DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

RENCANA GAGAL



RENCANA GAGAL

0Wajah Nadia terlihat pucat saat melihat empat orang laki-laki muda yang bertampang seperti preman sudah berdiri di hadapannya dan Jonathan.     
0

"Siapa kalian? kenapa kalian mengganggu kita?" tanya Jonathan seraya menarik tangan Nadia agar berada di belakangnya.     

"Wah!!! pria cacat ini ingin melindungi kekasihnya! Bagaimana bisa? untuk berdiri saja tidak mampu!" ucap salah satu preman dengan tertawa di ikuti tawa yang lainnya.     

"Dengar!! kalian tidak tahu siapa aku. Sebaiknya kalian pergi dari sini, sebelum polisi datang menangkap kalian!!" ucap Jonathan dengan tatapan tajam.     

"Wah!! sungguh besar nyali pria ini. Kenapa kita harus takut denganmu pria cacat!!" ucap preman itu dengan wajah merah padam dengan ancaman Jonathan.     

Melihat Jonathan adu mulut dengan preman, Nadia mengambil kesempatan menghubungi Marcos namun panggilannya tidak satupun di terima. Dengan terpaksa Nadia mengirim pesan kalau dia dan Jonathan dalam bahaya. Selain mengirim pesan pada Marcos, Nadia juga mengirim pesan pada kepolisian.     

"Bagaimana Nadia, apa Marcos menerima panggilanmu?" tanya Jonathan dengan suara berbisik.     

"Sama sekali tidak di terima Tuan Jonathan, sepertinya kita harus menghadapi mereka." ucap Nadia merasa takut dan panik.     

"Hei!! Kenapa kalian berbisik-bisik?! cepat berikan ponsel kalian!!" teriak preman itu saat melihat Nadia telah menghubungi seseorang.     

"Dogi!! ambil ponsel mereka berdua juga dompet mereka!!" ucap salah satu preman yang bertampang seram.     

Dengan cepat preman yang bernama Dogi mendekati Nadia dan Jonathan untuk merampas Ponsel dan mengambil dompet yang ada di kantongnya.     

"Bos!!! Apa perlu kita mengambil kalung wanita ini kelihatannya kalungnya bagus Bos!!" ucap Dogi pada bosnya.     

"Ambil saja kalau kamu suka!" ucap Bos preman sambil menghisap rokoknya.     

"Berhenti!!! aku tidak akan membiarkan kamu mengambil kalungku! kalung ini milik ibuku!" ucap Nadia dengan tatapan marah.     

"Kalian bisa mengambil ponsel dan dompet kita! tapi jangan kalungku! hanya ini yang aku miliki dari ibuku. Kalau kalian mengambilnya, lihat saja! aku bisa membunuh kalian." ucap Nadia dengan nada keras.     

"Wah!! kita wanita ini pemberani juga Bos!" ucap Dogi semakin mendekati Nadia yang mundur beberapa langkah.     

"Tunggu!! jangan ambil kalung itu. Kamu bisa mengambil jam tanganku, harganya lebih mahal dari kalung itu." ucap Jonathan tidak tega melihat kesungguhan di mata Nadia yang benar-benar tidak ingin kehilangan kalung itu.     

"Ambil saja dogi jam tangannya, dan tentu juga ambil juga kalungnya kita akan kaya beberapa hari setelah ini." ucap bos preman dengan tertawa.     

Dogi menganggukkan kepalanya mematuhi perintah bosnya.     

Tanpa ampun Dogi mendekati Nadia dan memeluknya dengan paksa agar bisa mengambil kalung yang ada di leher Nadia.     

Nadia melawan dan memberontak sekuat tenaga dengan menggigit, mencakar dan menendang Dogi uang ingin mengambil kalungnya.     

"Nino, Vero!! cepat bantu Dogi!!" ucap Bos preman dengan geram melihat kenekatan Nadia.     

Tatapan Jonathan menjadi panik saat Nino dan Vero mendekati Nadia untuk membantu Dogi. Dengan sekuat tenaga Jonathan menekan kursi rodanya untuk membantu Nadia.     

"Lepaskan Nadia bajingan!!" ucap Jonathan menarik tangan Nino dan Vero secara bergantian.     

"Nino! Vero!! hajar saja pria cacat itu, kalau menghalangi kalian!! jangan beri ampun lagi!" teriak bos preman semakin geram.     

Melihat Nino dan Vero mendekati Jonathan Nadia menjadi cemas seketika itu juga Nadia berteriak keras minta tolong berharap ada yang mendengarnya.     

"Tolonggggg!! Tolonggg!!! rampokkkk!!" teriak Nadia dengan keras, Dogi segera menutup mulut Nadia yang masih saja ingin berteriak.     

"Dogi!! cepat ambil kalung wanita sialan itu! dan kamu Nino! Vero! cepat hajar pria itu! kita harus pergi dari sini secepatnya!" ucap Bos preman itu sambil mengedarkan ke sekeliling berharap teriakan Nadia tidak ada yang mendengarnya.     

