DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

PERTENGKARAN



PERTENGKARAN

0"Tuan James jangan memikirkan apapun. Semoga cepat sembuh. Dan sayang sekali aku harus cepat pulang karena ada pekerjaan di rumah dan Nadia harus melanjutkan pekerjaannya." ucap Jonathan dengan perasaan berat merasa dirinya yang harus mundur dari masalah yang di hadapi Nadia.     
0

"Terima kasih Tuan Jonathan, salam buat Tuan Darren dan Nyonya Anne." ucap James merasa lega kalau pertunangan Jean dan Nadia bukan suatu kebohongan seperti yang di pikirkan.     

"Akan aku sampaikan, aku pulang dulu Tuan James, Nyonya Valerie." ucap Jonathan kemudian menjalankan kursi rodanya keluar dari kamar.     

"Jonathan." panggil Jean mengikuti Jonathan yang sudah keluar kamar.     

Jonathan menghentikan kursi rodanya menghadap Jean.     

"Aku berhutang budi padamu, aku akan berusaha menyelesaikan masalah ini agar kamu tidak mendapat masalah di karena hal ini." ucap Jean sambil memegang bahu Jonathan.     

Jonathan menganggukkan kepalanya kemudian melihat ke arah Nadia yang datang bersama Gladys.     

"Jean, Gladys aku pulang sekarang. Mulai hari ini aku tunggu di rumah Jonathan. Tapi, kita masih bisa bertemu dan kalian harus menghubungi aku." ucap Nadia kemudian memeluk Gladys dengan perasaan sedih.     

"Jean...aku minta jaga Gladys. Biarkan Gladys bekerja di tempatmu kalau Gladys keluar dari tempat kerjanya." ucap Nadia merasa berat harus berpisah dengan Gladys dan Jean.     

"Kamu jangan cemas Nadia, aku akan menjaga Gladys dengan baik." ucap Jean sambil mengusap rambut Nadia.     

Jonathan menahan nafas melihat kasih sayang Jean pada Nadia.     

Dengan perasaan berat Nadia meninggalkan Jean dan Gladys kemudian mendorong kursi roda Jonathan keluar dari rumah sakit.     

Dalam perjalanan ke rumah besar tidak ada pembicaraan antara Nadia dan Jonathan. Jonathan hanya diam dengan pandangannya ke arah jalanan tanpa memperhatikan Nadia.     

Perasaan Nadia jadi tidak enak, melihat wajah Jonathan yang terlihat sangat kecewa.     

Marcos menghela nafas panjang menatap Nadia dan Jonathan dari kaca spion depan.     

"Bagaimana mereka akan bisa hidup bahagia kalau di hati mereka masih belum ada tumbuh rasa cinta dan sayang untuk saling menjaga." ucap Marcos dalam hati.     

Nadia dan Jonathan baru bertunangan namun masalah sudah datang. Marcos berharap Jonathan bisa lebih dewasa untuk bisa menangani setiap masalah.     

"Tuan Jonathan, kita sudah sampai di rumah." ucap Marcos setelah memasuki halaman rumah dan berhenti di depan pintu.     

Jonathan menegakkan punggungnya terasa sakit jika terlalu banyak duduk.     

"Marcos, bawa aku ke taman samping." ucap Jonathan ingin menenangkan diri dari semua masalah yang ada.     

"Biar aku saja yang membawa Tuan Jonathan ke taman Tuan Marcos." ucap Nadia keluar dari mobil.     

"Tidak perlu, biar Marcos saja yang mengantarku. Kamu istirahat saja di kamarmu." ucap Jonathan dengan nada dingin menunggu Marcos memindahkannya ke kursi roda.     

Dengan bantuan Marcos, Jonathan sudah duduk di kursi roda.     

"Tuan Jonathan, sekarang aku tunangan anda. Biarkan aku yang menjaga anda." ucap Nadia sambil menatap Marcos untuk membiarkan dirinya yang mengantar Jonathan ke taman.     

Melihat kesungguhan di mata Nadia, akhirnya Marcos pergi meninggalkan Jonathan dan Nadia.     

Melihat Marcos pergi, Jonathan tidak ingin berdebat lagi dengan Nadia selain menekan tombol otomatis kursi rodanya ke taman samping.     

Nadia menghela nafas panjang melihat keras kepalanya Jonathan. Dengan langkah panjang Nadia mengikuti Jonathan dan berjalan di belakangnya.     

"Tuan Jonathan, hati-hati!!" ucap Nadia saat melihat ada rumput taman yang sedikit rendah.     

