Tante Seksi Itu Istriku

Sesal Bianca



Sesal Bianca

1Bianca membiarkan dirinya dibawa ke sebuah kamar yang berada di atas. Pria tua itu sampai kesulitan untuk menaiki tangga. Karena hal itu, wanita hamil itu pun harus turun dari gendongan. Dan berjalan sendiri. Mereka sampai di kamar dan tanpa menutup pintu, mereka mulai saring menyerang satu sama lain.      1

"Ah, tubuhmu memang sangat aku rindukan selalu, Bianca Sayang. Bagaimana aku bisa tahan untuk tidak melihatmu? Ah, sebenarnya ada apa dengan kamu ini? Kurasa kamu benar-benar menggairahkan malam ini," rayu pria tua itu sambil menatap wajah Bianca.     

Wanita itu hanya tersenyum datar menerima ucapan itu. Sungguh ia merasa bosan kalau ia melayani pria botak dan tua itu. Tapi ia juga akan merasakan kenikmatan juga dan daya tahan pria itu tidak bisa tahan lama. Maka selama lima belas menit, pria itu sudah terkulai lemas. Bianca turun dari tempat tidur dan mengambil minuman yang diberikan oleh teman Bianca yang bekerja di tempat itu juga. Sebelumnya Bianca sudah memesan minuman yang sudah dicampuri obat tidur.     

"Dengan ini, aku akan bertemu lagi dengan Bram. Ah, semoga saja dia belum pergi dari sini. Tapi wanita-wanita muda itu terlalu gencar mencari mangsa. Akh, kurasa memang aku sudah terlalu tua. Sehingga mungkin posisiku tergeser dengan yang muda muda." Bianca membawa minuman yang dipesannya lalu membangunkan pria tua itu dan membantunya untuk minum.     

"Akh, dengan obat kuat ini, aku akan memuaskan wanita seksi ini, ohhh. Kamu pengertian sekali, Bianca. Sampai kamu menyiapkan semua ini segala. Emm ... ingin rasanya saya membawamu pulang dan bermain sama rekan-rekan bisnisku. Dengan itu, mungkin kamu bisa membantuku agar mereka bekerja sama denganku, hahaha!" tawa lantang pria tua itu. Ia langsung menenggak minuman itu dengan satu tarikan nafas.     

'Yap, akhirnya kena juga kamu kakek tua! Dalam hitungan ke tiga, satu ... dua ... ti–' Sebelum ia menghitung sampai tiga di dalam hati, ia merasakan tubuh pria itu terjatuh di pahanya. "Akhhh, saki!" jeritnya menahan rasa sakit. Ia lalu mendorong pria tua yang masih sadar itu. Ia lakukan agar orang tua yang ia buat tidur menjadi tenang.     

Bianca memakai pakaiannya kembali. Pakaian dalamnya entah dibuang ke mana. Sehingga ia hanya memakai pakaian luar yang sangat seksi itu. Setelah memastikan lelaki hidung belang itu, lalu keluar dari kamar. Menuruni tangga dan mencoba mencari sosok Bram. Terlihat seorang pria yang sudah mabuk dan hampir melepaskan pakaiannya. Bianca lalu mendekati Bram dan memeluknya.     

"Hei, kenapa kamu ada di sini? Ini target kami berdua, tahu?" protes seorang wanita muda yang tadinya berniat menggoda Bram. Ia bersama dengan temannya, berusaha untuk merebut Bram dari tangannya.     

"Iya, Mbak. Bukankah kamu sudah dapat satu? Lah, malam ini, kami yang belum dapat satupun. Mbak urus saja langganan tua bangka itu! Masa mbak serakah banget, sih?" imbuh satu wanita lagi. "Kita juga butuh uang juga dan kurasa uangmu sudah cukup untuk biaya persalinan, Mbak!"     

"Ohh, Bianca ... kamu hari ini kenapa sangat cantik dan seksi begini? Bagaimana ini bisa terjadi padaku? Panas banget dan badanmu hot sekali. Ohh, sayangku ..." ujar Bram yang mendekat ke arah wanita itu.     

Bianca tahu apa yang dilakukan dua wanita itu. Yah, jelas mereka berdua yang memberi obat perangsang pada Bram. Para wanita memiliki caranya sendiri untuk mendapatkan pelanggan. Dan salah satunya adalah dua wanita muda itu. Setiap wanita akan menarget pria dan tidak ada yang boleh mengganggu kecuali pria itu yang memilih sendiri. Bianca merasa senang karena hanya dirinya yang dikenal oleh mantan suaminya.     

