DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

MENGALAH



MENGALAH

0"Tuan Jonathan, kenapa kita harus ke restoran mewah? aku tidak suka. Aku mau makan di rumah makan di pinggiran kota saja. Di sana ada rumah makan sederhana dan juga pemandangannya sangat alami." ucap Nadia tidak ingin makan di restoran mewah karena tidak ingin di liput para wartawan lagi.     
0

"Tapi aku ingin kita makan di restoran mewah agar kamu senang Nadia." ucap Jonathan dengan tatapan penuh.     

"Ssshhh... kamu tidak tahu apa yang akan terjadi di sana. Di restoran mewah pasti memudahkan para wartawan datang untuk meliput tentang dirimu." ucap Nadia dengan wajah gusar.     

"Kamu tenang saja Nadia, kita bisa dengan mudah mengusir para wartawan. Percayalah padaku, aku yang akan mengusir mereka." ucap Jonathan masih dengan keinginannya membawa Nadia ke restoran Deluxe.     

"Terserah padamu saja, apa yang aku katakan tidak akan berguna bagimu." ucap Nadia dengan tatapan kesal karena Jonathan tidak mendengar pendapatnya.     

"Marcos bisa cepat sedikit agar kita bisa sampai di sana?" ucap Jonathan sambil melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul empat sore.     

Marcos menganggukkan kepalanya kemudian menjalankan mobilnya dengan cepat agar sampai di restoran Deluxe.     

Tiba di restoran Deluxe Nadia keluar dari mobil dengan wajah cemberut. Marcos keluar dari mobil dan membantu Jonathan duduk di kursi rodanya.     

"Tuan Jonathan aku harus kembali sekarang, karena Nyonya Anne memintaku untuk mengantarkan ke rumah temannya." ucap Marcos menjalankan perintah sesuai keinginan Anne untuk segera pulang dan tidak menerima panggilan dari Jonathan atau Nadia lagi.     

Jonathan menganggukkan kepalanya dengan pelan.     

"Setelah mengantar Momy, jangan lupa kamu cepat kesini untuk menjemputku." ucap Jonathan berencana tidak akan lama makannya karena Nadia terlihat kesal.     

Marcos mengiyakan ucapan Jonathan setelah itu masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Jonathan dan Nadia.     

"Nadia... Ayo... masuk." ucap Jonathan melihat ke arah Nadia yang masih berdiri tegak di tempatnya.     

"Tuan Jonathan saja yang masuk, sudah aku bilang aku tidak mau makan di restoran ini. Aku akan menunggu Tuan Jonathan di sini saja." ucap Nadia dengan perasaan kesal.     

Jonathan menghela nafas panjang.     

"Tidak bisa begitu Nadia, Bukankah aku yang mengajakmu ke sini. Jadi aku yang harus menentukan tempatnya. Ayo, cepat masuk sekarang. Jangan sampai kita mencari perhatian orang-orang." ucap Jonathan dengan sedikit menutupi wajahnya agar tidak terlihat oleh orang-orang yang mengenalnya.     

"Tidak Tuan Jonathan, aku akan tetap disini menunggu Tuan selesai." ucap Nadia keras kepala.     

"Kenapa kamu keras kepala sekali, dan tidak menurut apa yang aku katakan." ucap Jonathan menahan emosi.     

"Tidak bisa begitu Tuan Jonathan, Bukankah Tuan Jonathan ingin membuatku senang? harusnya menuruti apa yang aku katakan." ucap Nadia menunggu hari keberuntungannya kalau Jonathan akan mengalah padanya.     

Jonathan menghela nafas panjang, tidak ingin menjadi perhatian orang-orang hanya karena sikap keras kepalanya Nadia.     

"Baiklah, kamu menang. Aku harap kamu senang setelah ini." ucap Jonathan seraya mengambil ponselnya untuk menghubungi Marcos.     

"Tuan Jonathan mau apa? mau menghubungi siapa?" tanya Nadia mengambil ponsel yang ada di tangan Jonathan.     

"Mau menghubungi Marcos untuk mengantar kita ke tempat yang kamu mau." ucap Jonathan dengan tatapan kesal.     

"Tidak perlu Tuan Jonathan, kita ke tempat itu naik taksi saja. Kita bisa menikmati dengan santai tanpa ada Tuan Marcos." ucap Nadia berniat mengajak Jonathan untuk bisa menikmati keindahan suasana di pinggiran kota.     

