Raja Bucinnya Kanaya

Wasiat Terakhir Sang Papa



Wasiat Terakhir Sang Papa

0Saat ini Jalal sebenarnya belum siap harus menjelaskan semuanya pada anak dan istrinya tapi mungkin ini adalah saat yang tepat, Lagi pula sesuai dengan ponis dokter sebelum bahwa penyakitnya ini sudah mengalami komplikasi dan hidupnya sudah tidak lama lagi.     
0

"Iya nak...," ucap Jalal dengan jujur.     

"Papa selama ini memang telah menderita sakit tapi Papa tidak pernah memberi tahuku dan Papa bilangan Papa akan baik saja jika keluarga kita utuh kembali..., hiks... hiks... hiks .....hiks...., jangan bilang jika Papa yang telah menjadi donor ginjal ku kemaren?" ucap Aira yang sudah berlinang air mata.     

"Tidak dek, aku dan Al yang telah mencarikan mu donor yaitu seseorang perempuan sebelumnua yang telah memiliki wasiat untuk mendonorkan ginjalnya pada orang yang lebih membutuhkan." ucap Ray dengan yakin.     

"Maafkan Papa nak, Papa juga telah mengalami penyakit ini sejak lama dan menut dokter terlah terjadi komplikasi, sulit lagi disembuhkan dan umur Papa sudah tidak lama lagi. Sebelum Papa meninggal Papa ingin melihat Al menikah dengan Rabia dan Aira bertunangan dengan Arkan." ucap Jalal.     

"Apa yang Papa katakan Papa akan baik-baik saja... hiks...hiks..hiks....," ucap Aira yang tentunya sangat sedih dengan ucapan Jalal.     

"Iya Papa, papa akan baik-baik saja..., Papa pasti sembuh." ucap Ray dengan yakin.     

"Iya mas harus berfikir positif agar cepat sembuh...., jangan berfikir negatif...,atau Mas sengaja ingin meninggalkan aku?" ucap Rahma yang saat ini dengan air mata yang mulai mengalir dipeluk matanya.     

"Maaf aku sayang... jika selama dalam hidup mu aku belum menjadi suami yabg baik untuk mu..., Kamu pasti bisa menemukan Pria yang pantas untuk menjadi pengganti ku.... nanti...," ucap Jalal yang tampak terlihat sedih melihat Rahma yang mulai menangis.     

"Tidak Mas..... jangan katakan itu....., aku tidak akan menikah dengan siapapun selain kamu, suami ku cuman kamu... hiks...hiks...hiks..." ucap Rahma Rahma sambil menangis pilu.     

"Nak Rabia mau kan menikah dengan Ray?" tanya Jalal pada Rabia.     

Sebenarnya Rabia masih ada sedikit keraguan tapi keraguan tanpa tidakkan tidak akan memberikan jawaban. lagi pula atas apa yang dilakukan Ray padanya tadi dan melihat sikap Ray yang sangat menyayangi orang tuanya membaut Rabia yang dan mantab untuk menerima lamaran Ray.     

Tapi kali ini bukan lamaran lagi melainkan langsung menikah, Sebenarnya Rabia sedikit ragu pada dirinya sendiri apakah sudah bisa dan sudah siap untuk menjadi istrinya yang baik untuk Ray.     

"Iya....., Om isya Allah Rabia siap." ucap Rabia dengan sedikit menunduk karena malu karena semua orang memperhatikannya.     

"Alhamdulilah. Kalau begitu akan nikah kalian akan diadakan dengan sederhana.... huk....huk...huk...huk.... nanti..huk..huk...." ucap Jalal sambil terbatuk-batuk.     

"Papa minum dulu...., Papa akan baik-baik saja...., Ray akan membawa Papa kerumah sakit." ucap Ray.     

"Jangan khawatir nak, Papa baik-baik saja. Papa juga telah menanyakan pada Arakan jika dia telah siap menikah dengan Aira, sebenarnya Arkan telah beberapa kali melamar Aira secara langsung tapi Aira tidak menjawabnya dan kali ini Papa lah yang meminta Arkan untuk datang segar kedua anak Papa bisa menikah secepatnya." ucap Jalal dengan suaranya yang mulai pelan.     

"Apa uang Papa katakan Papa akan baik-baik saja.... Aira tidak akan menikah dengan siapa pun jika sampai terjadi sesuatu hal yang buruk pada Papa...hiks...hiks...hiks...." ucap Aira yang menangis semangkin kencang.     

