Tante Seksi Itu Istriku

Acara Makan Yang Berantakan



Acara Makan Yang Berantakan

2Maksud baikan yang ditanyakan oleh Bram, Farisha dan Usman sudah tidak ada rasa benci atau apa saja yang membuat mereka marah. Tapi melihat keduanya baik-baik saja, membuatnya hanya bisa turut senang. Meskipun mereka tidak mengatakannya pun sudah bisa dilihat dari kedekatan keduanya yang baik-baik saja.      1

"Ouh ... kurasa hubungan kalian baik-baik saja. Aku turut bahagia untuk kalian. Selama ini aku selalu mengejar seorang yang memang bukan untukku. Tapi tidak masalah ... setelah menyadari semuanya, tidak ada lagi yang bisa aku usahakan." Bram hanya bisa menghela nafasnya. Hari ini mungkin buruk baginya. Tapi ini adalah hari dimana ia akan melepas semuanya. Ia harus merelakan wanita yang ia sukai pada orang lain.     

"Apa yang terjadi padamu, Bram? Bukankah sudah ku katakan, aku tidak bisa bersamamu. Dan aku akui kamu teman yang baik. Bisakah kita tidak membahas hal ini lagi?" Farisha tidak masih tidak perduli dengan perasaan Bram yang hancur. Ia juga tidak meminta sesuatu yang tidak akan pernah ia janjikan.     

"Maafkan aku ... aku bukan niatnya untuk membohongimu atau apa." Usman membuka mulutnya, berkata dengan pelan dan sudah terlanjur. Ia sudah menjanjikan hal yang tidak bisa ia tepati. Tapi dirinya memang sudah tidak rela dari dulu, jika Farisha diambil oleh orang lain.     

"Ini bukan salahmu, Usman. Sudahlah ... ini semua memang sudah takdirnya. Eh, kenapa malah jadi seperti ini? Bukankah kita ke sini untuk makan? Ayo, mau makan apa? Semua aku yang membayar! Ini untuk merayakan kalian sudah baikan."     

Usman dan Farisha saling pandang. Beginilah sikap seorang pria sejati, yang rela mengesampingkan ego sendiri. Karena tidak adanya cinta dari orang yang ia cintai, membuat Bram berpikir kembali. Mengingat ia juga menghindari orang yang sudah pergi dari hidupnya karena perselingkuhannya.     

Suasana canggung terjadi di restoran tempat mereka makan. Usman tidak berani menunjukan kemesraan mereka. Walaupun Farisha yang mengharapkan lelaki itu bisa membuatnya bahagia karena memilikinya. Sementara Bram juga harus terbiasa dengan hal itu. Ia sudah harus merelakan wanita itu untuk orang lain yang memang layak untuknya.     

"Apakah kamu masih menyetir mobil disaat hamil, Sha?" tanya Bram. Karena mereka hanya terlihat berdua saja. Dan tidak mungkin juga Usman menyetir mobilnya. Ia khawatir terjadi sesuatu jika masih seperti itu adanya.     

"Iya, Bram. Tidak masalah untuk saat ini. Mungkin lain kali, kita akan mencari sopir lagi ke depannya. Sementara ini, aku masih sanggup melakukannya," jawab Farisha dengan santai. Ia tidak mengalami kesulitan berarti dalam melakukan perjalanannya walau harus menyetir.     

"Aduh, kok jadi kamu yang menyetir, sih? Coba kamu bawa Usman ke tempat belajar menyetir. Dia lelaki, harus bisa menyetir mobil. Nanti kalau sudah bisa, kamu tidak repot-repot begini," tukas Bram, melirik ke arah Usman. "Iya kan, Bro? Kamu pasti bisa, lah. Kamu nggak mau istri cantik dan seksimu itu kenapa-kenapa, kan?"     

"Iya ... iya mungkin aku harus bisa menyetir," balas lirih Usman. Seharusnya memang ia bisa melakukan itu semua. Setidaknya ia bisa menjadi seorang yang siap sedia untuk kebutuhan mereka. Misalnya untuk stok barang di swalayan ataupun mengantar sang istri ke manapun yang dimau.     

Tak lama kemudian, pesanan datang dan mereka menyantap makanan dengan tenang. Hingga mereka selesai makan, Bram mengajak mereka mengobrol satu sama lain. Tentu Bram masih membawa dua pengawalnya yang sudah berada di tempat yang tidak jauh. Takut nanti ada wanita yang selalu mengejar-ngejar dia.     

