Tante Seksi Itu Istriku

Menginap Di Hotel



Menginap Di Hotel

0Ingin menolak, sudah terlambat baginya untuk pergi. Mata juga sudah terasa mengantuk. Farisha segera turun dari mobil Bram. Tidak ingin sampai lelaki itu membukakan pintu mobil untuk dirinya. Mereka akhirnya keluar dari mobil dan berjalan menuju ke tempat cek in. Di sana disambut dengan baik oleh seorang wanita.     3

"Selamat datang di hotel kami. Silahkan datang ke sini. Ada yang bisa kami bantu?" tanya wanita itu dengan sopan. Ia menunggu dua orang yang baru datang untuk mengatakan sesuatu padanya.     

"Kami mau menginap, Mbak. Tolong siapkan dua kamar buat kami. Pastikan kamar yang paling bagus," ucap Bram dengan pandangan mata tertuju pada wanita cantik di depannya.     

"Kalau begitu, mohon diisi formulirnya terlebih dahulu, yah! Kami akan siapkan kamar yang terbaik dari hotel kami." Wanita itu menyerahkan selembar formulir masing-masing pada Bram dan Farisha untuk di isi.     

Farisha sebenarnya jarang sekali tidur di hotel. Ia lebih suka tidur bersama Azhari semenjak dahulu. Kalaupun tidur seorang diri, kadang merasa ketakutan. Apalagi jika ia bermimpi atau memikirkan perbuatan Benny selama ini. Perbuatan ayahnya kadang terbawa mimpi. Itu yang membuatnya susah untuk tidur.     

Tidak butuh waktu lama, mereka sudah mendapatkan dua kunci kamar. Di mana kamar Farisha dan Bram saling berdekatan. Mereka harus naik lift untuk sampai ke lantai atas. Bram selalu melindungi Farisha dari tatapan para pria yang ditemuinya saat di dalam lift.     

Kehadiran Bram, menjadi sosok pelindung bagi Farisha. Walaupun wanita itu tidak membutuhkannya. Tidak pernah sekalipun wanita itu tertarik pada lawan jenis kecuali suaminya sekarang. Meskipun terpisah jarak dan tidak tahu keberadaannya sekarang, ia berharap bisa bertemu kembali. Walau hidup susah maupun senang, akan dijalani berdua. Karena berdua akan lebih baik daripada seorang diri.     

"Awas kalian, yah. Tidak boleh mengganggu Farishaku! Kalau sampai mengganggu, aku tidak bisa memaafkan siapapun itu, hemm?" ungiap Bram dengan menirukan gaya seorang bodyguard. Saat berpura-pura memegang senjata api tidak terlihat. Ia juga menembakan ke arah orang yang berada di lift bersamanya dan Farisha.     

"Heh, dasar pria yang aneh. Ini bukan sebuah taman bermain. Lebih baik kamu pulang saja dan minta asi ke ibumu. Heh, kasihan cantik-cantik tapi jalannya sama orang idiot seperti orang ini," ejek salah seorang dari mereka.     

"Apapun yang kamu katakan, aku tussn perduli. Yang penting aku tidak ada urusan denganmu. Dan kamu harus tahu siapa aku. Tapi kurasa tidak perlu ku beritahu siapa diriku sebenarnya. Tapi kalau dilihat-lihat dari pakaian kalian, kurasa kalian berdua hanya karyawan biasa. Tidak bisa dibandingkan dengan seorang direktur sepertiku," kata Bram lalu tersenyum mengejek.     

Dua orang lelaki itu hanya bisa membalas dengan senyuman mengejek juga. Tidak tahu siapa yang sedang berhadapan dengan mereka. Sementara Farisha yang wanita satu-satunya, hanya bisa diam. Melihat tingkah kekanak-kanakan mereka. Setelah sampai di lantai dua puluh, Farisha keluar dari dalam lift, diikuti oleh Bram dari belakang     

"Orang seperti dia, kenapa harus ada di dunia ini, sih?" tutur Farisha, berjalan dengan cepat meninggalkan pria yang tidak tahu malu itu. Tidak perlu didengarkan apa yang dikatakan oleh orang yang membuat malu. Juga sebenarnya tidak ada untung dan ruginya baginya.     

