Tante Seksi Itu Istriku

Terbongkarnya Masa Lalu



Terbongkarnya Masa Lalu

1"Apakah tidak apa-apa jika saya masih di sini, Pak? Bu Asih apa tidak akan marah padaku? Aku kan kerja sama mereka dan harusnya cepat kembali lagi ke sana," kata Usman. Ia belum yakin jika harus berada di swalayan dan akan ditinggal oleh Karyan.      0

"Tidak masalah, kok. Lagian majikanmu itu tidak ada di rumah. Daripada kamu bengong dan tidak ada pekerjaan, lebih baik bantu-bantu di sini dulu. Nanti kalau pak Rinto sudah pulang, saya akan hubungi Bu Azhari lagi. Kalau begitu, saya pamit dulu, yah," kata Karyan berpamitan pada Azhari dan yang lain.     

"Iya, Pak. Kalau begitu, saya ucapkan terima kasih karena telah mengantar menantuku kembali pulang dengan selamat." Azhari menjulurkan tangannya untuk menyalami Karyan.     

"Sama-sama, Bu. Usman, kamu baik-baik di sini sama istrimu. Dan sekali lagi, kuucapkan selamat untuk pernikahan kalian dan juga anak yang akan segera hadir di dunia."     

Setelah berpamitan, Karyan meninggalkan swalayan. Sementara itu Farisha dan yang lainnya kembali ke dalam. Pertemuan kembali bersama sang istri, membuat mereka saling melepas rindu dan tidak ingin pisah lagi. Namun tidak lama kemudian, datang seorang mengendarai mobil. Ya, Vania kembali datang untuk menemui Farisha.     

"Sebenarnya apa yang telah terjadi? Mengapa orang tua bodoh itu sudah pergi tapi Usman tidak pergi juga?" Vania marah dengan apa yang terjadi. Selama berjam-jam dia menunggu di luar. Namun tidak ada tanda-tanda kehadiran Farisha.     

Setelah melihat Karyan meninggalkan area ruko, Vania mulai curiga. Karena Usman tidak bersama dengan Karyan. Kemungkinan terburuknya, Farisha dan Usman telah bertemu. Sedangkan ia sangat menginginkan Farisha melupakan lelaki itu untuk selamanya.     

Saat wanita itu masuk ke dalam swalayan kembali, ia melihat Farisha bersama Usman telah duduk bersanding. Mereka malah sudah hendak pergi di saat Vania akan pergi. Kemarahannya mulai terpancing atas pengkhianatan Farisha terhadapnya. Sudah lama ia merindukan kekasihnya itu, sekarang malah bersama orang lain.     

"Apa-apaan, Farisha?" sergah Vania. Ia masuk dengan terburu-buru dan menarik tangan Farisha. "Apa yang kamu lakukan dengan lelaki bodoh dan buruk ini?" Ia melihat Farisha yang berbeda dari sebelumnya. Memakai pakaian longgar dan terlihat lebih berisi. Tapi tidak membuat rasa cintanya pada sesama wanita itu pudar.     

"Vania ..." lirih Farisha tidak percaya. "Apa yang kamu lakukan di sini? Maafkan aku, Vania." Farisha langsung takut ketika ada wanita itu datang padanya di saat ia baru bertemu kembali dengan Usman. Tentu ini pertemuan yang tidak pernah ia harapkan seumur hidup. Ia takut jika Usman dan ibunya tahu tentang dirinya dan Vania yang selama ini saling menyukai sesama jenis.     

"Kamu hanya akan menjadi milikku, Farisha! Kenapa kamu malah menikah dengan lelaki? Bukankah kamu sudah berjanji, hanya ada kita saja? Kamu telah mengkhianati kepercayaanku, Farisha!" tandas Vania kecewa.     

Mendengar hal seperti itu, membuat semua orang di dalam swalayan pun kaget. Tidak menyangka akan ada hubungan seperti itu. Vania pun menjelaskan bagaimana mereka menjadi sepasang kekasih. Walaupun mereka sama-sama wanita. Membuat Farisha ketakutan karena takut tidak ada yang menerima kenyataan itu. Ia takut dibenci oleh Azhari karena telah menyimpang. Juga takut kepada Usman karena takut ditinggalkan dan timbul rasa jijik padanya.     

"Dengarkan semuanya, yah! Farisha adalah kekasihku! Dan kami tidak telah berjanji sehidup semati untuk selalu bersama. Dan kami membenci pria manapun di dunia dan tidak akan ada hubungan lawan jenis di antara kita!" seru Vania sambil mengangkat tangan Farisha ke atas.     

