Tante Seksi Itu Istriku

Tak Mungkin Kembali



Tak Mungkin Kembali

0Setiap pernikahan, memiliki tujuan yang baik. Tentunya dengan niat yang baik, membuat pernikahan berjalan sebagaimana mestinya. Namun hal itu tidak hanya tentang niat saja. Tanpa adanya kejujuran dan saling percaya, akan tercipta pernikahan yang gagal. Seperti yang dialami oleh Bram dan istrinya. Apalagi kita sudah tahu bagaimana seorang istri yang dalam pandangannya, melihat sosok suami sebagai rekenig berjalannya. Sementara untuk mendapatkan kepuasan batin, ada yang kurang dari pria yang sibuk bekerja itu. Karena masa lalu yang sulit untuk dilepaskan, membuat Bianca menunjukkan sifat aslinya.      3

Setelah membawa mantan suaminya ke depan rumah, sang penjaga rumah pun membuka gerbang. Wanita itu tahu seluk beluk dari rumah itu. Bahkan di rumah itu juga, ia memadu kasih dengan beberapa orang. Termasuk dengan penjaga rumah dan sopir di rumah itu. Tentu itu dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhannya sebagai seorang istri. Yang tidak selalu didapat karena tidak adanya sang suami yang ada di sisinya.     

"Hei, Bu Bianca? Ini beneran Bu Bianca, kan?" tanya penjaga rumah itu dengan ekspresi senang. "Silahkan masuk, Bu Bianca. Bahagia sekali hati ini kalau Bu Bianca tinggal di sini lagi." Kalau ada wanita itu, penjaga rumah itu akan merasa senang. Karena kemungkinan dirinya akan mendapatkan kesempatan lagi. Tapi dengan catatan, tanpa ketahuan oleh Bram lagi.     

Orang yang disebut namanya pun tidak menjawab. Tapi pria paruh baya itu tahu kalau Bram saat ini sedang terlelap. Maka pria itu pun membantu Bianca untuk membawa Bram kembali ke dalam rumah. Wanita itu tahu kalau dua wanita itu seringkali menipu orang yang datang dengan menggunakan obat tidur yang dicampur dengan obat perangsang. Akibatnya sangat fatal karena selain akan memiliki efek tahan lama, tubuhnya akan menggantuk dan akan tertidur dengan cepat.     

"Ayo, Pak. Kita antar ke kanarnya! Yah, entah apa yang dia hadapi. Tapi dia yang datang padaku. Mungkin Bram masih memiliki perasaan padaku? Tapi ah, entahlah ..." lirih Bianca yang membawa mantan suaminya bersama dengan penjaga rumah.     

"Kalau begitu, saya ke depan lagi, Bu. Soalnya nggak ada yang jaga lagi. Selamat malam, Bu Bianca. Semoga dapat kembali ke rumah ini lagi." Alasan yang ia inginkan adalah kalau wanita yang menjadi mantan istri bosnya dapat kembali lagi. Dan itu akan memberi kesempatan untuk bisa melihat wanita berusia tiga puluh tahunan itu.     

Sementara itu, Bianca membuka seluruh pakaiannya dan menutup pintunya. Malam ini ia akan tidur di samping mantan suaminya. Setelah melepaskan seluruh pakaiannya, ia juga melepaskan pakaian Bram. Bianca menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka. Senyuman dari bibir Bianca, membayangkan bagaimana nanti kakau Bram bangun. Yakin dengan tubuhnya bisa membayar kesalahannya, membuat Bianca mengambil resiko. Bisa saja wanita itu akan menjadi bulan-bulanan Bram kalau sedang marah.     

Pada akhirnya pagi pun tiba. Bram bangun dari tidurnya dengan kepala pusing. Ia merentangkan tangannya ke samping dan merasa ada benda kenyal yang tertangkap telapak tangannya. Karena penasaran, ia mencoba memainkan dengan meremasnya. Ketika itu terjadi, ia membuka matanya dan kaget karena melihat Bianca dalam keadaan tanpa pakaian sama sekali.     

"Sialan! Kenapa wanita ini ada di sini? Di mana ini?" Bram melihat sekeliling dan tahu kalau sekarang sudah ada di kamarnya. "Wanita ini sungguh culas. Bisa-bisanya dia membawaku ke sini dan kenapa harus tidur di kamarku?"     

