Tante Seksi Itu Istriku

Pertemuan Dengan Istri



Pertemuan Dengan Istri

2Tidak pernah disangka, orang yang sedang dicari-cari pun sudah berada di depan mata. Vania melihat Usman yang baru saja memasuki swalayan. Wanita itu menghampiri lelaki yang sudah menginjak-injak harga dirinya sebagai kekasih Farisha. Yang telah merebut Farisha darinya, yang sejak dulu menjadi sepasang kekasih. Walaupun sesama jenis, tetapi itulah hal yang membuatnya senang dan puas.      1

"Wah wah wah ... siapa yang datang ini? Tidak disangka, orangnya malah datang sendiri. Hei, apa kabarmu si lelaki jelek dan miskin? Sudahkah kamu senang, telah hidup bergelimang harta, hemm? Ouhh apakah kamu orang tuanya si anak ini? Bilangin padanya, yah. Jangan pernah dekati Farisha lagi!" hardik Vania terhadap Karyan. Ia juga membenci pria berusia lanjut itu.     

Orang-orang di swalayan pun terkejut dengan kedatangan Usman. Mereka tidak menyangka kalau pada akhirnya, orang yang ditunggu-tunggu pun datang. Karena keadaan yang tidak baik, para karyawan di swalayan pun turut bertindak. Apalagi melihat seorang yang mirip seperti dalam gambar. Sudah dipastikan itu adalah foto orang yang sedang dicari-cari.     

"Hei, apa kalian tidak dengar? Apa yang kalian pikirkan, untuk kembali memeloroti harta Farisha, hah? Kalian bukan hanya miskin, tapi juga tidak punya moral!" hardik Vania dengan suara kerasnya.     

"Pak, maafkan saya. Tapi orang ini saya juga tidak kenal. Dan untuk Ibunya, tolong jangan bentak-bentak ke pak Karyan. Dia hanya mengantarku ke sini dan tidak ada urusannya dengan semua masalahku!" Usman berdiri di depan Vania dengan maksud untuk melindungi pria lanjut usia itu.     

"Sudahlah, Nak. Tapi kita belum tahu duduk permasalahannya, apa? Hei, Mbak yang cantik. Kenapa kamu tidak sopan pada orang yang lebih tua? Kamu siapa? Dan apa hubungannya dengan anak ini? Apakah kamu istrinya atau keluarganya?" tanya Karyan yang ditunjukan kepada Vania.     

"Hei, Orang Tua sialan! Apa urusannya dia denganku? Hei, harusnya kalian ngaca, siapa kalian sebenarnya! Kalian hanya orang-orang bodoh yang hanya tahunya memeloroti harta orang kaya! Kalian berdua hanya orang miskin yang tidak punya sopan santun!" balas Vania dengan nada tinggi.     

"Hei, Buk! Mohon keluar dari swalayan kami! Ini tempat belanja dan bukan tempat untuk marah-marah. Kami tidak tahu siapa Ibu ini! Tapi kami berhak menjaga keamanan dan kedamaian di swalayan ini. Jadi mohon untuk keluar dari sini sejarah juga!" usir seorang pemuda. Ia lalu melihat Usman dan mengangguk. "Pak Usman, silahkan masuk ke dalam saja!"     

Akhirnya Usman dan Karyan dibawa ke belakang oleh beberapa perempuan. Sementara para pembeli yang sedang mengantri pun hanya melongo dan berbagai macam ekspresi.     

"Mohon maaf untuk ketidak nyamanannya, Bapak dan Ibu sekalian. Kami akan segera mengatasinya. Mohon untuk tidak terprovokasi. Silahkan, Bu, Pak, belanjaannya mau kami bantu melakukan pengecekan dan pembayaran?"     

"Oh, kalau begitu, mungkin ini wanita gila atau bagaimana, yah? Ya sudah, Mbak. Kamu hitung saja semuanya. Saya sudah biasa belanja di sini. Pelayanannya ramah dan harganya murah. Tapi ada saja yang tidak suka, yah." Wanita paruh baya yang berbelanja mengenakan daster longgar, memberikan belanjaannya pada kasir untuk di scanner.     

Karena dianggap mengganggu ketertiban, akhirnya Vania diusir dengan paksa. Walaupun wanita itu terus saja berontak dan terus melontarkan kata-kata kasar pada Usman. Ia tidak terima dirinya diusir dari swalayan yang biasa ia kunjungi untuk bertemu dengan Farisha. Pokoknya ia harus merebut Farisha kembali, apapun yang terjadi.     

