Tante Seksi Itu Istriku

Mencari Target



Mencari Target

2Jangan remehkan orang yang pernah kau sakiti. Dia akan membalas lebih kejam jika ia mau. Seperti yang dilakukan oleh Farisha. Sepenuhnya sudah memiliki dendam yang membara. Dari ia lahir sampai diusia tiga puluh tahun, sudah menderita. Satu orang yang dari dulu terus-terusan membuat hidupnya mencekam adalah Benny. Hari ini Farisha mengajak Bram untuk membalaskan dendamnya. Mulanya ia mencari semua selingkuhan Benny. Tentu dengan mendatangi apartemen, rumah, ruko dan bisnis milik ibunya, Azhari.     1

"Ini masih terlalu pagi. Tapi kita sudah mendapatkan dua informasi terkait gedung milik ibumu. Benarkah ayahmu yang melakukan semuanya pada kalian?" tanya Bram dengan geram. Kalau Farisha tidak mengatakannya, Bram paham apa yang dimaksud oleh Farisha. Ia juga pernah mendengar tentang Benny, ayah yang tidak diakui oleh Farisha. Seorang pria yang seharusnya melindungi anak dan istrinya. Malah menghancurkan apa yang seharusnya dilindungi. Apalagi mereka adalah wanita yang hakekatnya lemah dan butuh naungan dari seorang lelaki bertanggung jawab.     

"Ini baru dua tempat. Aku tidak tahu ibu punya berapa properti yang tersebar di berbagai tempat. Namun aku tahu banyak, apa saja yang menjadi milik ibuku. Yang diwariskan oleh kakek maupun yang diusahakannya sendiri. Aku tidak rela jika harta itu dinikmati oleh Benny dan selingkuhannya."     

Bram menatap wanita di sampingnya. Memang Farisha terlihat kuat saat ini. Namun ia tahu bahwa wanita di sampingnya sudah sangat marah. Bukan hanya marah tetapi sudah diselimuti dengan dendam. Dugaan Farisha memang benar kalau gedung yang ia tuju sedang dipromosikan untuk dijual. Terdapat papan triplek yang berisi informasi penjual. Dan nama orangnya bukanlah Sherly. Di sana terpampang nama Jenny. Farisha menghubungi nomor yang tertera di papan itu dan terdengar suara wanita tidak dikenal.     

"Halo ... dengan siapa, yah?" tanya wanita di ujung telepon. Berbeda dengan Sherly yang bersuara seperti orang kepedasan, Jenny memiliki suara lebih dewasa.     

"Ini dengan Bu Jenny? Ini, saya tertarik dengan rumah milik ibu. Saya sedang mencari tempat untuk saya tinggali bersama suami saya. Saya siap membeli rumah ibu itu." Farisha tidak memberitahu tempat di mana ia sekarang. Karena dirinya yakin, bukan hanya di satu tempat saja, yang telah dikuasai oleh wanita selingkuhan Benny itu.     

"Oh, iya benar. Dengan saya sendiri. Mohon maaf, rumah yang di daerah mana, yah? Soalnya aku banyak rumah dan juga apartemen yang akan saya jual secepatnya." Begitu mendengar ada orang yang berminat dengan rumah, Jenny lebih semangat. Karena ia yakin sebentar lagi akan mendapatkan banyak uang dari penjualan rumah milik Azhari.     

Sudah Farisha duga, memang itulah yang diharapkan oleh Farisha. Ia akan segera membalas orang-orang itu sebentar lagi. Rencana yang ia lakukan adalah mencari informasi di mana saja yang dikuasai olehnya.     

"Oh, aku lupa ada di mana karena orang baru dan baru saja naik taksi. Aku diantar ke salah satu tempat di kota ini. Sebenarnya ada temenku dari luar negeri. Dia bekerja sepuluh tahun dan akan kembali ke sini. Membutuhkan tempat tinggal di Jakarta dan sebagian akan pergi ke kota lainnya. Saya bingung karena disuruh mencarikan tempat untuk lima orang temanku."     

"Wah, masalah kalau begitu, Mbak. Sebenarnya saya punya beberapa tempat. Dan saya bisa rekomendasikan juga milik temanku. Mbak bisa langsung datang ke salah satu dari tempat itu. Atau kita lakukan pertemuan sambil ngopi-ngopi. Bagaimana kalau kita ketemuan saja?"     

Bram mendengarkan ucapan Jenny dalam diam. Ternyata ibu dari wanita yang ia sukai dari dulu, memang benar-benar kaya. Tentu Farisha tidak akan melepaskan apa yang seharusnya menjadi miliknya. Baik Benny maupun wanita-wanita simpanannya akan menerima balas dendam yang sudah direncanakan.     