"Jangan menangis anak-anak Papa..., Papa akan bahagia jika melihat kalian bahagia... pesan Papa tolong sampaikan pada Rara untuk selalu menjadi istri yang sholeh. Jadikan anak-anak kalian kelak anak yang Sholeh dan sholaha panda ilmu agama dan Papa memiliki mimpi mempunyai anak-anak fan cucu yang Sholeh dan sholaha serta menjadi seorang hafidz yang berhati mulia." ucap Jalal.     

"Asalamuaikum om, Tante maaf Aku ibu dan ayah datang terlambat." ucap Arkan yang baru saja sampai.     

Saat ini Arkan bisa melihat semuanya orang berwajah sedih termasuk waniata yang sangat dicintainya Aira yang saat ini ada diperlukan Kak Ray dan Kak Rabia nya sedangkan menenangkan Tante Rahma.     

"Waalaikumussalam, kamu datang disaat yang tempat nak...., huk...huk...huk...," ucap Jalal sambil terbatuk-batuk dan bahkan mengeluarkan darah segar yang lumayan banyak.     

"Sahabat ku kamu telah datang dan kamu harus segera sembuh. Ayo kita kerumah sakit." ucap Muhammad pada Jalal.     

Bahkan semua orang yang anda ditempat ini pun baru mengetahui jika ayah mereka adalah sahabat lama.     

Rabia tidak tau lagi harus berkata apapun karena berdasarkan hasil pemeriksaannya memang banyak bagian tubuh dari Om Jalal yang mengalami komplikasi pasrah dan kerusakan walaupun jalan mendapatkan donor ginjal tapi komplikasi pada organ lainnya yang rusak fatal sangat sulit untuk disembuhkan, sehingga benar yang dikatakan oleh dokter yang telah menangani Jalal sebelumnya jika umurnya tidak akan lama lagi.     

Tapi sesungguhnya hanya Allah yang maha mengetahui segala sesuatu dan berdasarkan pemeriksaan Rabia tadi harusnya orang uang sudah mengalami komplikasi dan kerusakan organ tubuh yang cukup parah seperti Om Jalal hanya bisa terbaring di ranjang atau mungkin dalam keadaan koma karena selain kerusakan Ginjal Jalal juga mengalami gejala jantung koroner yang lumayan kekhawatiran.     

"Terimakasih telah datang kerumah ku... aku berniat menikah putra dan putri kita sesuai dengan keinginan ku beberapa bulan yang lalu saat berbicara pada mu." ucap Jalal.     

"Iya kita akan menyaksikan putra dan putri kita menikah tapi kamu harus sembuh." ucap Muhammad dengan wajah sedih.     

"Janji ku pada Allah akan segera sampai, tolong segera Mulai lah pernikahan mereka dihadapkan ku." ucap Jalal.     

"Kakak Om Jalal sakit apa?, Aku baru memberi tahu, jika akan terjadi pernikahan dadakan kita pada Kanaya dan bang Al. mereka saat ini mungkin dalam perjalanan ke sini." ucap Arkan dengan sedikit berbisik pada kakaknya.     

"Om Jalil mengalami komplikasi parah banyak organ tubuhnya yang mulai rusak dan seharusnya kita bersyukur karena beliau masih dalam keadaan sadar saat ini." ucap Rabia.     

"Pak penggunaan sedang dalam perjalanan mas." ucap Khadijah pada suaminya.     

"Sebaiknya pernikahan Arkan dan Aira terlebih dahulu karena penghulunya masih dalam perjalanan." ucap Muhammad pada sahabanya yang tentunya disetujui oleh semuanya orang.     

Aira tidak pernah berharap jika penikam dadakan akan semenyedih kan ini, bahkan hari ini Aira seharusnya mengunakan baju kebayanya untuk perkerjaan nya sebegai publik figur dan beauty vlogger selebgram dan YouTube.     

Tapi kebaya berwarna putih yang digunakannya saat ini adalah untuk acara pernikahan dadakannya dengan Arkan. Bahkan sebelum Aira tidak pernah berfikir jika dirinya akan menikah secepat ini.     