Jonathan tidak menghiraukan ucapan Nadia dan masih menekan tombol kursi rodanya hingga....     

"BRUKKK"     

Jonathan jatuh ke taman rumput berserta kursi rodanya.     

"Aauhhhh!!" teriak Jonathan mengaduh kesakitan tertindih di bawah kursi rodanya.     

"Tuan Jian     

"Tuan Jonathan!! panggil Nadia sedikit berlari dan menghampiri Jonathan dan memegang lengan Jonathan.     

"Lepaskan aku! panggil saja Jonathan untuk membantuku." ucap Jonathan berusaha bangun dari tempatnya.     

"Ada apa denganmu Tuan Jonathan?! tadi di rumah sakit, seolah-olah kamu membantuku dan juga membantu keluarga Jean!! Dan sekarang Tuan Jonathan marah tak beralasan! Ya sudah kalau tidak mau aku tolong!" ucap Nadia kemudian bangun dari tempatnya dan pergi meninggalkan Jonathan yang masih tertindih kursi rodanya.     

"Bukan aku yang ingin menolongmu!! tapi kamu dah Jean yang memohon padaku!! ingat itu!! bukan aku!!" teriak Jonathan sambil menahan rasa nyeri di lutut kakinya.     

Mendengar ucapan Jonathan yang tidak ikhlas membantunya Nadia menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Jonathan dari jauh.     

"Aku memang minta tolong padamu!! tapi kamu harus ingat kamu minta sebuah ciuman dariku!! kamu ada maunya laki-laki berotak mesum!!" teriak Nadia tidak mau kalah.     

"Dengar!! kalau aku laki-laki mesum aku sudah memperkosamu saat kita berdua di kamar!! dan ingat aku hanya mencium keningmu!! hanya keningmu!" sahut Jonathan dengan perasaan kesal.     

"Bagaimana kamu bisa memperkosaku? kalau kamu bergerak saja susah!!" teriak Nadia dengan nafas terengah-engah menahan marah dan tidak memikirkan perasaan Jonathan lagi.     

Jonathan terdiam tidak membalas ucapan Nadia selain menatap Nadia dengan tatapan terluka.     

Nadia terpaku di tempatnya sambil memegang keningnya baru tersadar dengan apa yang dikatakannya setelah melihat Jonathan terdiam dengan tatapan terluka.     

"Ya Tuhan apa yang barusan aku katakan? kenapa aku tidak bisa menahan diri untuk tidak berkata-kata yang menyakiti hati Tuan Jonathan." ucap Nadia dalam hati kemudian menghampiri Jonathan.     

"Maafkan aku Tuan Jonathan, kamu bisa menghukumku karena kata-kataku. Sekarang biarkan aku membantumu." ucap Nadia sambil mengulurkan tangannya pada Jonathan dengan tatapan menyesal.     

Jonathan masih terdiam di tempatnya tanpa menyambut uluran tangan Nadia. Hatinya terasa sangat sakit mendengar ucapan Nadia yang terakhir.     

Memang dirinya laki-laki cacat dan tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan untuk menggerakkan seluruh badannya saja harus bekerja keras.     

Jonathan kembali putus asa akan dirinya. Yang tidak bisa sembuh dari cacat kakinya yang permanen karena saraf kakinya sudah mati rasa.     

"Tuan Jonathan, tolong maafkan aku. Sungguh aku minta maaf." ucap Nadia dengan tatapan sungguh-sungguh.     

"Aku tidak bisa memaafkan kamu, kamu sangat menyakiti hatiku. Tapi sayangnya, apa yang kamu katakan sangatlah benar. Aku laki-laki cacat yang tidak mungkin bisa melakukan apa-apa. Aku laki-laki yang masih berada dalam mimpi kalau aku manusia normal, padahal kenyataan yang harus aku hadapi aku telah menjadi laki-laki cacat seumur hidupku." ucap Jonathan dengan suara pelan dengan menundukkan wajahnya.     

Tanpa berkata apa-apa, Nadia meraih punggung Jonathan dan memeluknya sangat erat.     

"Tolong, maafkan aku Tuan Jonathan. Maafkan aku. Aku telah bicara kasar pada Anda. Hukum saja aku." ucap Nadia memeluk Jonathan dengan perasaan bersalah.     

"Kenapa aku harus memaafkan kamu, kalau apa yang kamu katakan adalah benar. Aku laki-laki yang sombong dan tidak tahu diri yang lupa dengan keadaan yang sebenarnya. Aku cacat seumur hidup, yang tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak bisa mempunyai keturunan untuk Daddy dan Momy." ucap Jonathan dengan perasaan sedih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.