Raja Bucinnya Kanaya

Calon Kakak Ipar idaman



Calon Kakak Ipar idaman

1Saat Rabia sudah berganti dengan pakaian milik Kanaya yang tentunya masih baru dan belum pernah dipakai, pakaian itu di belikan oleh orang tua Kanaya yaitu Rahman dan Jalal.      2

Rahma sangat senang mengetahui jika anaknya yang hijrah dan mengunakan pakaian yang tertutup dan hijab sehingga membuatnya sangat menjadi begitu senang dan memborong pakaian syar'i yang cocok dengan mereka karena ukuran pakaian Rara, Aira dan Rahma memang tidak jauh beda bahkan sama-sama ukuran M dan ada beberapa yang ukuran L.     

Ukuran pakaian Rabia adalah L karena walaupun tubuhnya tidak gemuk tapi tetap saja Rabia terbilang cukup tinggi. Sehingga ukuran gamis atau pakaian potingan harus berukuran L agar tidak terlalu pendek.     

"Kakak Rabia tampak cantik dengan gamis itu Berwarna hijau botol dengan jilbab senada, Hijau adalah warna kesukaan bang Al." ucap Aira mengingat Abangnya yang juga menyukai warna hijau.     

"Benarkah...?" ucap Rabia yang baru tau.     

"Tentu saja jika kakak kurang yakin aku akan meminta Abang kesini untuk meminta pendapatnya." ucap Aira yang bersemangat untuk memangil abangnya.     

"Tidak perlu, sebentar laga aku akan pulang setelah hujan reda. Oh iya Aira boleh aku pinjam charger mu handphone ku lowbat dan aku membawa charger yang salah?" ucap Rabia.     

"Tentu saja boleh kak, pilihlah warna yang kakak sukai." ucap Aira.     

Aira memang memiliki 3 handphone berbeda yang tentunya juga memiliki banyak charger, dari semua handphone yang digunakan Aira untuk belajar fotografi dan juga bermain di media sosial. Aira juga seorang selebgram yang memiliki lumayan banyak pengikut karena kegemaran pada fotografi dan tidak jarang Aira menjadikan dirinya sebegai model fotonya.     

Tentunya Aira melakukan semua hal itu dalam rumah, karena kondisi fisik dari Aira yang memang kadang rentan terkena penyakit membuat Jalal khawatir dan Aira bisa bebas melakukan hal yang disukainya asalkan didalam rumah dan bahkan Aira pernah homeschooling selama Sekolah menengah Pertama karena kondisinya yang sangat menghawatirkan.     

Untung saja ketika SMA Aira semangkin membaik dan bertemu kembali dengan sahabat lamanya Arkan, tentunya Arkan sangat menjaga Aira sesuai dengan keinginan nya sendiri dan juga menepati janjinya pada Jalal untuk selalu menjaga Aira dengan baik.     

Wajar saja jika sampai saat ini Aira tidak pernah pacaran karena Papanya dan arka menjaganya dengan sangat baik dan sangat ketat. Aira juga lebih suka mengerjakan hobinya dibandingkan berbicara dengan orang baru yang tidak dikenalnya sebelumnya.     

"Terimakasih, aku rasanya sangat lelah." ucap Rabia yang ikut rebah melihat kegiatan Aira yang tampak asik mengedit video dan sesekali makna cemilan.     

"Tidurlah kakak jika kakak merasa lelah. aku akan melanjutkan pekerjaan ku terlebih dahulu." ucap Aira.     

"Terimakasih aku akan akan meluruskan beristirahat sampai hujan reda." ucap Rabia.     

Rabia telah berusaha memejamkan mata tapi masih juga tidak bisa tertidur dan hujan masih saja lebat diluar rumah. Saat ini juga terlalu pagi untuk tidur, Rabia memang jarang mendapat tugas malam bahan ini adalah tugas pertamanya yang harus bekerja pada malam hari karena ada kabar dadakan tentang nyawa pasiennya yang akan seger melayang jika Rabia tidak bertindak cepat.     

"Aku tidak bisa tidur ini terlalu pagi...," acap Rabia.     

"Iya kakak benar, sebaiknya Ayi kita turun dan sarapan ini sudah jam 7 pagi dan masih hujan, perutku terasa cepat lapar." ucap Aira padahal dari tadi Aira ngemil tapi masih saja merasa lampar dan badannya tidak gemuk-gemuk meskipun makannya lumayan banyak.     