"Lah, kenapa dia kenal denganmu, Mbak? Perasaan ini orang nggak pernah datang ke sini, deh," protes wanita berusia delapan belas tahun itu. Ia nampak memanyunkan bibirnya dan kecewa karena mereka sudah saling kenal. Terpaksa mereka tidak bisa ikut campur.     

Kesempatan itu benar-benar dimanfaatkan oleh Bianca. Anak di dalam kandungannya adalah anak dari pria yang ia peluk dan kini sedang menciumi perutnya yang membesar. Melihat itu, membuat dua wanita itu hanya bisa melongo. Adapun orang yang melihat mereka, menjadi tontonan tersendiri. Apalagi pakaian Bianca kini sudah terlihat dengan jelas lekuk tubuhnya. Membuat para pria yang melihat pun merasa tertantang dan ingin mendapatkan tubuh seksi itu.     

"Nah, kan. Kalian lihat sendiri? Dia ini adalah ayah dari anak yang aku kandung ini. Kalau kalian mau, kalian cari saja yang lain, deh. Oh iya ... nanti akan ada orang yang sudah ada janji denganku. Kalian saja yang gantikan aku, yah! Kalau begitu, kamu bantu aku untuk bawa ke dalam mobil. Biar aku antar pulang saja."     

Dua wanita itu pun hanya bisa pasrah. Memang junior harus sabar dan mengalah. Karena mereka tidak bisa melawan seniornya yang lebih terlebih dahulu berkecimpung di dunia malam itu. Pengalaman pun masih belum bisa mengalahkan Bianca yang sudah sangat profesional.     

"Tunggu apa lagi, hemm? Ayo bantu aku untuk bawa dia ke mobil! Besok aku kasih kalian bayaran, deh. Nah, kalau nggak percaya, ambil di dompet yang ada di tasku, nih!" Untuk meyakinkan dua wanita itu, ia harus memberikan upah. Karena wanita muda itu memerlukan banyak uang untuk biaya kuliah mereka.     

"Ya sudah, deh. Kalau begitu kami bantuin Mbaknya. Tapi beneran kami dikasih duit, yah! Ayo, bantuin, dong!" Akhirnya mereka pun membantu Bianca untuk membawa Bram.     

Bram sendiri tidak sadar kalau terkena efek dari obat yang dimasukkan ke gelas oleh salah satu wanita muda itu. Pria itu terlibat beringas dan sudah tidak tahan lagi. Maka ia langsung mencumbui mantan istrinya dengan kasar. Untungnya mereka bisa cepat keluar. Karena hari belum terlalu malam, membuat mereka lebih leluasa keluar dari gedung itu.     

Bianca melihat ke sekeliling untuk mencari mobil Bram. Walau pria itu sudah menelusupkan tangannya ke pakaian Bianca. Tapi wanita itu membiarkan saja itu terjadi. Setelah menemukan mobil Bram, Bianca mengambil kunci mobil itu dan membawa Bram ke jok samping krmudi. Setelah itu, ia memberikan uang pada dua wanita itu.     

"Nah gini, dong! Kita nggak layanin pria hidung belang tapi dapat segini. Oh, terima kasih Mbak Bianca! Sering-sering begini saja, kita nggak capek karena lubang kami dimainkan terus dan nenahan sakit karena ukuran mereka ada yang terlalu besar."     

"Sudah! Kalian berdua jangan ganggu lagi, oke? Uangnya sudah aku kasih ke kalian! Nanti ada dua atau tiga orang yang janji sama aku. Kalian saja yang gantikan aku, yah! Yang seperti biasanya, kalian tahu lah, siapa."     

"Oke, Mbak. Kami masuk dulu, yah! Kalau perlu bantuan lagi, bisa minta tolong kami lagi, eh!" Wanita itu kaget ketika melihat Bram yang langsung menyerang Bianca.     

Wanita itu segera menutup pintu mobil itu dan membiarkan Bram menyerangnya dengan brutal. Hingga mereka sampai kelelahan dengan sendirinya. Pada akhirnya tubuh mereka lemas. Bianca pun membawa mobil Bram ke rumahnya. Karena ia yakin, Bram masih belum berubah seperti dulu yang suka dengan tubuh sang mantan istri. Apalagi sekarang sedang mengandung.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.