"Ternyata benar, kamu mengejar-ngejar wanita ini, Bram? Pantas saja kamu tidak mau denganku lagi. Karena mendapat yang lebih cantik lagi, kan? Pria memang seperti itu semuanya, brengsek!" hardik Bianca yang datang kali ini membawa bodyguard juga.     

Dua pria dengan tubuh berotot, masuk ke dalam restoran mengikuti Bianca. Karena kemarin ia diusir dan tidak bisa menemui pria itu, ia juga bisa menyewa orang yang kuat untuk menghadapi dua wanita itu.     

Suasana restoran menjadi lebih menegangkan karena kehadiran seorang wanita sedang mengandung dan membawa dua preman yang siap menjadi bodyguard bagi wanita itu. Kedua wanita yang juga menikmati jus buah dan makan beberapa camilan pun langsung bertindak. Mereka siap pasang badan untuk atasannya. Walau dalam keadaan apapun, mereka harus siap siaga dan menghadang dua pria berbadan besar itu.     

"Apa-apaan ini? Kenapa kamu datang dengan dua preman ke sini? Apa yang kamu inginkan, hah!" bentak Bram kepada Bianca. Karena wanita itu, makan sorenya jadi hancur dan menjadi acara yang membuat tegang.     

"Kamu yang apa-apaan, Bram? Kamu mengajak wanita lain untuk makan dan kamu mengabaikan semua panggilan dan pesan dariku! Apakah kamu tidak menganggap aku ada, hah? Siapa wanita itu? Oh, kamu yang namanya Farisha? Heh, enak sekali kamu, yah. Gara-gara kamu, hubunganku dengan Bram menjadi berantakan. Dan kamu adalah penyebab utama masalah rumah tangga kami, sampai dia menceraikan aku!"     

Bianca menyuruh kedua anak buahnya untuk menyerang dan membuat berantakan acara makan itu. Namun dua wanita itu siap pasang badan dan menendang serta memukul dua pria itu dengan tangan yang sudah memakai sarung tangan dilapisi besi. Membuat pukulan dua wanita itu telak ke arah wajah dan perut dua preman tersebut.     

Bukan hanya dihajar oleh dua wanita itu, beberapa petugas keamanan pun datang dan mengamankan Bianca serta dua bawahannya. Bianca tidak terima dan akan membuat mereka menderita lagi.     

"Brengsek kalian! Tunggu saja pembalasan dariku, Bram! Wanita jalang itu juga akan mendapat balasan dariku! Akan kubuat hidup kalian seperti di neraka, hahaha!" sumpah Bianca yang sedang dibawa oleh dua wanita yang ikut dengan petugas keamanan.     

Sebelumnya Bram juga sudah curiga karena ada orang yang mengikuti dari belakang. Dan kecurigaannya ternyata benar. Ia sudah membayar pihak restoran untuk menyiapkan penjagaan lebih untuknya. Tentu mereka setuju karena mendapat komisi yang lumayan bagi keberadaan restoran itu.     

"Maaf, Farisha, Bro Usman. Tapi itu adalah hal yang tidak bisa kuhindari. Wanita itu bukan siapa-siapa bagiku. Hanya mantan istri yang berselingkuh dengan pria lain dan punya anak dari orang lain. Walaupun sudah aku ceraikan, dia tetap mengejarku demi uang. Dan sekalu mengancam dengan bayi yang bahkan bukan anakku."     

Kembali Farisha dan Usman saling pandang. Mereka tidak tahu menahu masalah yang dihadapi oleh Bram selama ini. Dan pria itu akhirnya bisa menceritakan semuanya pada Usman dan Farisha. Sempat Farisha tidak percaya dengan perkataan Bram. Namun tentu saja itu ada kemungkinan terjadi. Acara makan yang berantakan itu, hanya sebuah makan-makan biasa dan menjadi sesuatu yang tidak biasanya. Karena ada drama segala, dari orang yang sudah diduga oleh Bram tapi tidak bagi Usman dan Farisha.     

Setelah menghabiskan makanan, mereka akhirnya memutuskan untuk meninggalkan restoran. Usman dan Farisha pamit terlebih dahulu pada Bram. Walau Bram merasa sedikit khawatir terhadap kehamilan Farisha. Pria itu memutuskan untuk pulang.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.