"Nadia, tetap bertahan!" ucap Jonathan berusaha mendekati Nadia dan melindunginya.     

Namun apa daya dengan keadaannya yang duduk di kursi roda tidak bisa membuat Jonathan berbuat banyak untuk melawan.     

Beberapa kali Jonathan menerima pukulan dari Nino dan Vero di perut dan di wajahnya.     

"Hentikan!!! hentikan! apa kalian tidak malu memukul orang yang tidak bisa melawan kalian!! kalian semua pengecut!" teriak Nadia masih memberontak berusaha melepaskan dari pelukan Digo yang ingin mengambil kalungnya.     

Walau duduk di kursi roda Jonathan masih berusaha untuk melawan dan menangkis pukulan Nino dan Vero.     

Namun nasib berkata lain Vero mendorong kursi roda Jonathan dengan sangat keras hingga kursi roda Jonathan tergelincir ke arah sungai yang tidak jauh dari mereka.     

"BYURRRR!!"     

"Tuan Jonathan!!!" panggil Nadia dengan sangat keras saat tahu Jonathan tercebur masuk ke dalam sungai bersama kursi rodanya.     

Dengan kekuatan berlipat-lipat Nadia melepaskan diri dari pelukan Dogi dan berlari ke sungai untuk membantu Jonathan yang terpisah dari kursi rodanya.     

Melihat Nadia lepas dari tangan Dogi dan Jonathan yang tercebur ke dalam sungai, Bos preman dan anak buahnya bergegas pergi meninggalkan Nadia dan Jonathan.     

"Tuan Jonathan!! Tuan Jonathan!! bertahanlah! pegang sesuatu!!" ucap Nadia berusaha menggapai tangan Jonathan, sambil berusaha melawan arus yang cukup deras.     

Jonathan hanya bisa diam, kepalanya terasa berputar-putar dan matanya berkunang-kunang saat kepalanya terbentur batu-batu sungai.     

"Tuan Jonathan!! Tuan Jonathan!! jangan pingsan!!" teriak Nadia saat melihat kedua mata Jonathan perlahan terpejam.     

"Ya Tuhan, lindungi aku dan Tuan Jonathan!" ucap Nadia dalam hati berusaha bertahan di sebuah batu besar sambil memegang pergelangan tangan Jonathan agar tidak terbawa arus.     

Dengan sekuat tenaga Nadia menarik Jonathan agar bisa di peluknya. Setelah Jonathan dekat dengannya segera Nadia memeluk leher Jonathan dengan lengannya.     

Perlahan-lahan Nadia berjalan sambil memegang batu-batu besar untuk sampai ke pinggir sungai.     

Sampai di pinggir sungai Nadia membaringkan Jonathan di tanah.     

"Tuan Jonathan! Tuan Jonathan!! bangunlah Tuan!! aku sudah tidak punya tenaga untuk membawamu ke gazebo." ucap Nadia dengan tubuh lemas dan pingsan di samping Jonathan.     

***     

Di rumah besar Jonathan.     

Marcos berdiri di hadapan Anne setelah menunggu lama karena Anne sedang ada acara di luar kota.     

"Nyonya Anne, Tuan Jonathan dan Nona Nadia sudah menghubungiku beberapa kali. Dan juga mengirim pesan kalau mereka dalam bahaya. Apa aku harus ke sana!" ucap Marcos dengan perasaan tidak enak.     

"Kamu jangan cemas Marcos, semua ini rencanaku untuk memberi kesempatan pada Jonathan dan Nadia agar bisa saling menjaga di saat mereka mendapat masalah. Aku sangat yakin mereka tidak akan apa-apa. Karena aku yang mengirim orang-orang itu untuk menakuti Jonathan dan Nadia." ucap Anne dengan tersenyum merasa puas rencananya berjalan lancar walau tempatnya tidak lagi di restoran tapi di rumah makan pinggiran kota.     

"Tapi Nyonya, aku merasa ada sesuatu yang terjadi pada mereka. Apa sebaiknya anda memastikan pada orang suruhan Nyonya kalau Tuan Jonathan dan Nona Nadia baik-baik saja." ucap Marcos dengan wajah serius.     

"Baiklah Marcos biar hatimu tenang, Aku akan menghubungi orang suruhanku. Bagaimana keadaan Jonathan dan Nadia saat ini." ucap Anne kemudian menghubungi Willy.     

"Hallo Jossy, bagaimana dengan tugasmu? apa kalian sudah menakuti Jonathan dan Nadia? Bagaimana keadaan mereka?" tanya Anne dengan tenang.     

"Maaf Nyonya Anne, kita tidak mengikuti mereka lagi. Karena mereka telah pergi naik taksi dan kita tidak tahu kemana mereka pergi. Aku sudah menghubungi anda beberapa kali dan mengirim pesan tapi anda tidak menerima dan membacanya. Aku pikir mereka kembali pulang." ucap Jossy dengan perasaan takut.     

"Apaaa! Jossy!!.jadi kalian tidak melakukan apa-apa? lalu siapa mereka yang membuat Nadia dalam bahaya??!!!" ucap Anne dengan wajah pucat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.