"Tapi aku.....," ucap Rabia terputus karena Aira sudah keburu menarik tangannya dan mengajak untuk pergi turun menuju meja makan.     

"Kakak jangan malu-malu... lagi pula sebentar lagi kakak akan menjandi kakak ku." ucap Aira yang tersenyum manis.     

"Tentu saja jika sebentar lagi kamu menikah dengan adik ku Arkan kamu akan menjadi adik ku." ucap Rabia sambil tersenyum manis.     

Aira yang bermaksud ingin mengoda calon kakak iparnya malah kali ini dia yang digoda, Tentunya Aira merasa sedikit malu karena memang Arakan dan dirinya saat ini masih marahan kecil dan akan kembali berbaikkan seperti sedia kala jika saling merindukan.     

"Tidak bukan begitu maksudku kakak Rabia lah uang akan menjadi istrinya Bang Ray dan menjadi kakak ipar ku." ucap Aira.     

Rabia memang merasa bersalah pada Ray karena tidak kunjung memberi kepastian pada Ray tentang jawaban akan lamaran Ray padanya beberapa Minggu lalu dan saat ini Mama dan adiknya memperlakukan Rabia dengan begitu baik.     

"Nak Rabia main kesini?" tanya Jalal yang baru saja turun dari kamarnya dengan wajah yang sedikit pucat.     

"Kebetulan Ray menemui Rubi nangis tadi di masjid Deket rumah dan Ray bawa kesini." ucap Ray yang langsung nyambung tanpa diminta.     

"Ray Papa sedang tanya nak Rabia." ucap Rahma.... pada putranya yang memang suka seenaknya.     

"Maaf Pa... Ray cuma mengatakan hal yang sebenarnya," ucap Ray.     

"Apakah yang dikatakan Ray itu benar nak?" tanya Jalal pada Rabia.     

"Iya Om itu benar. Om terlihat pucat apakah om sedang sakit?" tanya Rabia.     

"Iya Om sedikit mudah lelah akhir-akhir ini huk...huk..huk..." ucap jalan sambil terbatuk-batuk.     

Rahma menuntun suaminya untuk duduk di kursi dekat meja makan. dan di kursi lainnya sudah ada Ray, Aira dan Rabia yang duduk bersebelahan. Sedangkan saat ini Rahma dan Jalal duduk dikursi dihadapan mereka.     

"Mas kan udah aku bila kita kerumah sakit aja, atau kita panggil dokter tapi mas bandel dan gak mau....," ucap Rahma dengan khawatir.     

"Papa minum air dulu." ucap Aira yang langsung memberikan segelas air putih untuk Papanya.     

"Maaf Om dan Tante boleh Rabia periksa kondisi Om Jalal?" tanya Rabia dengan hati-hati.     

Rahma dan Jalal saling berpandangan dan Jalal masih saja bersih keras jika tidak ingin diperiksa. Tapi Rahma juga dengan segala kekhawatirannya ingin mengetahui keadaan dari suaminya saat ini uang terlihat tidak baik-baik saja.     

"Tentu saja boleh, Tante lupa jika calon mantu Tante ini adalah dokter....," ucap Rahma yang merasa senang karena ada Rabia yang bisa memeriksa kondisi dari suaminya.     

"Kakak Rabia adalah calon kakak ipar idaman." ucap Aira.     

"Iya,... tolong periksa keadaan Papa ku yang sudah sakit semenjak beberapa Minggu ini yang lalu dan tidak mau dibawa kedokteran dengan alasan hanya butuh istirahat." ucap Al pada Rabia.     

"Apakah aku akan diperiksa saat di meja makan seperti ini?, sebaiknya kita makan dulu ya baru kemudian Rabia bisa memeriksa kondisi ku." ucap Jalal yang tentunya tidak ingin membuat anak dan istrinya kehilangan napas makan hanya karna dirinya.     

"Baiklah jika Papa sudah merasa lapar, mati kita makan terlebih dahulu." ucap Ray yang mengambil keputusan dan disetujui oleh semua orang.     

