Raja Bucinnya Kanaya

Aira Bumil yang sensitif



Aira Bumil yang sensitif

0Aira hanya bisa menggelengkan kepalanya saat ini dan memeluk erat tubuh suaminya tersebut sambil menangis. Aira menangis terharu karena sebentar lagi mereka akan segera menjadi orang tua.     
0

"Sebentar lagi aku akan jadi Bunda..., dan Kak Arkan akan menjadi ayah untuk calon baby kita...hisk...hiks....hiks.....," ucap Aira sambil terisak.     

Arkan hanya bisa tersenyum manis saat mendengar penuturan istrinya tercinta. Aira ternyata menangis terharu karena sebentar lagi mereka akan segera menjadi orang tua.     

Arkan dengan gemas menghadiahi banyak kecupan pada seluruh bagian wajah istrinya. Arkan bisa merasakan sedikit asin saat mengecupi bibir manis Aira yang memang ada sedikit air mata yang bekas Aira menangis tadi.     

"Huuek....huuek....., maaf Kak." ucap Aira yang saat ini tidak sengaja muntah pada saat Arakan mengecup bibirnya.     

Arkan baru ingat jika memang Aira tidak boleh dicium di bibir untuk beberapa saat ini, Arakan tidak jijik ataupun marah. Arkan hanya mencemaskan keadaan dari istri dan calon anaknya.     

"Tidak apa-apa sayang, maaf tadi aku lupa." ucap Arakan yang merasa bersalah.     

Arkan membawa istrinya ke toilet untuk berganti karena pakaian yang saat ini di pakai oleh Aira teleh kotor dan Arkan juga berganti baju Karen bajunya juga terkena muntahan Aira. Arkan juga tidak meminta pelayan dengan cepat untuk mengganti karpet yang sebelumnya kotor karena muntahan istrinya.     

"Hemmmmm.... maaf, Jika aku membuat Kakak menjadi jijik." ucap Aira yang merasa bersalah karena saat ini terus-menerus muntah dikamar mandi dan suaminya dengan sabar menemaninya.     

Arkan tidak merasa jijik sama sekali saat ini, yang dipikirkan oleh Arkan adalah istrinya berhenti muntah-muntah dan bisa mengajak istrinya untuk kembali istirahat didalam kamar mereka.     

"Tidak sayang, Berhentilah berpikiran negatif saat ini aku benar-benar mencemaskan kalian." ucap Arkan sambil mengusap lembut pucuk kepala istrinya.     

Aura saat ini merasa benar-benar lemas setelah banyak muntah, percuma saja tadi Aira makan karena saat ini Aira telah memuntahkan semua makanan yang dimakannya tadi.     

Melihat istrinya yang terlihat begitu lemah saat baru selesai muntah dan mencuci muka Arkan langsung mengendong istrinya keluar toilet menuju kamar mereka.     

"Sayang apakah kamu masih merasa mual?" tanya Arkan dengan khawatir.     

Saat ini Arkan sedang duduk disamping istrinya diatas ranjang. Aira sendang bersandar pada dada bidang suaminya yang nyaman. Aira juga merasa rasa mual yang dirasakan olehnya menghilang dengan perlahan saat ini.     

"Sayang makan lagi ya, habis ini minum vitamin dan obat agar tidak mual dari kak Marsya tadi." ucap Arkan dengan lembut berniat untuk mengambilkan istrikanya makanan.     

Tentu saja sebenarnya pelayan telah memberikan obat yang diresepkan oleh dokter Marsya dan Arkan Meminta mereka untuk segera pergi setelah mengantarkan obat serta Menganti makanan yang sudah dingin dengan makanan yang lebih hangat.     

"Jangan pergi kakak Arkan disini aja....," ucap Aira yang mengira suaminya akan meninggalkannya.     

"Aku hanya ingin mendekatkan troli makan itu agar Sayang bisa makan dengan lahap, aku akan menyuapiku disini sambil terus memeluk mu. Tapi sebelum itu kamu harus janji makanan dan minum obat." ucap Arakan pada istrinya.     

Aira mengajukan kepalanya dan membiarkan Arkan mendekatkan troli makanan yang baru saja diganti dengan makanan hangat itu sebelunya. Ada juga obat dan vitamin sesuai dengan resep dokter untuk Aira.     

