Tante Seksi Itu Istriku

Kedatangan Menik



Kedatangan Menik

2"Ini memang rumahnya, Mas. Kita sudah sampai di sini. Kuharap anakku ada di dalam, yah. Terima kasih karena sudah mengantarku ke sini," ungkap Menik yang sudah berapa kali mengucap terima kasih pada sang suami.      1

Rinto mengantarkan istrinya untuk mencari anak dari Menik. Karena saat ini Rinto dan Menik tidak punya anak selama menikah. Dan karena Rinto tidak akan bisa memiliki keturunan. Satu-satunya solusi adalah anak dari Menik. Menik pernah mengatakan kalau dirinya memiliki anak di desa yang saat ini mereka datangi. Dan rumah yang saat ini dituju adalah rumah di mana Menik meninggalkan anaknya.     

"Sudahlah ... kenapa kamu terus -terusan berterima kasih terus? Anak kamu juga anak aku juga, kan? Sayangnya aku tidak punya keturunan. Jadi hanya pada anak kamu adalah satu-satunya harapanku. Apakah kita masuk saja atau bagaimana?" tanya Rinto pada istrinya.     

"Yah, kucoba untuk mengetuk pintunya ya, Mas. Tapi aku juga agak takut sebenarnya. Apakah kang Kardi mau mempertemukan kita dengan anakku?" Wajah Menik terlihat murung memikirkan sesuatu yang telah terjadi. Ia berharap masih bisa melakukan yang terbaik untuk anaknya. Ia juga sudah menyesali kesalahannya di masa lalu karena meninggalkan anak yang ka lahirkan.     

Melihat istrinya yang tidak mau melakukannya, maka Rinto yang berinisiatif untuk mengetuk pintu. Ia mewakili istrinya untuk memulai apa yang harusnya dilakukan oleh orang tua. Setelah mengetuk pintu, memberi salam agar pemilik rumah membukakan pintu. Karena pada saat itu pintu sudah ditutup.     

"Maaf, sepertinya ada tamu. Biarkan aku temui tamu dulu, Juragan. Kita tidak ingin ada gangguan, kan? Aku akan mengusir tamu itu," ujar Warni. Ia takut akan kemarahan dari pria yang telah banyak membantunya itu. Ia juga tidak ingin masalahnya semakin runyam. Namun ia juga terganggu karena adanya tamu yang datang di waktu tidak tepat.     

"Iya, saya ingin bertanya, mengapa kamu menolak pernikahan dengan anakku? Karena dia jelek, kah? Hei, anak muda sombong, memangnya kamu bisa apa? Kalau begitu, saya bisa menuntut kamu semua ke pengadilan, yah!" ancam Bahar. Ia tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh Usman yang menolak perjodohan itu.     

"Aku sudah menikah dan sudah memutuskan untuk hidup dengan istriku, Pak. Maafkan aku karena tidak mungkin bisa menikah lagi," ungkap Usman untuk ke dua kalinya. Ia sudah mengatakan itu dengan jelas tapi tidak bisa membuat pria itu senang.     

Warni sudah meninggalkan tempat itu karena tidak ingin mengetahui siapa yang bertamu ke rumahnya. Ia juga sempat mendengar suara mobil berhenti di depan rumahnya. Saat membuka pintu, ia kaget karena melihat seorang pria tidak dikenal. Terlihat memakai jas hitam dan yang membuatnya lebih kaget lagi adalah wanita di belakang pria itu.     

"Mba Warni, Assalamualaikum ..." ungkap Menik pada wanita paruh baya itu. "Maaf aku mengganggu ada acara apa di sini?"     

"Menik? Kenapa kamu datang lagi? Eh, maaf yah. Kami sedang sibuk hari ini. Dan jangan pernah datang lagi ke sini!" balas Warni, menatap tajam ke arah Menik.     

Terdengar dari dalam, seorang pria yang menyebut nama Usman dengan keras dan disusul dengan suara barang pecah. Membuat Menik merasa khawatir, ia pun melangkahkan kakinya ke dalam rumah, meski dilarang oleh Warni. Warni tidak ingin Menik datang lagi dan membawa Usman meninggalkan mereka. Karena Usman yang menjadi harapan mereka agar bisa lebih kaya.     