"Awas saja kamu, lelaki sialan! Akan ku tunjukan padamu, siapa yang berkuasa di sini!" kecam Vania. Ia masuk ke dalam mobil lalu ia meninggalkan tempat itu. Bukannya ia kembali ke restorannya ataupun rumahnya, ia tidak merasa lelah untuk menanti Farisha. Ia menunggu di depan pintu masuk atau gerbang ruko.     

Karena ia meyakini kalau Farisha akan datang sebentar lagi. Ia hanya perlu menunggu mobil Farisha masuk ke dalam dan ia akan mencegatnya dari situ. Lama sudah tidak bertemu, membuatnya harus segera bertemu kembali.     

Di dalam swalayan, Usman dan Karyan disambut baik oleh para karyawan. Bahkan mereka memberikan minuman berupa teh manis yang mereka buat sendiri. Sebelumnya ada salah seorang karyawan yang telah memberi kabar pada Farisha, kalau Usman telah ditemukan.     

"Pak Usman, mau makan? Saya bisa belikan makanan ke depan. Nanti bu Azhari akan datang ke sini, bersama bu Farisha. Kalau ada yang diperlukan, silahkan bilang saja ke saya," tutur karyawan swalayan. Seorang lelaki yang usianya hampir sama dengan Farisha. Namun ia bekerja di swalayan itu karena mendapat informasi dari Azhari, tentang perekrutan karyawan. Tentu dia adalah salah satu dari rekrutan Azhari.     

Karyan masih tidak menyangka kalau Usman akan diperlakukan baik oleh para karyawan di swalayan tersebut. Ia melihat Usman yang berwajah biasa, tidak tampan namun terlihat sebagai seorang anak muda yang polos. Ia menepuk pundak Usman yang duduk di sampingnya.     

"Ah, beneran kamu sudah punya istri, Usman. Saya tidak menyangka saja, kalau seperti ini kejadiannya. Apa yang membuatmu sampai menikah? Lagipula ini pemilik swalayan atau anak dari pemilik swalayan?" tanya Karyan yang penasaran. Bukan maksud menghina fisik Usman yang memang kebanyakan orang melakukannya. Namun pasti ada alasan yang membuat Usman dan istrinya berpisah.     

Akhirnya Usman mengatakan semuanya pada Karyan. Mulai dari mereka menikah karena alasan orang tua Farisha yang terus-terusan menjodohkan dengan pria yang tidak dikenal, hingga pada akhirnya Usman yang mulanya diajak untuk berpura-pura menikah. Walau dalam hukum agama dan negara, pernikahan mereka sudah sah. Mendengar apa yang diungkapkan lelaki itu, membuat pria lanjut usia itu mengangguk.     

"Kalau wanita barusan, saya tidak tahu siapa. Namun kayaknya itu teman dari tante Farisha. Namun dari sejak bertemu dengan wanita itu, saya sudah dimarahi. Apalagi saat datang ke restorannya. Saya bersama dengan seorang lelaki yang kaya dan tinggi, makan di restoran milik wanita itu. Dan kami pun diusir dan dihina olehnya. Jadi kami tidak membayar setelah makan banyak, hehehe," kekeh Usman, mengigat masa-masa bersama Bram. Sekarang ia tidak tahu bagaimana kabar pria itu. Mungkin ia seharusnya sudah mendapatkan Farisha. Namun ia juga bingung karena dirinya masih dicari-cari oleh istrinya.     

Farisha diantar oleh Azhari sampai ke swalayan. Mereka menggunakan mobil Azhari dan diantar oleh sopir. Sebenarnya Vania sudah melihat sopir yang mengantar mereka. Tentu saja wanita itu tidak mengenal sopir maupun mobil milik Azhari. Maka Vania mengira kalau Farisha belum juga masuk melalui gerbang utama. Karena ada satu pintu masuk dan satu pintu keluar. Saat masuk, mertua otomatis akan melewati tempat itu. Farisha juga tahu kalau kekasih wanitanya masih mencarinya sampai sekarang.     

"Usman ... kamu kembali lagi, Man?" Seakan tidak percaya dengan yang ia lihat. Ia mengelus perutnya yang masih rata. Ia melihat Usman untuk yang pertama kalinya kembali. Langsung saja ia memeluk sang suami.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.