya dengan wajah merah dan berair.     

"Kaki sialan!! sama sekali tak berguna! seharusnya kamu di hancurkan saja!" ucap Jonathan masih tetap memukuli kedua lututnya dengan perasaan putus asa.     

"Tuan... Tuan Jonathan!! hentikan! Hentikan Tuan!" ucap Nadia serata memegang kedua tangan Jonathan dengan sangat kuat.     

"Lepaskan aku Nadia!! lepaskan aku! hidupku sama sekali tak berguna! biarkan aku mati saja." ucap Jonathan dengan penuh kesedihan.     

"Tidak Tuan! tolong jangan lakukan hal ini!" ucap Nadia memeluk Jonathan dengan sangat erat berusaha menenangkan hati Jonathan.     

"Lebih baik aku mati saja Nadia, percuma juga aku hidup dengan keadaanku seperti ini." ucap Jonathan menangis dalam pelukan Nadia.     

Jantung Nadia terasa berhenti saat melihat sendiri Jonathan menangis terisak-isak dalam pelukan.     

Nadia memejamkan matanya mengusap punggung Jonathan berulang-ulang agar hati Jonathan merasa tenang.     

Setelah beberapa saat lamanya, Jonathan terdiam merasa sedikit tenang dalam pelukan Nadia.     

"Tuan Jonathan, Tuan sudah lebih baik kan?" tanya Nadia seraya menangkup wajah Jonathan yang putih pucat.     

"Aku sudah lebih baik Nadia. Maafkan aku, lupakan saja, apa yang baru kamu lihat." ucap Jonathan dengan suara parau.     

"Tuan Jonathan tenang saja, aku sudah melupakannya. Dan lagi aku tidak melihat kejadian tadi." ucap Nadia dengan sebuah senyuman.     

Jonathan mengambil nafas panjang terkadang kesal pada Nadia.Di saat dia dalam keadaan serius, Nadia mengajaknya bercanda.     

"Aku serius Nadia." ucap Jonathan dengan wajah serius.     

"Aku juga serius Tuan Jonathan. Jadi, sekarang anggap saja kita baru saja datang untuk bersenang-senang." ucap Nadia sambil melihat ke sekelilingnya yang gelap dan dingin.     

Jonathan hanya bisa diam, namun akhirnya tersenyum juga.     

"Tuan Jonathan apa anda tidak kedinginan? atau tidak merasa lapar?" tanya Nadia sedikit terkejut melihat di meja Gazebo ada makanan yang sudah di pesannya.     

"Kenapa?" ucap Jonathan masih merasakan tubuhnya hancur lebur merasa sakit semua.     

"Lihat ,Tuan Jonathan! di meja itu sudah ada makanan yang aku pesan, berarti ada orang yang sudah ke sini mengantar makanan ini. Tapi kenapa mereka tidak menolong kita? Apa mereka tidak tahu kalau kita pingsan di pinggir sungai?" tanya Nadia dengan kening mengkerut menatap Jonathan.     

Jonathan hanya diam saja, sambil melihat dua makanan di atas meja.     

"Tuan Jonathan, merasa aneh tidak? Apa mungkin Tuan Marcos dan pihak polisi? tidak menerima pesanku? mereka juga tidak datang membantu kita?" ucap Nadia masih penasaran dengan apa yang terjadi.     

"Nadia apa kamu bisa diam dan mengambil makanan itu? aku sudah sangat lapar sekali." ucap Jonathan sambil mengusap perutnya yang sejak siang masih belum terisi makanan.     

"Bukan Tuan Jonathan saja yang lapar, Aku juga lapar Tuan. Sebentar, biar aku ambilkan." ucap Nadia kemudian mengambil dua piring makanan yang ada di atas meja serta dua botol minuman yang belum diminumnya sama sekali.     

Jonathan melihat ada dua piring makanan yang dibawa Nadia dengan kedua alis terangkat.     

"Kenapa kamu pesan makanan hanya ini saja Nad? makanan ini tidak akan cukup buat kita berdua? tanpa nasi lagi? memang aku vegetarian?" ucap Jonathan setelah melihat sayuran dan ikan saja.     

"Aku pikir, Tuan Jonathan akan pesan sendiri saat pelayan itu datang mengirim makanan. Aku tidak tahu selera makanan Tuan Jonathan, kalau salah bagaimana?" ucap Nadia mencari alasan agar Jonathan tidak marah padanya.     