"Ngapain kamu masuk-masuk ke rumah orang segala? Pergi dari sini!" usir Warni dengan nada emosi. Di dalam ada orang yang merupakan juragan cendol yang paling kaya di desanya. Tidak mungkin ia mengacaukan acara mereka. Walau kesannya Usman yang seperti dilamar oleh Bahar.     

"Itulah jika kalian melawan kami! Kamu sudah merasakan akibatnya, bukan? Baiklah ... akan kutunggu kamu dua hari lagi untuk melamar Sarini! Jika belum datang juga, rumah ini akan saya sita!" ancam Bahar dengan garang.     

Dua anak buah Bahar telah memukuli Usman yang sendirian. Tentu keadaan pemuda itu sudah bonyok dan mengalami beberapa luka pukulan. Itu adalah sebuah peringatan keras untuk orang yang tidak menurut apa yang ia inginkan. Sementara Kardi juga sangat kesal dengan keputusan Usman itu. Juga kesal dengan Bahar yang ingin mendapatkan tanah yang tidak dirawat sama sekali itu. Ada banyak tanaman liar dan tidak ditanami tanaman yang bermanfaat.     

"Sudah kubilang, kamu jangan melawan. Apa kamu sakit, hah? Itu semua karena ulah kamu, Usman! Ini tidak akan terjadi jika adikku tidak menikahi wanita pembawa sial itu! Dia meninggalkanmu sendirian dan dirawat oleh kami berdua, hah!" Kadi berkata dengan lantang setelah melihat Bahar pergi.     

Sementara itu Bahar yang hendak keluar dari rumah, berpapasan dengan Menik yang hendak masuk ke dalam. Diikuti oleh Warni dan Rinto di belakangnya. Bahar melirik ke arah wanita yang baru masuk ke dalam tanpa berkata apapun. Dan begitu juga dengan Menik yang tidak tahu apapun. Mereka saling menatap tanpa berbicara satu sama lain. Rupanya mereka juga saling mengenal tapi memang tidak akrap.     

Saat masuk ke dalam ruangan itu, Menik melihat seorang pemuda yang terbaring di lantai dan sudah banyak barang yang pecah. Sontak saja membuat Menik berlari mendekati pemuda itu. Kardi melihat Menik pun kaget karena wanita itu tiba-tiba sudah masuk ke dalam saja. Padahal mereka sama-sama saling membenci. Tentu Kardi berharap Menik pergi. Dengan kakinya yang masih sakit, mengambil tongkat dan ingin mengusir Menik.     

"Untuk apa kamu datang ke sini lagi? Kupikir kamu sudah mati di sana! Pergi dari sini! Dan jangan pernah usik keluarga ini lagi, wanita jalang!" bentak Kardi dengan nada emosi. Tapi ia seharusnya tidak membiarkan Menik bertemu dengan Usman kembali. Tapi itu sudah terlambat, kakinya masih belum bisa dibawa berjalan dengan cepat.     

"Apa yang terjadi padamu, Nak?" tanya Menik yang langsung berlari menuju Usman. Dan pandangannya bertemu dengan Usman yang pernah ia lihat di rumahnya. "Usman? Ohhh, jadi kamu beneran anakku?" Seakan tidak percaya, Menik melihat keadaannya saat ini. Ia melihat Usman dengan rasa tidak percaya tapi ini adalah kenyataan yang kebetulan.     

"Bu ... Bu Menik, kenapa ada di sini?" tanya Usman yang juga kaget. "Anak? Maksudnya apa?" Otaknya mulai berpikir keras dan terlintas dalam pikirannya tentang orang tua. Dan ia juga tidak menyangka, wanita itu mengakuinya sebagai anaknya.     

Menik menggelengkan kepalanya, menatap Usman yang mengalami luka pukulan di sekujur tubuhnya. Wanita itu diliputi kemarahan dan orang yang bertanggung jawab adalah Kardi. Ia tidak tahu apa yang telah terjadi tapi ini adalah tempat yang Kardi tinggali dan ia sangat marah jika benar kalau pemuda itu adalah anak kandungnya.     

Warni yang tidak bisa menghentikan Menik yang menerobos masuk secara tiba-tiba. Dan juga seorang pria berjas hitam yang tidak dikenalnya sama sekali. Namun datang bersama Menik. Yang berarti ada hubungannya dengan wanita itu. Terlihatlah Menik yang sedang memangku Usman di lantai.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.