Tante Seksi Itu Istriku

Tiba Di Swalayan



Tiba Di Swalayan

2Kepergian Farisha dan tidak juga kembali, membuat Vania mencari-cari. Akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan kota sekitar satu bulanan. Hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke kota. Pertama kali ia pergi ke kota, tempat pertama yang dituju adalah swalayan kekasihnya itu. Ia sampai di tempat tersebut dengan mobil yang ia kendarai sendiri.      0

"Owh, ternyata dia sudah kembali? Kalau begitu, ini adalah hari keberuntunganku. Ke mana saja dia selama ini? Apakah dia tidak merindukanku? Dia tidak pernah mengangkat telepon dariku."     

Setelah memarkirkan mobilnya, wanita itu pun keluar dan menuju ke swalayan yang sudah ada beberapa karyawan. Setidaknya tidak seperti dulu, yang hanya ada Farisha dan Usman saja. Saat masuk ke dalam, langsung disambut oleh beberapa karyawan dan kasir, yang menunduk dan memberikan salam selamat datang.     

Karena tidak menemukan keberadaan Farisha, Vania mendekati kasir dan bertanya, "Di mana Farisha? Kenapa dia tidak ada di sini?" Dengan tatapan menyelidik, ia melihat wanita muda yang berdiri di balik meja kasir.     

"Mohon maaf, bu Farisha-nya sedang tidak ada di tempat. Beliau sedang berada di rumahnya. Ada yang bisa kami bantu, Bu?" tanya sang kasir dengan sopan.     

Rasa ingin bertemu dengan sang kekasih, buyar sudah. Vania yang sedang ingin bertemu dengan wanita itu, tidak melihatnya. Malahan yang dilihat adalah sebuah poster yang berisikan gambar seorang lelaki yang terpampang di tembok. Ia melihat wajah lelaki di poster itu cukup lama. Hanya dengan melihat wajah lelaki itu pun sudah membuatnya muak dan ingin sekali membunuhnya. Namun ada sesuatu yang ia senangi dari informasi di dalamnya. Berarti lelaki itu sudah tidak lagi bersama Farisha. Ia akan menemukan Usman sebelum bertemu dengan orang yang sedang mencarinya. Bisa dipastikan kalau pertemuannya dengan Usman, akan menjadi bencana bagi Vania.     

'Kalau begini, berarti si dekil itu sudah tidak bersama Farisha lagi. Sebenarnya apa yang terjadi pada mereka? Hehh, kenapa tidak tahu kalau mereka ternyata sudah tidak bersama. Kenapa juga, tampang dekil sialan ini ada di sini segala?' ucap Vania di dalam hati.     

Ketika hendak mencari wanita yang bernasib sama dengannya, membuatnya ingin menyingkirkan siapa saja pria yang ada di sisi Farisha. Ia menjatuhkan poster gambar Usman itu dengan emosi tinggi. Ia juga tidak habis pikir, kenapa Farisha mau dengan seorang lelaki yang menurutnya sangat tidak baik itu. Apalagi jauh dari kata tampan dan juga miskin.     

"Eh, Bu! Kenapa dirusakin? Ini tidak boleh. Nanti ibu Farisha marah ke kita, Bu!" pekik si kasir yang melihat Vania menjatuhkan poster Usman dengan sengaja. Ia langsung berlari untuk membetulkan posisi poster itu.     

"Hei! Kamu orang miskin, beraninya menentangku! Hanya menjadi kasir saja belagu! Sini kamu!" bentak Vania sambil menjambak rambut kasir perempuan itu. Ia tidak terima ditegur oleh perempuan yang tidak ada apa-apanya baginya.     

Melihat kejadian yang tidak terduga seperti itu, beberapa karyawan pun menghampiri dan membantu sang kasir. Mereka juga tidak tahu siapa wanita yang telah membuat swalayan itu dalam keadaan tidak baik.     

"Mohon Ibu keluar dari swalayan ini. Karena maaf, kami hanya melayani pelanggan. Atau kami laporkan kepada pemilik swalayan ini? Apa ibu tahu, siapa pemilik swalayan ini? Beliau adalah ibu Azhari. Beliau tidak akan tinggal diam, melihat karyawannya disakiti. Dan di sini juga dilengkapi dengan CCTV. Jadi kalau masih membuat keributan, kami tidak segan!" ancam seorang karyawan lelaki yang sudah kepalang emosi.     

