Tante Seksi Itu Istriku

Kabar Kehamilan Bianca



Kabar Kehamilan Bianca

2Bram tidak menyangka kalau Bianca akan mengatakan seperti itu. Tidak tahu yang diucapkan oleh wanita itu benar atau tidak. Tetapi kenyataannya memang wanita itu telah melakukan perselingkuhan di belakangnya. Sampai ia memergokinya sendiri saat itu. Dan sampai saat itu, belum diketahui kalau Bianca sudah hamil anaknya.      1

'Apakah benar, anak di perutnya adalah anakku? Ah, tapi mana aku tahu kalau ia berbohong? Walau ia tidak terlihat sedang berbohong. Tapi tetap saja, dia sudah selingkuh. Itu adalah kesalahan yang dia lakukan terhadapku. Jadi jangan salahkan aku kalau aku harus menceraikanmu, Bianca,' kata hati Bram dengan dipenuhi emosi.     

Dalam ingatan Bram, mantan istrinya sudah mengatakan hal yang sesungguhnya kalau Bianca memang memiliki hasrat lebih tinggi. Dan tidak jarang mengatakan kurang puas karena Bram yang jarang pulang karena pekerjaannya. Terkait dengan pekerjaan sebelum menikah dulu, Bram pun belum tahu kalau seperti itu pekerjaan Bianca. Yang ia tahu, Bianca ada di tempat-tempat remang-remang itu. Dan ia kira kalau wanita yang kini menjadi mantan istrinya adalah pelanggan diskotik juga.     

Bram dulu benar-benar polos ketika ia bangun dari tempat tidur dan di sisinya ada wanita yang juga terlelap tanpa sehelai benangpun. Sebagai seorang pria yang bertanggung jawab, Bram pun menikahi Bianca dan wanita itu merasa senang karena ia berpikir hidupnya akan bahagia. Kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya yang cantik, membuat warna baru bagi mereka. Apalagi pesta pernikahan itu berlangsung megah.     

Lambat laun, Bianca merasa tidak tahan dengan Bram karena jarang memberi nafkah batin padanya. Karena desakan teman-teman dan pelanggannya pun, Bianca mulai kembali ke dunia gelapnya. Selama bertahun-tahun Bianca menjalani kehidupan sebagai seorang istri dan sebagai pemuas nafsu lelaki hidung belang. Ia juga mengharapkan kehadiran buah hati bersama dengan Bram. Hingga penantian itu tidak sia-sia. Bianca juga sudah ingin memberi tahu kabar baik itu pada suaminya. Hingga tragedi itu benar-benar terjadi. Saat sehari sebelum kembalinya Bram dari luar kota, pria langganan Bianca pun datang ke rumah dan terjadilah sesuatu yang membuat rumah tangga mereka hancur. Bianca mengurungkan niatnya untuk memberitahu Bram, kalau dirinya sudah hamil.     

"Aku bisa jelaskan, Bram. Tunggu sebentar! Aku sedang mengandung anak darimu!" kata Bianca pada saat itu. Setelah ketahuan berselingkuh dengan pria lain, wanita itu pun mengejar sang suami. Namun tentu saja sang suami tidak percaya.     

Bram berbalik dan memukuli pria yang berselingkuh dengan istrinya. Dan pria selingkuhan itu sampai babak belur karena tidak ada tenaga lagi untuk berkelahi. Karena tenaganya telah terkuras setelah di kamar berdua dengan Bianca.     

Kenangan Bram tentang wanita itu kembali berputar. Ia kembali meminum minuman di botol itu dengan beringas. Bahkan dua wanita di sampingnya terlihat ngeri. Karena takut dengan ekspresi Bram, kedua wanita muda itu pun menjauh. Bram juga tidak ingin berurusan dengan dua wanita yang menurutnya mengganggunya itu.     

"Hemm, lupakan saja suami kamu, Sayang. Hemm? Lebih baik kamu hidup sendiri saja. Om bisa kasih kamu uang banyak. Asal kamu memuaskan om malam ini, bagaimana kalau kita lanjutkan ini di kamar, Sayang?" tanya pria botak itu pada wanita hamil di depannya.     

"Baik, Om. Tapi seperti biasa aturannya. Kalau Om nggak mau nikahin aku, ya nggak boleh masukkan ke dalam. Yang boleh, hanya yang menikahiku. Tapi aku jamin tetapi nikmat, kok." Bianca tersenyum menggoda pada pria tua itu. Dirinya yakin kalau bisa membuat pelanggan puas hanya dengan mulutnya. Atau dengan jari dan yang lainnya.     