Setelah Arakan kembali duduk di samping Aira langsung saja mendekap erat tubuh kekar suaminya dan bersandar pada dada bidang suaminya seperti sebelumnya.     

Bagi Aira saat ini tubuh Arakan adalah tempat ternyata untuk bersandar dan merilekskan pikirannya yang kadang kalut dan tidak stabil, Aira merasa jika belakang ini lebih manja dan mudah sensitif.     

"Sekarang pelukannya sambil makanan ya sayang.....," ucap Arakan dengan gemas mulai menyuapi Istrinya dengan perlahan dan Aira menerima dengan senang hati.     

"Kakak juga belum makan ayo Kakak juga makanan." ucap Aira dengan tegas saat Arkan ingin menyuapinya kembali.     

"Kamu makan dulu nanti batu aku makan." ucap Arakan dengan lembut sambil menarik pipi chubby istrikanya dengan gemas.     

"Aku gak mau makanan kalau Kakak gak makan sekarang." ucap Aira yang saat ini bertambah keras kepala.     

Arkan akhirnya terpaksa makan dan bergantian menyuapi istrinya tercinta, Aira benar-benar mengemaskan membuat Arkan semangkin mencintainya setiap detik.     

"Sudah cukup Kak, aku sudah merasa kenyang." ucap Aira sambil mengusap perutnya yang terasa kenyang.     

"Sehat-sehat terus sayang," ucap Arkan yang kemudian mengecup kening istrinya. "Sehat terus anak Ayah Bunda." ucap Arkan sambil mengusap lembut perut Aira yang masih datar.     

"Amin yarobbal allamin..... Ayah juga sehat selalu... cari semangat cari rezeki yang halal buat kita." ucap Aira sambil tersenyum menenggelamkan wajahnya pada dada bidang suaminya karena merasa malu.     

Arkan sungguh merasa gemas dan sangat menyukai Istrinya yang bertingkat manja saat ini, tidak hanya itu mereka juga akan segera menjadi orang tua setelah sekitar sembilan bulan kedelapan membuat Arkan tidak henti-hentinya untuk bersyukur.     

"Ya Allah Terimakasih telah baik kepadaku.... aku sangat bersyukur karena telah diberikan hadiah yang tidak terduga seperti saat ini...." batin Arkan yang saat ini memejamkan matanya menikmati waktu yang begitu indah dengan istrinya dan calon anaknya tentunya tidak lupa juga dengan selalu mengingat Allah.     

"Sayang kamu belum minum obat dan vitaminnya." ucap Arakan yang baru ingat jika istrinya tersebut belum minum obat dan vitamin sesuai dengan saran dokter.     

"Gak mau obatnya pasti pait.... aku makan vitamin aja," ucap Aira yang mengetahui jika vitamin tidak sepahit obat dulu pada saat Aira masih sering mengkonfirmasi obat karena penyakitnya.     

"Baiklah aku akan ambilkan Vitaminnya." ucap Arakan sambil mengatur cara agar Istrinya meminum obat dan Vitaminnya secara bersamaan tanpa Aira ketahui jika saat ini yang diminumnya adalah Obat.     

"Semuanya?" tanya Aira dengan polos.     

"Iya sayang, apakah kamu mau aku ambilkan obat saja?" tanya Arakan yang sengaja ingin mengancam istrikanya.     

Untuk saja Aira tidak bisa membedakan mana pil vitamin dan pil obat setidaknya ini bisa sangat menguntungkan bagi Arkan, Karena memang pada saat dokter menjelaskan tadi Arkan begitu menyimak dengan baik sehingga Arakan sedikit paham.     

"Tidak cukup ini saja." ucap Aira yang langsung mengambil air pada gelas setelah itu memasukan semua obatnya kedalam mulutnya dan Aira menelannya sambil minum air dari gelas lagi.     

"Sabar sayang pelan-pelan minum obatnya," ucap Arkan sedikit khawatir dengan kondisi istrinya yang saat ini begitu terburu-buru minum obat semuanya sekaligus.     

Arkan khawatir jika Aira sampai tersedak tentunya akan berbahaya bagi kesehatan Aira dan juga calon baby mereka. Arkan benar-benar mencemaskan keadaan dari istrikanya yang mamang kadang sering bertingkah ceroboh.     

"Alhamdulilah akhirnya ke telen semuanya juga." ucap Aira merasa lega.     