Saat Bram bangun, ia merasa kalau dirinya tidak mengenakan pakaiannya. Ia tahu kalau ini adalah ulah Bianca sendiri. Sementara pakaian yang ia kenakan semalam sebenarnya masih bersih. Hanya tercecer beberapa minuman di kerah bajunya. Dengan malas, Bram menutup tubuh polos mantan istrinya. Namun ia urungkan niatnya dan memilih untuk melihat perut itu. Perut yang sudah membesar dan di dalamnya ada kehidupan lain.     

"Yah, walaupun kamu bilang kalau anak di perutmu adalah anakku, tapi aku pun tidak tahu. Apakah ini benar atau tidak karena kamu sendiri yang membuatku tidak percaya padamu. Lah, wanita jalang sepertimu, apakah pantas untuk meminta pertanggung jawaban dariku, hemm? Alah, kurasa kamu akan pergi dari kehidupanku selanjutnya. Tidak mungkin bagiku untuk mengakui anak yang kamu kandung itu adalah anakku, Bianca."     

Bram menutup tubuh wanita itu lalu meninggalkan kamar. Pagi itu, ia langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah keluar dari kamar mandi, ia melihat Bianca masih tertidur. Sangat sulit untuk dirinya menahan perasaan itu. Sebagai seorang pria normal, tentu Bram menginginkan itu. Tapi sekali lagi, ia sudah memikirkan ke depannya. Bisa saja sekarang Bianca yang menjebaknya untuk menikahinya. Setelah mengganti pakaian, Bram keluar dari kamar untuk menemui orang-orang di rumah dan pergi untuk bekerja.     

Bram sudah berpesan agar menyiapkan makan untuk mantan istrinya. Ia juga sudah mentransfer sejumlah uang untuk mantan istrinya. Walau tidak merasa telah melakukan hal besar semalam, ia tidak ingin terlihat buruk di mata orang lain. Bram membiarkan Bianca tinggal di rumahnya. Dan jika wanita itu keluar, maka tidak akan ada yang mencegahnya. Kecuali kalau ada orang luar masuk, tidak ada yang diperbolehkan. Apalagi kalau itu seorang pria. Karena Bram tidak ingin rumahnya menjadi tempat maksiat.     

Bianca bangun dari tidurnya setelah kelelahan mengantar mantan suaminya semalam. Saat terbangun, hari sudah siang dan tidak ada Bram lagi. Kemungkinan Bram juga sudah pergi untuk bekerja.     

"Ukh, inilah kenapa aku tidak suka dengan sikap kamu, Bram. Apakah kamu tidak tertarik dengan tubuhku karena aku sedang mengandung? Apakah kamu akan percaya kalau aku katakan kalau kamu adalah ayah dari anak ini?" lirih Bianca sembari mengusap perutnya.     

Wanita itu mengambil pakaiannya tapi ia urungkan niatnya. Ia tahu sisa-sisa perbuatan semalam masih tersisa. Maka ia harus membersihkan segera. Ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan seluruh tubuhnya. Ia tidak tahu Bram masih menyimpan pakaiannya atau tidak. Maka ia keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk di dadanya. Ia mencari pakaian di lemari tapi semua hanya berisi pakaian pria itu. Hanya saja Bianca menemukan pakaian dalam wanita. Dan ia tahu kalau pakaian itu adalah kepunyaannya. Bianca tahu kalau Bram tidak terlalu teliti menata pakaiannya. Walau dia sendiri yang menata pakaian-pakaian di lemari itu.     

"Lah, pakaian dalamku ada di sini juga, hahaha! Tapi kurasa nggak perlu pakaian dalam lagi, deh. Mungkin akan menantang kalau aku nggak pakai dalaman. Jika Bram pulang, aku bisa mengajak untuk bercinta." Namun kini ia tersadar kalau angan-angan itu hanya semu. Statusnya yang menjadi janda, membuat dirinya harus berjuang sendiri. Apalagi kondisi sedang mengandung. Untuk biaya sehari-hari dan untuk biaya persalinan esok, harus ada biaya yang tidak diketahui, butuh banyak atau tidak.     

Jika orang normal sekalipun, akan marah jika dibohongi. Seperti Bram yang selama ini selalu dibohongi dengan perbuatannya sendiri. Apalagi Bram yang sudah dibuat kecewa. Tidak akan kembali seperti semula.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.