Semuanya pun mulai makan dan menyendok nasi dan juga lauk secara bergantian dan tanpa sengaja saat Rabia ingin mengambil cumi goreng tepung Ray juga ingin mengambil cumi goreng tepung.     

"Hemmmmm... cuminya di kacangin...," ucap Aira yang membuat Ray tersadar jika saat ini buka cumi yang diambilnya tapi tangan Rabia yang digenggamnya.     

"Astagfirullah halazimmm... maaf.." ucap Rabia yang tersadar terlebih dahulu.     

"Abang... sadar jangan sentuh tangan kak Rabia lebih lama... bukan mahram." ucap Rahma yang menjewer telinga Ray.     

"Aaw... Mama..., maaf...," ucap Ray yang menyadari kesalahannya.     

"Ayi nak Rabia lanjutkan makan lagi..., maafin Ray ya." ucapan Jalal yang melihat Rabia yang hanya terdiam dari tadi.     

"Iya...," ucap Rabia yang lebih memilih untuk mengambil menu lauk lainnya.     

Setelah itu semuanya orang pun mulai makan dengan tenang dengan membaca dia dihati masing-masing, Rabia makan dengan perlahan dan makan ini terasa sangat enak mengingat Rabia pada masanya Ibunya.     

"Ibu.... ya Allah aku lupa belum ngabarin Ibu dari semalam." batin rabain dengan panik karena baru ingat dan handphonenya masih di charger dalam kondisi dimatikan saat ini.     

Semoga saja Ibunya tidak khawatir berlebihan , lagi pula sebentar lagi Rabia akan segera pulang setelah memeriksa kondisi dari om Jalal dan semoga Papa dan Arkan tidak mencari-carinya saat ini.     

"Rabia kok gak nambah lagi nak, masakan Tante gak enak ya?" tanya Rahma.     

"Enak kok Tante... enak banget malah," ucap Rabia dengan jujur dan saat ingin menolak untuk cukup tapi Rahma sudah terlanjur mengisi pirangnya lagi dengan nasi cumi goreng tepung dan udang pedas manis dan sayuran lalapan.     

"Sekarang lanjut makannya yang banyak ya...," ucap Rahma yang telah mengisi piring Rabia yang sebelumnya telah kosong dengan berbagai makanan.     

"Iya dek Rubi makan yang banyak lihat tu Aira aja udah nambah tiga kali, Soal orang dirumah kamu tidak perlu khawatir tadi aku telah menghubungi Tante Khadijah dan Om Muhammad dan memberi tahukan jika keadaan mu baik-baik saja setelah pialang dari rumah sakit habis tugas malam terjebak taksi mogok dan hujan." ucap Ray sambil tersenyum manis.     

Tentu saja Rabia menjadi lebih tenang mendengar ucapan Ray yang ternyata telah mengabarkan pada kedua orang tuanya tentang dirinya yang tidak bisa pulang.     

"Terimakasih telah menghubungi kedua orangtua ku dan menjelaskan pada mereka." ucap Rabia sambil tersenyum tulus.     

"Sama-sama , sekarang Dek Rubi lanjut makan lagi ya.... yang banyak." ucap Ray yang kemudian melanjutkan makannya.     

Sementara Jalal yang tampak mengawasi interaksi anaknya dengan Rabia terlihat sangat menggemaskan, Jalal jadi teringat saat pertama kali dirinya mengajak Rahman kerumah ibunya yang saat itu juga mereka makan bersama tapi makan malam bukan sarapan seperti saat ini.     

Aira tampak asik makan tanpa menguraikan yang lainnya. Aira memang kadang sering lupa diri pada saat sedang makan dan porsi makannya juga sangat banyak tapi tubuhnya tetap saja kurus.     

Pada saat itu semua orang telah selesai makan dan tibalah waktunya untuk Rabia memeriksa keadaan dari Jalal yang juga tak kunjung sembuh dan bahkan terbilang sangat terlihat pucat.     

Sebenarnya Rabia cukup curiga dari awal jika saat ini tanda-tanda yang ditujukan oleh Jalal adalah seorang seseorang yang sedang mengalami kesukaan ginjal dan setelah memeriksanya Rabia menjadi sangat yakin Jika Jalal saat ini benar-benar mengalami kerusakan ginjal yang cukup parah.     

"Om pernah donor ginjal?" tanya Rabia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.