"Hemm, kamu selalu begitu, Sayang. Sayang sekali, om nggak bisa nikahin kamu. Kalau bisa, mungkin om akan langsung nikahin kamu, Sayang. Tapi ya sudahlah ... yang penting kamu masih tetap nikmat. Ayo om gendong ke kamar, yah." Dengan perlakuan kasar, pria itu mengangkat tubuh Bianca yang perutnya besar itu.     

Bram semakin tersulut emosi ketika melihat Bianca melirik ke arahnya. Pandangan keduanya saling bertemu dan terlihat Bianca mulai berkaca-kaca. Wanita itu merasa sangat bersalah kepada mantan suaminya. Tapi semua ini telah terjadi. Membuat mereka tidak lagi memiliki hubungan suami-istri lagi. Bahkan seperti dua orang asing yang bertemu kembali.     

"Ahh, Omm ... ohh, jangan di sini, ah." Namun kembali ia menatap Bram untuk sekali lagi. 'Bram ... maafkan aku karena bersalah padamu. Tapi benar, ini yang ada di perutku adalah anak kandung kamu. Walau aku selingkuh dan dipakai banyak pria, aku hanya menerima benih darimu saja.' Bahkan di dalam hatinya ia menyesal. Walau teriakan kesakitannya tidak bisa melawan pria tua yang menggendongnya.     

"Aduh, kamu semakin berat saja, Ohh. Tetapi kamu terlihat semakin seksi saat hamil, Sayang ... tapi ini semakin berat saja, hehehe. Sudah lama juga, om nggak kasih kamu kenikmatan, kan? Tapi kamu di sini kan setiap hari juga dapat dari orang lain, hehehe."     

"Iya, Om. Oh, sakit lah, Om. Jangan pencet perut aku, dong! Nanti anakku bisa lahir di sini! Nanti pelanggan aku kecewa karena sudah ada janji di minggu ini. Nanti aku nggak punya uang lagi karena habis untuk berobat, Om." Walau Bianca sebenarnya tidak suka dengan pria tua yang menggendongnya, tetap saja ia harus melayani dengan profesional. Mau tidak mau, ia harus menyambung hidup. Karena ia tidak mendapatkan uang dari Bram setelah bercerai.     

Mungkin dulu ia bisa membeli apapun karena Bram selalu memberinya apa yang ia inginkan. Namun sekarang ia harus menyambung hidup karena keadaan ekonomi. Dan satu-satunya keahlian yang ia miliki adalah menjadi wanita malam yang menyambut tamu yang datang sambil tersenyum dan merayu memanja.     

Bram melihat pemandangan itu dan sangat emosi ketika ia mendengar jeritan dari Bianca. Ia mencoba untuk menenangkan diri. Ia melihat gelas di sampingnya dan menuangkan cocktail ke dalamnya. Lalu ia meminum dengan perasaan menyayat hati. Hatinya hancur dan ingin sekali ia membalas perlakuan mantan istri. Tapi ia sadar, dirinya tidak mampu melakukan apapun. Ia hanya seorang pria bodoh yang terjebak dalam genggaman seorang wanita.     

"Akhh! Sialan sekali kau, Bianca! Ohh, kenapa rasanya sangat pusing? Aduh, padahal tidak seperti biasanya, aku mabuk secepat ini? Akhh! Sialan!" teriak Bram sambil menyibakan gelas yang ia gunakan untuk minum. Yang akhirnya gelas itu pecah ke lantai.     

Di tempat itu, Bram sama sekali tidak mengenal satu orangpun. Tapi barista tidak mempermasalahkannya karena sudah terlihat dengan jelas kalau pria yang mabuk itu adalah orang berduit. Sudah terlihat dari wajah Bram yang campuran dari kedua orang tuanya.     

Suasana masih terlalu ramai dan semakin malam akan semakin ramai dengan anak-anak muda yang datang. Mereka semua berdansa, berjoged dan menari diikuti hentakan musik jedag-jedug tersebut. Sebenarnya Bram juga tidak terbiasa datang ke tempat itu. Walau ia tahu dengan pasti, apa yang ada di tempat hiburan itu. Biasanya kalau ada masalah berat, dirinya akan mendatangi tempat-tempat hiburan. Entah itu ke tempat seperti sekarang ataupun ke tempat lain yang memiliki pemandangan indah. Ia tidak tahu akan jadi seperti ini. Tapi inilah kenyataannya kalau dirinya menjadi tidak berguna sama sekali.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.