DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

RASA BERSALAH



RASA BERSALAH

0"Apaaa! Jossy!!.jadi kalian tidak melakukan apa-apa? lalu siapa mereka yang membuat Nadia dalam bahaya??!!!" ucap Anne dengan wajah pucat.     
0

"Aku tidak tahu Nyonya Anne, setelah aku kirim pesan pada anda. Aku dan anak buahku kembali ke markas." ucap Jossy mantan seorang Tentara.     

"Ya Tuhan!!" ucap Anne seraya menutup panggilannya dan menatap Marcos dengan kedua matanya berkaca-kaca.     

"Bagaimana ini Marcos aku telah membuat kesalahan, Jossy ternyata tidak melakukannya. Jossy berpikir Jonathan dan Nadia pulang kembali ke rumah. Lalu siapa yang telah menakuti Jonathan dan Nadia?" tanya Anne dengan tatapan cemas.     

"Aku akan menjemput mereka Nyonya Anne. Nyonya Anne jangan cemas." ucap Marcos bersiap-siap untuk pergi.     

"Tunggu Marcos, aku ikut denganmu." ucap Anne seraya memakai jas tebal dan syal.     

Dengan perasaan cemas Anne duduk sambil menghubungi Jonathan dan Nadia namun ponsel mereka sudah tidak aktif.     

"Marcos aneh sekali kenapa aku menghubungi mereka, Tapi ponsel mereka tidak aktif sama sekali. Apa terjadi sesuatu pada mereka, seperti yang kamu takutkan?" Tanya Anne sambil menggenggam ponselnya dengan erat.     

Tiba di rumah makan Nature jantung Anne hampir saja berhenti saat melihat mobil polisi juga ada di sana.     

"Bukankah anda Nyonya Anne?" tanya salah satu polisi datang menghampiri Anne.     

"Ya benar, Bagaimana anda bisa sampai di sini Pak?" tanya Anne dengan tatapan cemas sangat takut terjadi sesuatu pada Jonathan dan Nadia.     

"Kami dapat pesan dari Nona Nadia, kalau mereka dalam bahaya. Karena itulah kita datang ke sini. Dan ternyata mereka sudah dalam keadaan pingsan di pinggir sungai." ucap polisi itu.     

"Mereka hanya pingsan saja kan Pak? tidak terjadi di sesuatu pada mereka?" Tanya Anne segera berlari mendekati Jonathan dan Nadia yang masih tergeletak di pinggir sungai.     

"Kami sudah memeriksa keadaan mereka. Mereka hanya pingsan saja dan sekarang kita sedang menunggu ambulans untuk membawa mereka ke rumah sakit." ucap polisi itu sambil beberapa kali melihat ponselnya.     

Anne mengambil nafas lega setelah melihat keadaan Jonathan hanya memar di wajah dan bibirnya.     

"Begini saja Pak, biar saya yang mengurus mereka dan membawa pulang ke rumah. Mereka tidak perlu dibawa ke rumah sakit. Dan saya minta tolong, untuk segera mencari orang-orang yang telah menyakiti anak saya." ucap Anne dengan wajah serius.     

"Baiklah kalau begitu Nyonya Anne, kita akan kembali saja dan memberitahu pihak rumah sakit untuk tidak mengirim ambulans kemari." ucap polisi itu sambil mengubungi pihak rumah sakit.     

"Terima kasih atas bantuannya Pak." ucap Anne dengan nafas lega.     

Setelah polisi pergi dari rumah makan Nature, segera Anne menemui pemilik rumah makan Nature.     

"Maaf Nyonya, kalau boleh saya minta bantuan anda untuk menjaga dan mengawasi mereka berdua. Mereka berdua adalah anak saya. Saya akan pulang sekarang sebelum mereka sadar. Anda hanya mengawasi mereka dari jauh saja, jangan menolongnya. Kalau terjadi sesuatu pada mereka berdua segera hubungi saya." ucap Anne dengan tatapan memohon sambil memberikan beberapa lembar uang seratus ribuan pada pemilik rumah makan.     

Pemilik rumah makan menganggukkan kepalanya dengan senang hati.     

"Jangan lupa tolong awasi mereka dari jauh saja. Jangan sampai kedua anak saya curiga." ucap Anne mengingatkan pemilik rumah makan sebelum meninggalkan tempat.     

Sekali lagi pemilik rumah makan menganggukkan kepalanya dengan pasti.     

Anne tersenyum lega, kemudian mengajak Marcos kembali pulang ke rumah.     