"Kamu selalu pintar kalau berdebat!" ucap Jonathan sambil menekan pelipisnya.     

"Sebaiknya Tuan Jonathan jangan bicara lagi, dimakan saja menu makanan itu. Dan lagi makanan itu sangat sehat untuk Tuan Jonathan yang harus lebih banyak makan sayur dan ikan, dibanding makanan yang enak-enak." ucap Nadia sengaja memesan di makanan itu demi kesehatan Jonathan.     

Jonathan terdiam, kemudian mengambil ikan gurami yang di bumbu caos merah.     

"Apa kamu tidak makan?" tanya Jonathan pada Nadia yang diam saja sambil memeluk kedua lututnya.     

"Aku tidak tahan dengan hawa dingin Tuan? Apa Tuan Jonathan benar-benar tidak kedinginan?" tanya Nadia dengan tatapan heran.     

"Bagaimana aku merasakan kedinginan kalau kedua kakiku sudah mati rasa?" ucap Jonathan sambil menikmati ikan gurami.     

"Nadia, kamu juga harus makan. Kemarilah dekat denganku. Jangan cemas setelah kita makan aku akan memelukmu agar kamu tidak kedinginan." ucap Jonathan sambil memberikan ikan gurame yang tinggal separuh.     

"Tidak usah Tuan Jonathan, aku masih bisa menahan lapar. Makanan itu untuk Tuan saja." ucap Nadia menggeser duduknya agar bisa dekat dengan Jonathan.     

"Kamu jangan selalu berdebat denganku Nadia. Ayo, kamu juga makan ini. Sekarang aku akan makan sayurnya sebagian. Kita harus berbagi di saat seperti ini." ucap Jonathan tanpa melihat Nadia.     

Nadia hanya diam menatap Jonathan tak berkedip.     

"Aku tidak percaya ini? benar-benar suatu kemajuan. Sejak kapan Tuan Jonathan sangat perhatian padaku?" ucap Nadia dengan sebuah senyuman.     

"Sejak kita terjebak rumah makan ini." ucap Jonathan sambil menikmati sayuran yang bercampur dengan daging.     

"Aku harap setelah kita pulang, Tuan Jonathan tetap perhatian padaku." ucap Nadia sambil makan sebagian gurame yang tidak di makan Jonathan.     

"Aku tidak tahu, selama kamu baik padaku aku juga baik padamu." ucap Jonathan dengan menahan senyum.     

Bibir Nadia sedikit mengerucut mendengar ucapan Jonathan.     

"Sekali arogan tetap saja arogan." ucap Nadia menghabiskan gurami yang tinggal sedikit.     

"Apa kamu masih kedinginan Nadia?" tanya Jonathan setelah selesai makan.     

Nadia menganggukkan kepalanya dengan cepat.     

"Habiskan dulu sayuranmu setelah itu kita tidur." ucap Jonathan sedikit merasa demam karena pakaiannya yang basah.     

Tanpa bicara lagi Nadia menghabiskan sayuran daging yang masih banyak.     

"Kenapa sayurannya masih banyak dan dagingnya sudah habis?" tanya Nadia dengan tatapan melotot.     

"Aku tidak suka sayur, aku merasa mual tiap kali makan sayur." ucap Jonathan tidak terbiasa makan sayuran dari kecil.     

"Mulai sekarang Tuan Jonathan harus makan sayuran lebih banyak." ucap Nadia seraya mengambil sayuran sedikit dan menyuapi Jonathan.     

"Nadia, sudah aku katakan aku tidak suka sayur. Aku sudah makan sedikit tadi, rasanya pahit sekali." ucap Jonathan sambil menutup mulutnya.     

"Tidak ada alasan Tuan Jonathan, ayo... cepat buka mulut Tuan, kalau tidak aku cium nanti." ucap Nadia dengan nada bercanda.     

"Apa yang kamu katakan barusan, kalau aku tidak mau makan kamu akan menciumku? boleh! aku pilih di cium kamu saja." ucap Jonathan dengan tatapan menggoda.     

"Dasar otak mesum!" ucap Nadia dengan wajah merah.     

"Baiklah Nadia, aku mau sayuran itu. Tapi kamu menciumku lebih dulu." ucap Jonathan sambil mendekatkan bibirnya pada bibir Nadia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.