DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

BANTUAN JONATHAN



BANTUAN JONATHAN

0Tiba di kamar inap Ayahnya Jean, Jonathan sangat terkejut saat melihat Jean keluar dari kamar.     
0

"Jean?" panggil Jonathan dengan tatapan tak percaya.     

"Hei Jo." ucap Jean mengulurkan tangannya pada Jonathan.     

"Jadi... yang masuk rumah sakit adalah Ayahmu? Apa itu berarti kamu kekasih Nadia?" tanya Jonathan dengan tatapan tak percaya.     

"Tenanglah Jo, ayo...kita bicara." ucap Jean sambil mendorong kursi roda Jonathan agar bisa bicara dengan tenang.     

Nadia dan Gladys saling pandang mengikuti Jean dan Jonathan.     

"Nadia jawab pertanyaanku tadi? apa yang aku katakan benarkan? kalau Ayah Jean yang masuk rumah sakit. Dan kamu tunangan Jean?" ucap Jonathan dengan wajah merah padam.     

Nadia menganggukkan kepalanya dan berniat menjawab pertanyaan Jonathan, namun Jean menarik lengannya sambil menatap matanya.     

"Jangan di dengarkan Nadia, Jo. Apa yang kamu katakan benar, tapi sebagian tidak benar. Aku akan menceritakan semuanya padamu." ucap Jean berniat memberitahu Jonathan tentang pertunangannya yang juga sandiwara, namun Nadia menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan membawanya menjauh.     

"Jean, kamu harus ingat. Kamu harus membantuku lepas dari pertunanganku dengan Tuan Jonathan. Kenapa kamu malah berniat menceritakan semuanya tentang sandiwara kita?" ucap Nadia menahan emosi.     

"Nadia, aku tidak bisa membohongi Jonathan. Keluarga Jonathan sudah sangat baik pada keluargaku? Kamu tenanglah, aku yakin Jonathan bisa membantu kita." ucap Jean berusaha menenangkan hati Nadia.     

"Apa kamu yakin Tuan Jonathan akan membantu kita?" tanya Nadia dengan wajah cemas.     

Jean menganggukkan kepalanya dengan sangat yakin.     

"Baiklah, aku percaya padamu." ucap Nadia kemudian menurut saja saat Jean membawanya kembali ke tempat Jonathan.     

"Apa kalian masih berpikir lagi untuk menceritakan semuanya padaku?" tanya Jonathan dengan wajah serius.     

"Nadia hanya memastikan tidak ada masalah di antara kita bertiga. Benarkan Nadia?" tanya Jean pada Nadia yang duduk di dekat Jonathan.     

"Oke... ceritakan saja semuanya padaku. Siapa tahu aku bisa membantu kalian." ucap Jonathan dengan tatapan penuh.     

Jean menghela nafas panjang sambil menatap wajah Nadia sebelum menceritakan pada Jonathan. Sedangkan Gladys dengan wajah serius ingin tahu apa yang terjadi antara Jean dan Nadia.     

"Aku dan Nadia juga bersandiwara dengan bertunangan di hadapan orang tuaku. Saat itu Ayah sakit parah dan menginginkan aku segera menikah. Dan Nadia membantuku dengan memberi ide kita bertunangan untuk sementara sampai aku benar-benar mendapatkan wanita yang aku cintai." ucap Jean dengan jujur.     

"Jadi, di antara kalian hanya sebatas teman tanpa ada perasaan saling mencintai?" tanya Jonathan memastikan perasaan Jean dan Nadia.     

Nadia menganggukkan kepalanya dengan cepat sedangkan Jean tidak bereaksi.     

"Lalu, apa yang harus aku lakukan untuk membantu masalah kalian?" tanya Jonathan merasa ada sesuatu dalam tatapan Jean saat menatap Nadia.     

"Kamu bisa membantuku menjelaskan pada orang tua Jean, kalau pertunangan kita hanya sandiwara saja. Entah alasan apa yang kamu buat yang penting Ayah Jean bisa sembuh dan percaya kalau aku dan Jean benar-benar bertunangan." ucap Nadia dengan tatapan memohon.     

"Kalau aku sudah menjelaskan hal itu? bagaimana kalau Ayahnya Jean meminta kamu segera menikah dengan Jean? apa kamu akan menikah dengan Jean?" tanya Jonathan dengan tatapan serius.     

Nadia menelan salivanya kemudian menatap Jean.     

"Jean kamu bisa memastikan pernikahan itu tidak akan terjadi kan?" tanya Nadia tatapan rumit.     