Aira saat ini benar-benar merasa kenyang saat ini, bahkan karena minum air mineral yang begitu banyak membuat perutnya benar-benar penuh saat ini. Untuk saja Aira masih ruanga sedikit rumah untuk bernapas saat ini.     

"Istriku yang nakal.... lain kali kalo minum obat satu-satu aja." ucap Arakan yang saat ini mencubit hidung mancung dan mungil milik istrinya karena merasa gemas.     

"Hehehehe... biar cepat aja...., jangan dicubit terus jadi sudah napas nie..." ucap Aira dengan polosnya.     

"Uups..... maaf sayang," ucap Arkan yang merasa bersalah dan kemudian mengecup kening istrinya dengan penuh cinta.     

Sebenarnya Arkan saat ini ingin mencium bibir istrinya tapi Arkan tidak ingin membuat istrinya muntah terus, lagi pula Aira baru selesai minum obat tentu saja obat dan vitamin akan sia-sia jika Aira muntah.     

Aira kembali memeluk erat pinggang Suaminya sambil bersandar pada dada bidang suaminya yang begitu hangat dan nyaman bagi Aira. Arkan memang adalah tempat terbaik untuk Aira bersandar disaat lelah.     

Walaupun hari ini Aira tidak melakukan apa-apa tapi tetap saja Aira merasa sangat lelah saat ini. Pelukan suaminya mampu membuat Aira begitu nyaman dan aman saat ini.     

"Asalamuaikum... anak Mama sakit apa, tadi Mama baru tahu kalau Arkan Habis panggil dokter karena Aira sakit kayanya?" ucap Rahma dengan khawatir saat ini langsung menerobos masuk.     

"Aira baik-baik aja kok ma...., cucu Mama aja ni yang agak bisa izinin ayahnya buat cium Bundanya dan saat ini bahkan tidak ingin berjauhan dengan Ayahnya....." ucap Aira dengan polos.     

"Cucu Mama....?" ucap Rahma yang belum menyadari maksud dari ucapan Putrinya.     

Rahma baru menyadari kelemotannya pada saat Arkan memberikan kode dengan tangan yang menggambarkan seorang ibu hamil. Langsung saja Rahma mengucapkan syukur kepada Allah pada saat itu.     

"Alhamdulilah akhirnya... aku akan segera menjadi seorang nenek lagi, setelah anak Rara dan Al lahir, anak Aira dan Arkan akan menyusul..... cucuku akan bertambah banyak. Selamat kepada kalian berdua telah menjadi calon orang tau." ucap Rahma dengan bahagia.     

"Terimakasih Mama.....," ucap Aira yang saat ini melepaskan pelukannya pada Arakan dan Ingin memeluk mamanya.     

"Sama-sama Saya.... jaga kesehatan mu baik-baik. Dan Arkan nak jaga istri dan calon anak kalian dengan baik." ucap Rahma yang saat ini telah memeluk Aira kedalam pelukan hangat.     

"Siap kanjeng Mama.....," ucap Arkan sambil tersenyum manis dan bersikap hormat layaknya seperti hormat pada tiang bendera.     

"Kak Arkan kaya film Sule aja....," ucap Aira yang sedikit terkekeh geli dengan tingkat suaminya.     

Arkan juga tersenyum bahagia saat Istrinya bahagia. Saat ini melihat istrinya bahagia membuat Arkan juga menjadi sangat bahagia. Arkan rela melakukan segala hal Konyol apapun agar istrinya tercinta tersenyum bahagia.     

"Mama emangnya gendut seperti kanjeng mami di film itu?" tanya Rahma.     

"Tidak Ma... Mama tidak gendut." ucap Aira dengan yakin.     

"Iya Mama memang tidak gendut makannya tadi Arakan bilang kanjeng Mama bukan Kanjeng Mami." ucap Arkan sambil senyum Pepsodent.     

"Kamu bisa saja nak, lagi pula kanjeng itulah biasanya hanya untuk orang-orang khusus yang memiliki keturunan ningrat." ucap Rahma.     

"Tidak juga Ma.... itu buktinya hanya sebuah film, terman Arkan ada yang namanya kanjeng ya terpaksa semua orang harus memanggilnya seperti ini karena memang itu adalah nama pemberian dari orang tuanya." ucap Arakan yang mengingat salah satu temenannya ada yang bernama kanjeng.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.