Badan terasa mengantuk, segera menuju ke kamar untuknya. Dari lift, mereka berjalan dengan sedikit berlari. Keduanya mencari ruangan yang sama dengan nomor kunci yang di tangan. Setelah menemukan itu, Farisha segera membuka pintu dan segera masuk dan menutup pintu lagi sebelum lelaki yang bersamanya ikut masuk ke dalam.     

"Ih, kenapa pintunya buru-buru ditutup, sih? Kan kita bisa ngobrol sebentar. Kita juga bisa saling pelukan atau ciuman walau sebentar. Akui saja, Farisha, kamu tidak pernah ciuman atau tidur dengan lelaki lain, bukan?"     

Tidak ada jawaban apapun dari dalam kamar. Orangnya sudah mengunci pintu yang membuat tidak bisa dibuka dari luar. Sedangkan kunci yang Bram pegang, juga tidak bisa membuka kamar yang sudah ditempati seorang wanita tiga puluh tahun itu. Merasa diacuhkan, terpaksa Bram meninggalkan kamar yang bukan untuknya. Ia pergi ke kamar sebelah dan membuka pintu dengan kunci yang ada di tangannya.     

"Enaknya malam-malam nonton apa, yah? Andaikan bisa mengintip kamar sebelah ... aku ingin melihat wanita paling cantik di dunia itu tidur. Pasti kalau tidur, ia akan melepas pakaian dalamnya. Dan mungkin ia juga tidak pakai apapun, hehehe. Tapi bagaimana mungkin? Bagaimana kalau begitu, berarti si Usman bodoh itu pernah melihat Farisha tidak pakai apa-apa, dong."     

Semakin dipikirkan, bisa membuat gila. Apalagi kalau itu hanya ucapan yang datang karena nafsu belaka. Tidak mungkin dia seperti itu. Bram harus berpikir positif tentang wanita yang ada di pikirannya. Melihat pria tampan saja tidak tertarik, apalagi dengan Usman yang ia anggap orang bodoh dan tidak tampan baginya?     

Di kamar sebelah, Farisha seorang diri merebahkan badannya. Di dalam kebetulan AC tidak menyala dan tidak bisa menyala sepenuhnya. Rasanya di dalam ruangan itu panas dan pengap. Ia membuka seluruh pakaian yang dikenakannya. Mulai dari baju, rok lalu pakaian dalam.     

"Hemm, kurasa di usiaku yang sudah tiga puluh tahun ini, belum hamil oleh suamiku, Usman. Bagaimana kalau aku hamil, yah? Apakah Usman akan tertarik pada tubuh gendut ku kelak? Oh, tubuh ini masih langsing dan seksi. Pasti Usman akan langsung menubrukuku kalau kita bersama. Aku kangen sama kamu, Usman. Sehari tanpa kamu, rasanya seperti satu tahun." Setelah membuka pakaian dan melihat bayangan dirinya di cermin, ia masuk ke dalam kamar mandi.     

Malam hari yang dilakukan olehnya adalah mendinginkan tubuhnya dengan mandi. Apalagi air dingin bisa membuat otak fresh. Pernah juga ia membaca kalau mandi setelah pukul satu malam, baik untuk kesehatan. Membuat badan menjadi fresh dan membuat pikiran juga sama.     

"Andaikan ada Usman di sini. Mungkin dia akan senang mandi bareng di hotel ini. Ah, kenapa aku memikirkan Usman terus? Heh, ini juga salah kamu sendiri, Farisha. Dia yang pergi karena kamu. Oh, ini airnya dingin sekali." Farisha mengguyur kepalanya dengan air shower. Terdapat sabun mandi cair di pinggir bathtub.     

Guyuran air shower sengaja tidak memilih air panas. Ia menuju ke bathub untuk berendam. Mulai ia masukan sabun cair dan air dingin. Lama kelamaan air di dalam bak mandi itu pun semakin banyak dan hampir penuh. Ia bermain dengan busa yang tercipta karena adanya sabun cair. Di lautan busa, ia meniup dan memainkannya di area buah dadanya yang ia remas.     

"Andai ada kamu, Man. Kamu akan menyukai ini semua. Kamu suka dengan tubuhku yang seksi ini, kan? Sayang kita terpisah. Mungkin kita akan bertemu lagi di lain kesempatan, yah. Oh, aku merasa kehangatan darimu, Usman." Hanya bisa berbicara sendiri di kamar mandi tanpa seorangpun di dalam.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.