Hari masih terlalu pagi tapi kejadian di swalayan menjadi ribut, setelah kedatangan Vania. Mendengar nama Azhari, Vania tentu tidak mengenalnya. Karena yang ia tahu, pemilik swalayan ini adalah Farisha. Serangan ia belum mengetahui nama keluarga Farisha. Walau sudah tahu orangnya, seorang wanita yang pernah diperlihatkan fotonya oleh Farisha sendiri.     

"Kalau Anda mau belanja, kami persilahkan. Tapi kalau hanya niat merusak, kami akan usir ibu dan laporkan pada pihak yang berwajib!" ancam pemuda yang merupakan karyawan di swalayan itu.     

"Kami juga tidak pernah main-main dengan perkataan kami. Dan asal Anda tahu, foto di poster ini adalah menantu dari Bu Azhari yang kami hormati. Sudah lima tahun kami bekerja dengan beliau, kita tahu, ibu Azhari orang yang baik dan tidak terima karyawannya diginiin!"     

"Hehh, siapa itu Azhari? Azhari ... Azhari terus kamu semua bilang! Namanya enggak banget! Hei, kenapa yang punya ini swalayan adalah Azhari? Bukankah ini punya Farisha? Apa yang kalian bicarakan sebenarnya?" Karena pusing mendengar kata-kata mereka yang melawannya, membuat pusing dan kesal. Apalagi semalaman ia telah menyetir dari luar kota.     

Karena kesal melihat orang-orang itu melawannya, rasa malu juga menghampiri karena orang-orang yang sedang berbelanja tengah berkerumun. Itu karena mereka sudah siap mengantri untuk membayar yang mereka beli. Sementara tugas kasir, sudah berganti dengan karyawan lain, yang tadinya hanya berkeliling.     

Karyan dan Usman baru sampai di depan swalayan. Setelah mereka berkeliling di tempat yang memungkinkan ada swalayan di dekat Clarissa bekerja, akhirnya mereka sampai juga di kawasan ruko tersebut. Usman pun mulai hafal jalan ketika sudah sampai di kawasan ruko. Dan memberitahu jalan ke tempatnya bekerja dahulu. Ketika mereka sampai di depan swalayan, mobil diparkir lalu mereka keluar. Ada satu mobil lain yang berada di situ. Dan membuat tempat parkir semakin sempit.     

"Hei, tunggu dulu! Sebelum kita masuk, saya penasaran. Sebenarnya kamu seperti yang dikatakan oleh Clarissa atau tidak, Man? Apa kamu sudah menikah? Tapi kalau kamu memang sudah menikah, kenalkan istrimu nanti, yah." Karyan menghentikan Usman sebelum mereka benar-benar masuk ke dalam.     

"Aduh, gimana mengatakannya, yah. Tapi aku tidak yakin, sih. Lebih baik kita masuk, untuk menjelaskannya. Saya minta maaf jika saya salah sama Pak Karyan. Saya tidak benar-benar ingin membohongi."     

"Oh, ya sudahlah ... sudah menikah atau belum, itu urusan nanti saja. Kita akan mengetahui nanti. Jika benar, Alhamdulillah ... kalau tidak pun Alhamdulillah. Yang penting kamu jangan berbohong, gitu saja. Ayo kita masuk saja ke dalam. Biar semuanya jelas."     

Karyan penasaran dengan status Usman yang memang belum pernah diungkapkan. Tidak bisa dikatakan berbohong, andaikan Usman sudah menikah. Dan tidak berbohong juga jika Usman telah bercerai. Bahkan kalau masih bujangan pun tidak ada kebohongan. Memang selama bekerja di tempat yang sama, Karyan hanya menganggap Usman sebagai seorang anak yang berasal dari kampung atau desa. Yang awalnya ia hanya menyangka, Usman juga belum punya pacar, hanya karena melihat wajahnya dan karena melihat tidak punya alat komunikasipun. Telepon genggam yang biasanya anak muda punya, Usman bahkan tidak memilikinya sama sekali.     

Saat mereka masuk, keadaan di dalam sudah kacau. Para karyawan sedang beradi argumen atau bertengkar dengan seorang wanita yang dari dulu membenci Usman. Yah, Vania berada di dalam, sedang bersitegang dengan karyawan yang belum pernah ditemui Usman.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.