Tante Seksi Itu Istriku

Kehadiran Sang Buah Hati



Kehadiran Sang Buah Hati

1Beberapa hari Usman berada di rumah untuk belajar menyetir pada seseorang. Karena Azhari setiap harinya tidak ada di rumah. Mengurus usaha propertinya yang semakin banyak. Saat ini dengan bantuan beberapa orang yang bisa dipercaya, telah mendapatkan sembilan puluh persen asetnya kembali. Selanjutnya ia sudah mengantongi beberapa nama yang terlibat dalam kasus pengambilan hak kepemilikan.     
1

Farisha telah menceritakan semuanya pada lelaki itu, bagaimana perjuangan wanita itu dalam merebut kembali hak ibunya. Yang dari dulu memang milik ibunya, Azhari. Yang telah disalahgunakan oleh Benny, ayah yang tidak pernah lagi diakui oleh Farisha. Bagaimana mau mengakui, setiap pulang selalu memberikan siksaan yang tidak seharusnya. Bermain dengan wanita penggoda dan menghabiskan harta milik Azhari.     

"Begitulah apa yang telah terjadi, Man. Maafkan aku yang mengusirmu dulu. Tapi sekarang aku beruntung, kamu sudah ada di sisiku lagi. Emm, apa kamu tidak mau balik ke desamu untuk meminta izin ke pamanmu?"     

"Bagaimana, yah? Tapi paman dan bibi selalu menyiksaku. Tapi hanya mereka keluargaku selain kamu dan ibu. Apa kalau tidak, kita menunggu kamu lahiran dulu?" saran Usman.     

"Begitu? Ada baiknya sih. Lagian aku nggak bisa bawa mobil keluar kota. Hemm, bagaimana kalau kamu pijitin aku? Aku mau dipijit pundaku, uhh, rasanya nyeri."     

Tanpa diperintah dua kali, Usman memijat pundak Farisha. Ia memijat dengan lembut dengan tangannya yang kasar. Ini sudah hari ke tiga Usman berada di rumah itu. Setiap harinya Farisha selalu ingin dimanja dan selalu mendapatkan buai kasih sayang dari sang suami.     

"Eh, ohhhh ... terusin, Man! Oh iya, apa kamu nggak berhenti kerja saja? Di sini kamu bisa nemenin aku setiap hari. Kalau mau kerja pun kamu bisa memulai bisnis kecil-kecilan dulu. Nanti aku yang akan kasih modalnya, bagaimana?" tanya Farisha dengan harapan sang suami selalu bersamanya. Ia tahu Usman sekarang sudah bekerja di tempat orang lain. Tapi dia adalah istri dari Usman. Dan tentunya bisa memberikan modal untuk usaha sendiri.     

Karena Farisha tahu, dengan keuletan dan kerja keras Usman, kemungkinan akan maju pesat. Urusan kepintaran dan yang lainnya, bisa belajar menyusul. Farisha sangat yakin dengan suaminya yang dari kalangan bawah, memiliki sifat pekerja keras dan perduli pada orang lain. Pasti rezeki akan datang menghampiri selalu. Seperti rezeki mendapatkan seorang istri yang paling cantik yang pernah ditemui.     

"Nggak tahu ... apa aku boleh keluar atau tidak. Mereka orangnya baik-baik semua. Tapi ingin sama kamu terus," balas Usman lirih. Ia terus memijat pundak sang istri yang katanya pegal-pegal.     

"Iyahhh ... kamu mau kerja atau bisnis apa? Aku bisa usahakan untuk modalnya. Kamu yang ngurus bisnis dan ajak siapa saja yang mau gabung. Mungkin ada teman-teman kamu yang bisa dipercaya atau kita cari sendiri. Ohh, pijitan kamu enak banget, turun ke bawah yah, hihihi. Butuh juga dipijitin," pinta Farisha manja. Wanita tiga puluh tahun itu melirik sang suami dengan senyuman menggoda.     

"Ini baru pagi-pagi, sudah menggodaku saja, Tante ...." Meskipun sudah diperingatkan beberapa kali pun, Usman masih memanggil sang istri dengan sebutan itu. "Eh, maaf. Aku masih kayak gini mulutnya."     

"Ciee, yang suka sama tante-tante, hehehe. Sudahlah, Man. Nggak apa-apa kamu panggil aku tante seumur hidup juga mau. Tapi saat kita berdua aja, yah! Jangan di tempat umum, apalagi kalau sampai orang yang kita tahu dengar. Aku juga suka dipanggil gitu. Asalkan itu hanya kamu yang memanggil seperti itu."     