"Aku akan mencari alasan yang tepat agar pernikahan itu tidak terjadi." ucap Jean dengan sungguh-sungguh.     

"Tuan Jonathan sudah mendengar jawaban Jean kan? sekarang tolonglah untuk bisa menjelaskan pada Ayahnya Jean kalau pertunangan kita hanya sandiwara." ucap Nadia dengan tatapan memohon.     

"Baiklah... aku akan membantu kalian. Sekarang antar aku ke Ayahnya Jean." ucap Jonathan sambil menahan nafas. Jonathan tahu apa yang di lakukannya akan berpengaruh pada pertunangannya yang bukan sandiwara tapi pertunangan sungguhan karena selama hidupnya orang tuanya tidak pernah mempermainkan suatu hubungan.     

"Syukurlah, ayo...kita masuk menemui mereka." ucap Nadia sambil mendorong kursi roda Jonathan dan membawanya masuk ke kamar inap Ayahnya Jean.     

Jean mendekati ibunya yang duduk di samping Ayahnya yang terbaring lemah.     

"Ibu jangan cemas Ayah akan baik-baik saja?" ucap Jean sambil mengusap bahu ibunya.     

"Aku tidak tahu apa yang terjadi pada Ayahmu Jean?" ucap Valerie sudah menunggu beberapa jam tapi James suaminya masih belum siuman juga.     

"Sebentar lagi Ayah pasti siuman Bu." ucap Nadia ikut bicara dan duduk di samping Valerie.     

"Kalau Ayahmu sadar? apa yang harus kalian jelaskan pada Ayahmu? kalian tahu Ayahmu sangat terkejut setelah melihat acara pertunangan Nadia di televisi." ucap Valerie sambil mengusap airmatanya yang sudah mengalir deras.     

"Ibu jangan cemas, apa yang di beritakan di televisi itu hanya sandiwara saja. Lihat Bu, di sini ada Tuan Jonathan yang akan menjelaskan pada Ibu dan Ayah kalau pertunangan itu hanya sandiwara." ucap Nadia sambil melihat Jonathan yang menatapnya dengan tatapan penuh.     

"Jean... Jean..." tiba-tiba terdengar suara lemah dari James yang sudah sadar dari tidur lamanya.     

"Ayah...aku di sini Ayah. Ayah tenang ya? apa yang Ayah lihat itu tidak benar. Di sini ada Jonathan yang akan menjelaskan pada Ayah. Ayah masih ingat dengan Jonathan kan?" ucap Jean sambil menggenggam tangan Ayahnya.     

James membuka matanya dan menatap Jean kemudian mencari keberadaan Jonathan.     

"Tuan Jonathan? putranya Tuan Darren? yang sudah bertunangan dengan Nadia?" ucap James dengan suara pelan.     

"Ya benar Tuan James, Tapi pertunangan itu hanya sandiwara. Daddy dan Momy hanya menyelamatkan aku saja." ucap Jonathan dengan suara berat.     

"Tapi kenapa dengan Nadia, Tuan? kenapa tidak dengan yang lainnya?" ucap James dengan wajah pucat.     

"Karena Nadia bekerja padaku sebagai perawat pribadiku. Jadi Momy memilih Nadia yang hatinya baik." ucap Jonathan dengan sungguh-sungguh.     

Seketika Gladys menatap Nadia saat Jonathan mengatakan Nadia wanita yang berhati baik.     

"Apa yang Tuan Jonathan katakan sangatlah benar. Nadia wanita yang sangat baik, karena itu aku sangat bahagia saat Jean bertunangan dengan Nadia. Aku ingin mereka segera menikah secepatnya.     

Jonathan menelan salivanya, apa yang ada di pikirannya ternyata benar. Dan Jonathan tidak tahu apa reaksi orang tuanya jika tahu hal ini. Karena pertunangannya dengan Nadia bukanlah sandiwara seperti yang di pikirkan Nadia.     

"Semoga apa yang di inginkan Tuan James segera terlaksana." ucap Jonathan tidak bisa berkata apa-apa lagi selain menenangkan hati James.     

"Tuan Jonathan tidak berbohong kan? tentang pertunangan itu? aku tidak mau menyakiti hati Tuan Darren dan Nyonya Anne yang sudah begitu baik padaku." ucap James dengan tatapan serius.     

Jonathan hanya bisa menganggukkan kepalanya.     

"Tuan James jangan memikirkan apapun. Semoga cepat sembuh. Dan sayang sekali aku harus cepat pulang karena ada pekerjaan di rumah dan Nadia harus melanjutkan pekerjaannya." ucap Jonathan dengan perasaan berat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.