Hati Farisha semakin cemas, ketika ia berada di posisi saat ini. Ia melihat semua orang yang melihatnya juga. Beberapa karyawan di sana hanya menggelengkan kepalanya. Beberapa pengunjung pun seakan tidak percaya dengan drama yang terjadi di tempat tersebut. Mereka tidak akan melewatkan kejadian langka itu.     

"Kenapa kamu berani-beraninya nyelonong dan mengatakan hal itu? Siapa kamu sebenarnya? Jangan membuat buruk anakku di depan orang banyak, yah!" geram Azhari. Sebagai seorang ibu, ia tahu anaknya waktu dahulu. Yah, dia memang sudah curiga sejak awal. Karena kondisi anaknya yang tertekan dan membuatnya trauma terhadap pria.     

Sesuatu yang menyeret putrinya ke dalam kondisi yang melanggar kodratnya, wanita yang seharusnya dengan pria. Bukan hubungan sesama jenis seperti yang dilakukan oleh Farisha dan Vania selama ini. Di saat sudah kembali ke jalan yang benar, malah masalah datang menghampiri. Azhari memanggil petugas keamanan untuk mengusir Vania keluar dari swalayan. Karena ia tidak mau kondisi kehamilan Farisha terganggu. Sekarang Farisha sudah menjadi normal dan sudah menikah dengan seorang lelaki yang tepat. Dan untuk orang lain, tidak boleh ada yang mengganggu lagi.     

"Apa yang terjadi? Kenapa memanggil satpam ke sini? Kalian semuanya brengsek! Awas kalian! Farisha! Kamu akan menderita kalau tidak mau mendengarkan aku! Lihat saja nanti, kamu pasti akan menyesali semuanya! Lepaskan! Lepaskan! Kurang ajar kalian semuanya!" pekik Vania yang telah diseret oleh petugas keamanan.     

"Tolong bawa wanita ini keluar, Pak. Wanita ini mengganggu ketentraman pengunjung di swalayan anakku. Bawa pergi jauh-jauh!" perintah Azhari. Walaupun anaknya juga bersalah, ia tidak mau anaknya kenapa-kenapa. Jelas ia harus membela anaknya sendiri yang selama ini menyimpang.     

Setelah Vania dibawa oleh para petugas keamanan, Farisha hanya bisa duduk di kursi sambil menangis. Ia menangis di pelukan Azhari dan merasa takut. Takut akan terjadi hal yang tidak diinginkan. Apalagi takut jika Usman meninggalkan dirinya yang dalam kondisi hamil.     

"Tenangkan dirimu, Farisha. Lebih baik kita pulang saja, yah! Tidak perduli dengan apa yang terjadi di masa lalu. Kamu adalah anakku satu-satunya dan akan tetap menjadi putriku yang kusayangi." Azhari menepuk-nepuk pundak sang putri dengan pelan. Ia tahu rasa sakit itu telah membuat wanita itu frustasi. Tapi ini sudah terjadi dan semua orang tahu apa yang terjadi.     

"Usman ... kamu boleh memutuskan sendiri apa yang akan kamu lakukan. Kami akan pulang untuk menenangkan Farisha. Kuharap kamu masih peduli dengannya. Karena kamu satu-satunya yang bisa membuatnya tenang. Kamu mau ikut pulang bersama kami?" tanya Azhari pada Usman.     

Sebenarnya Usman tidak percaya dengan apa yang terjadi. Tapi ini hanyalah sebuah masalah yang tidak ada kaitannya dengannya. Meskipun begitu, Farisha saat ini sedang mengandung anaknya. Maka yang harus dilakukan sebagai seorang pria adalah menemani sang istri, ke manapun pergi. Yah, tidak mudah untuk bertemu dengan Farisha karena masih belum tahu jalan.     

Azhari menuntun Farisha keluar dari swalayan. Meninggalkan karyawan swalayan dan pengunjung yang penasaran. Tapi mereka tidak berhak ikut campur urusan atasan mereka. Apalagi mereka tugasnya hanya bekerja dan berbelanja. Maka mereka bisa melupakan itu ke depannya. Atau memilikih untuk terang-terangan atau saling menyebar info. Yang nantinya menimbulkan gosip yang tidak bisa ditentang.     

"Tenanglah, Nak. Kita akan segera meninggalkan tempat ini. Usman pasti akan tetap mau menerimamu. Ibu yakin akan hal itu, Farisha."     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.