"Nyonya Anne, sebaiknya aku mengantar anda pulang setelah itu aku kembali ke sini untuk mengawasi mereka. Aku tidak bisa membiarkan sesuatu yang terjadi pada Tuan Jonathan penerus keluarga anda." ucap Marcos merasa bersalah pada Jonathan dan Nadia.     

"Terserah padamu saja Marcos yang penting kamu jangan sampai membuyarkan rencana kita." ucap Anne ikut merasa bersalah tapi hal itu harus dia lakukan agar Jonathan dan Nadia saling tergantung sama lain.     

Marcos menganggukkan kepalanya, memahami apa yang di inginkan Anne.     

Tiba di rumah besar Anne keluar dari mobil dan segera masuk ke dalam rumah, sedangkan Marcos kembali menjalankan mobilnya ke rumah makan Nature untuk mengawasi Jonathan dan Nadia yang masih pingsan.     

Sudah hampir jam delapan malam Nadia dan Jonathan masih belum sadar juga, dan itu membuat Marcos semakin cemas dan merasa bersalah.     

Hati Marcos menjadi lega saat melihat Nadia lebih dulu sadar dari pada Jonathan.     

"Semoga dengan kejadian ini Tuan Jonathan dan Nona Nadia bisa menjadi dekat." ucap Marcos duduk di gazebo yang agak jauh dari gazebo Jonathan dan Nadia.     

Nadia membuka matanya sambil mengusap tengkuk lehernya yang terasa penat.     

"Di mana aku, kenapa aku masih di sungai? apa tidak ada orang yang menolongku dan Tuan Jonathan?" tanya Nadia seraya mengedarkan pandangannya ke sekeliling gazebo yang tampak sepi dan sunyi.     

"Ya Tuhan, benar-benar tidak ada yang menolongku? Tuan Marcos dan polisi apa tidak ada yang datang?" tanya Nadia bangun dari pingsannya dan melihat Jonathan yang masih pingsan di sampingnya.     

"Tuan... Tuan Jonathan!" panggil Nadia mencemaskan keadaan Jonathan yang pucat dengan wajah yang terlihat bengkak.     

"Kasihan Tuan Jonathan, bagaimana bisa duduk kalau kursi rodanya tidak ada." ucap Nadia menatap ke arah sungai berharap kursi roda Jonathan masih ada.     

"Aku tidak bisa membiarkan Tuan Jonathan berada di sini. Aku harus mengangkatnya ke gazebo agar bisa membuatnya sadar." ucap Nadia dengan tenaga sedikit pulih mengangkat Jonathan dan menggendong Jonathan di punggungnya.     

"Ya Tuhan, tubuh Jonathan terlihat kurus ternyata berat juga." ucap Nadia dengan sekuat tenaga membawa Jonathan ke Gazebo yang tidak jauh dari sungai.     

Sampai di Gazebo Nadia membaringkan Jonathan dan memeriksa denyut nadi dan pernapasan Jonathan.     

"Syukurlah, Tuan Jonathan tidak apa-apa." ucap Nadia sambil menghela nafas lega.     

"Tuan... Tuan Jonathan?" panggil Nadia sambil menepuk pelan pipi Jonathan.     

"Tuan... Bangunlah Tuan, kita dalam masalah sekarang. Kita tidak bisa kemana-mana lagi." ucap Nadia masih dengan menepuk pipi Jonathan dengan perasaan takut dan cemas.     

Rasa bersalah menyelimuti hati Nadia.     

"Seandainya saja aku tidak memaksa Tuan Jonathan datang kemari, mungkin hal ini tidak akan terjadi. Karena aku, Tuan Jonathan jadi terluka seperti ini." ucap Nadia seraya menyentuh bibir Jonathan yang sedikit robek dan beberapa lebam di wajah Jonathan.     

"Auh!!" ucap Jonathan mengaduh tiba-tiba saat merasakan perih dan sakit di bibirnya.     

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Jonathan saat tahu Nadia menyentuh bibirnya.     

"Syukurlah, akhirnya Tuan sadar juga. Apa yang Tuan rasakan? mana yang sakit?" tanya Nadia dengan tatapan penuh.     

"Kamu menekan bibirku terlalu keras, karena itu aku kasakitan." ucap Jonathan sambil melihat sekelilingnya.     

"Kenapa kita masih di sini? di mana preman-preman itu? kita harus pergi secepatnya Nadia, aku tidak ingin kamu kenapa-kenapa." ucap Jonathan dengan tatapan cemas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.