"Saya butuh informasi tempatnya terlebih dahulu. kurasa akan lebih mudah memilih jika mengetahui tempat yang lebih nyaman, bukan? Jadi tidak bisa asal-asalan mencari tempat tinggal semata. Mereka akan membayar mahal untuk setiap rumah atau apartemen yang disukai." Farisha menunggu keputusan Jenny dengan tenang. Ia yakin banyak peninggalan yang berharga yang diambil oleh para wanita itu.     

"Kalau begitu, saya akan kirimkan linknya padamu. Oh iya, pilihlah sesuka hati dan jangan lupa kabari saya lagi secepatnya, oke?" pinta Jenny dengan senang. Mengetahui akan memiliki uang hasil menjual rumah dan aset berharga milik korbannya, membuatnya puas.     

"Iya, terima kasih. Akan saya pelajari semuanya. Nanti saya akan kabari secepatnya. Tunggulah dengan santai dan nikmati lah hidup selagi mampu," tandas Farisha memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak.     

Farisha tidak bisa menahan emosinya ketika berbicara dengan wanita itu. Bram pun mendengarkan apa saja yang mereka bicarakan. Itu juga yang diinginkan Farisha agar bisa membantunya dalam menangani masalah yang di depan mata.     

"Aku berjanji, aku akan berikan sebagian hartaku padamu jika kamu selesai membantuku. Kalaupun kamu meminta semuanya, juga tidak masalah buatku. Harta bisa dicari di lain waktu. Tapi saya tidak akan pernah rela jika harta itu jatuh ke tangan mereka."     

Alih-alih menangis, Farisha menutup matanya dengan kedua tangannya. Ia juga menjatuhkan telepon genggam yang sudah retak itu. Bram yang tahu perasaan wanita kuat itu, ingin sekali memberikan pelukannya. Namun ia tidak akan melakukan itu. Ponsel itu diambilnya lalu menaruh ke dalam tas Farisha.     

"Kamu tidak perlu memberikan apapun kepadaku. Lagipula aku sendiri juga setuju untuk membantu kamu. Satu kehormatan bagiku untuk membantu kamu dan calon mertua, hehehe. Jadi mari kita masuk ke dalam? Atau kalau tidak, kita makan terlebih dahulu?"     

"Tidak ... terima kasih kamu sudah mau membantuku, Bram. Biarkan masalah ini akan selesai dan bisa membuatku puas. Aku ingin segera bertemu dengan ibuku. Pasti dia menderita karena ulah si keparat (Benny) itu." Meskipun tidak ingin menangis, air mata tidak bisa dibendung. Ia memeluk pria yang ia campakkan selama hidupnya itu. Pria yang nyatanya selalu ada dan tidak sekalipun menjauh dari Farisha.     

Momen paling ditunggu-tunggu Bram adalah bisa lebih dekat dengan Farisha. Bram adalah seorang pria sejati yang selalu menunggu sampai Farisha menjadi miliknya. Dengan sebuah pelukan hangat, membuatnya merasa bahagia.     

'Ohh, betapa nikmatnya dan hangatnya. Maafkan aku, Farisha ... tapi tubuhmu ini memang sangat menggoda. Jujur aku tidak tahan ingin memiliki mu.' Bram melingkarkan tangannya sampai ke pinggang Farisha.     

Harumnya tubuh Farisha, membuat Bram dimabuk kepayang. Ia tahu betapa seksinya wanita yang telah menjadi istri dari anak desa itu. Tapi ia percaya, suatu hari nanti ia akan memiliki tubuh Farisha yang seksi itu. Saat memeluk seperti sekarang, tidak ingin melepaskan untuk selamanya. Namun itu hanya angan saja. Karena Farisha segera melepaskan diri dari pelukan Bram.     

"Terima kasih, Bram. Tapi sampai kapan kamu mau peluk aku? Lepaskan sekarang juga! Aku butuh istirahat sekarang! Aku mau kembali ke mobil." Selain tidak nyaman dipeluk seorang pria, Farisha juga merasa dadanya sesak karena lelaki itu memeluk dengan erat.     

"Iya sudah, Farisha ... maafkan aku yang terlalu bersemangat ini." Bram melepaskan pelukannya. 'Tapi aku tidak akan melupakan rasa ini, Farisha. Aku merasakan dada kamu berdetak. Dan aku lihat cinta di hatimu untukku,' ucap Bram di dalam hati.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.