"Terserah kamu saja, aku capek berdebat denganmu." ucap Jonathan seraya menekan pelipisnya.     

"Aku senang kalau Tuan Jonathan bilang seperti itu. Jadi kita tidak akan berdebat lagi." ucap Nadia dengan tersenyum.     

Jonathan menatap Nadia dengan wajah merah menahan emosi.     

"Sekarang kita bagaimana? apa kita tetap di sini dan bicara hal yang tidak penting?" ucap Jonathan sudah habis kesabarannya.     

Tanpa membalas ucapan Jonathan, Nadia memegang gagang kursi roda Jonathan dan mendorongnya ke arah jalanan.     

Nadia berdiri di pinggir jalan raya berniat mencari taksi. Jonathan hanya duduk diam di kursi rodanya.     

Tanpa Jonathan dan Nadia sadari di balik pagar restoran ada lima orang sedang mengawasinya.     

Di antara dua orang yang mengawasi Jonathan dan Nadia saling pandang dengan tatapan penuh arti.     

"Tuan Jonathan, ayo...kita masuk." ucap Nadia setelah mendapatkan taksi.     

"Apa kamu tidak membantuku masuk?" tanya Jonathan sangat kesal melihat Nadia masuk ke dalam taksi tanpa memperdulikannya.     

"Ya Tuhan! aku lupa!!" ucap Nadia dengan menahan senyum memang berniat menggoda Jonathan yang terlihat kesal padanya.     

Dengan perasaan senang, Nadia membantu Jonathan masuk ke taksi.     

"Pak, bisa antar kita ke tempat makan di pinggiran kota yang dekat sungai." ucap Nadia dengan tersenyum.     

Sopir taksi itu menganggukkan kepalanya kemudian menjalankan mobilnya ke arah pinggiran kota.     

"Nona, ini sudah sore? di sana kalau sudah malam tidak akan ada taksi yang lewat? apa anda yakin akan ke sana?" ucap Sopir taksi mengingatkan Nadia dan Jonathan.     

"Tidak apa-apa Pak, pulangnya nanti kita di jemput Tuan Marcos." ucap Nadia dengan tersenyum sangat berterima kasih atas nasihat sopir taksi.     

"Oke... kalau begitu, aku akan mengantar kalian ke sana." ucap Sopir taksi dan menjalankan mobilnya dengan kecantikan tinggi.     

Hampir satu jam perjalanan akhirnya Nadia dan Jonathan sampai di tempat makan Nature yang tidak terlalu ramai.     

Dengan bantuan Sopir taksi, Nadia membantu Jonathan duduk di kursi rodanya.     

"Nadia, apa kamu tidak salah mencari tempat makan di sini? di sini suasananya sangat sepi sekali, dan sedikit gelap. Kamu memang wanita yang sangat aneh." ucap Jonathan setelah melihat ke sekeliling tempat makan Nature yang sepi dan sedikit gelap.     

"Bukan aku yang aneh Tuan Jonathan! tapi Tuan Jonathan itu yang aneh. Di sini tempat yang romantis, di sini banyak sekali pasangan yang ingin bersenang-senang. Dulu, aku pernah ke sini bersama Jean, kita bersenang-senang di sini dan kita sangat menikmatinya." ucap Nadia dengan tersenyum.     

"Tempat romantis, banyak pasangan yang bersenang-senang? kamu sudah melakukan hal itu dengan Jean?" tanya Jonathan dengan wajah terkejut.     

"Apa yang ada di dalam pikiranmu Tuan Jonathan? Aku dan Jean sudah melakukan hal itu? melakukan apa?" tanya Nadia dengan kedua alis terangkat tidak mengerti apa maksud ucapan Jonathan.     

"Jangan berpura-pura tidak tahu. Seperti apa yang kamu katakan tadi, banyak pasangan yang bersenang-senang di sini. Dan kamu bilang sudah bersenang-senang dengan Jean bahkan kalian berdua menikmatinya?" ucap Jonathan dengan tatapan tak percaya dengan apa yang sudah di lakukan Jean dengan Nadia.     

"Tunggu Tuan Jonathan! aku memang sudah bersenang-senang dengan Jean dan aku menikmatinya! kenapa Tuan harus marah? apa Tuan Jonathan tidak pernah bersenang-senang?" ucap Nadia semakin heran dengan sikap Jonathan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.