Usman mengangguk dan terus memijat bagian yang diperintahkan oleh sang istri. Pagi itu mereka habiskan bersama sampai siang hari tiba. Mereka melakukan aktifitas dengan bersantai ria. Karena ukuran rumah itu lebih kecil, Usman dengan cekatan bisa mengurus, membersikan rumah itu. Meskipun mereka mampu membayar asisten rumah tangga dan orang lain. Tetapi mereka belum bisa memanggil pekerja yang dulu karena kesibukan masing-masing. Sudah beberapa bulan berlalu sejak tidak bekerja di tempat mereka lagi. Terakhir mereka dihubungi, alasannya adalah Benny. Mereka tidak ada yang mau bekerja karena adanya pria kejam yang sebenarnya sudah tidak ada urusannya lagi dengan mereka.     

***     

>>>Mode skipp biar tidak kepanjangan>>>     

Usia kehamilan Farisha semakin lama semakin bertambah. Perutnya juga semakin membesar dan tubuhnya lebih berisi. Usman telah memulai bisnis kecil-kecilan sebagai produsen makanan ringan. Seperti kentang goreng dan juga memulai bisnis kafe. Ia juga telah keluar dari pekerjaannya di rumah Rinto dan Menik.     

Kini tibalah saatnya Farisha melahirkan di rumah sakit. Usman juga telah belajar mengendarai mobil sendiri dan dia juga terlihat lebih keren dan bersih. Masalah dengan orang yang mengambil properti Azhari pun telah ditangkap. Diantaranya adalah Sherly dan Jenny. Mereka ditangkap saat menjalankan bisnisnya dengan menipu korban baru. Sementara Benny dikabarkan meninggal karena tidak diurus dengan baik.     

"Akhirnya bsebentar lagi aku akan memiliki cucu," ungkap Azhari yang berada di depan pintu, di mana itu adalah ruangan Farisha melahirkan. Ia sudah menantikan seorang cucu yang sangat ia idamkan.     

Sementara Usman tengah duduk di bangku dengan harapan sang istri bisa melahirkan dengan selamat. Ia juga sudah tidak sabar menunggu kedatangan seorang anak yang akan menambah ramainya rumah.     

Setelah beberapa saat, terdengar suara tangisan bayi dari dalam ruangan. Azhari yang tidak sabar untuk melihat cucunya yang sudah lahir itu. Sementara Usman berdiri dan berjalan ke depan pintu. Menunggu ruangan itu dibuka dari dalam. Saat-saat menunggu adalah hal yang paling membosankan. Tapi menunggu lahiran Farisha, mereka harap-harap cemas. Harapan mereka, semoga anak dan ibunya selamat dan baik-baik saja.     

"Bagaimana keadaan anak dan cucu saya, Dok? Mereka baik-baik saja, kan?" tanya Azhari penasaran. Meskipun dari dulu ia selalu tenang dalam segala hal, kali ini ia tidak menampilkan sikap seperti biasanya. Begitu dokter keluar dari dalam, ia langsung bertanya.     

"Ibu tenang, yah. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Dan Alhamdulillah, ibu dan bayinya baik-baik saja. Selamat atas kelahiran cucunya ya, Buk." Dokter wanita itu pun tersenyum ke arah Azhari dan melihat ke arah Usman yang terlihat cerah mendengar ucapannya.     

Kebahagian menyelimuti hati Usman dan Azhari. Setelah dipersilahkan masuk ke kamar, mereka langsung menuju ke tempat Farisha berada. Di sana mereka mendapati Farisha yang terbaring lemah dan suster memberikan anak itu kepada Azhari.     

"Ouhh ... cucuku yang manisnya, seperti mamamu dan nenekmu yang cantik. Tapi kamu cowok, hehehe. Tapi tampan kayak ayahnya. Cucu siapa ini? Anak siapa ini?" Azhari lalu melihat Usman yang mendekat ke arah Usman dan mengatakan, "Yang merasa ayah dari anak ini, tolong adzani."     

Usman menoleh ke arah Azhari dan menerima anak itu untuk melakukan apa yang diperintahkan sang mertua. Dimulai dari telinga di sebelah kanan dan dilanjutkan iqomah di telinga kiri.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.