Seharusnya Abangnyaa yang lebih dulu menikah tapi ternyata Allah berkehendak lain, nyatanya saat ini Arkan lah uang telah berpengangan tangan dengan Papanya dan Papanya sendiri lah yang menikahkan mereka.     

"Saya nikahkan Arkana Fauzi Ahmad Bin Muhammad Abbas dengan anak kandung saya Aira Fitria Khairunisa dengan maskawin cuci berlian dan seperangkat alat sholat dibayar tunai." ucap Jalal dengan lancar tanpa terbatuk-batuk.     

"Saya terima nikahnya Anak kandung bapak Aira Fitria Khairunisa dengan maskawin tersebut." ucap Arkan dengan tegas tanpa gugup.     

"Bagaimana para saksi?" tanya Jalal pada hadirin yang menjadi saksi.     

"Sah..sah.. sah." ucap Ray dan Al yang paling terdengar jelas sedangkan yang lainnya juga berkata sah tapi tidak terlalu terdengar     

suaranya.     

Al dan Kanaya baru saja datang mereka datang disaat yang tepat dimana Arkan sedang melafalkan ijabkabulnya dan menjadi saksi atas penikahan Arkan dan Aira.     

Kanaya sangat ini telah berada di samping mamanya yang sedang menagis dan tanpa banyak tanya lagi Kanaya sudah mengetahui jika kondisi Papanya tidak baik-baik saja terbukti dengan wajah Papanya yang putih pucat terlihat bersinar tapi masih berusaha tersenyum manis pada mereka semua sakan dia sedang baik-baik saja.     

Kanaya setelah mendengarkan sedikit penjelasan dari Mamanya menap papanya dengan air mata yang mengalir tanpa diundang dan Kanaya langsung ingin memeluk Papanya dan ingin berkali-kali meminta maaf.     

"Laila ha ilallah... Muhammaddur rosullullah." ucap Jalal yang kemudian hilang kesadaran.     

"Papa.....," teriak Kanaya dengan nyaring, bagiamana tidak belum sampai Kanaya mendekat pada ayahnya tapi Ayah sudah kehilangan kesadaran.     

"Papa.... ," ucap Aira yang juga kaget karena Papanya yang sudah tidak memejamkan mata dengan tersenyum damai seperti orang tidur.     

"Papa... bangun pa... Kak Ray dan Kak Rabia belum nikah pa...hiks....hiks...hiks...., Papa saat ini Aira telah menikah dengan Arkan sesuai dengan keinginan Papa...hiks..hiks...hiks... papa jangan tidar....," ucap Aira yang menagis pilu begitu juga dengan Kanaya, Rahman, Rabia dan Khadijah yang ikut menagis.     

"Inalillahi wa innailaihi rojiun. Papa telah meninggal dek." ucap Ray yang telah memeriksa Jalal yang saat ini sudah tidak bernapas.     

Ray juga teramat sangat sedikit saat ini tapi berusaha untuk kuat, Karena saat ini semua tanggung jawab ayahnya telah pindah ke pundaknya. Ray tahu tugasnya saat ini adalah membahagiakan, dan menjaga adik-adiknya serta Mamanya dengan baik.     

"Inalillahi wa innailaihi rojiun...., sebaiknya kalian segera ijab sebelum kita memakamkan jenazah Jalal Karena itulah keinginan Jalal yang paling utama melihat Ray dan Rabia menikah." ucap Muhammad.     

Dengan keadaan yang saat ini masih berduka cita Ray duduk dengan disaksikan oleh keluarganya dan juga dibantu oleh pak penghulu yang baru saja datang dan jenazah Papanya yang tersenyum membuat Ray bisa dengan lancar mengucapkan ijab kabul.     

"Saya terima nikahnya Rabia Adiwiyata binti Muhammad Abbas dengan seperangkat alat sholat serta satu set perhiasan emas dan uang 50 juta dibayar tunai." ucap Ray dengan tegas.     

"Bagiamana para saksi?" ucap pak penghulu.     

"Sah..sah..sah.." ucap Al dan Arkan Dengan lantang.     

Al saat ini hanya bisa diam tanpa banyak bicara dan berusaha untuk menenangkan istrinya yang saat ini sedang menangis, sedang ibu mertuanya saat ini sedang menangis dan memeluk erat jenazah dari ayahnya yang sedang tersenyum hangat dengan wajah yang pucat serta bersinar.     

Saat ini hati Ray begitu kosong namun Ray tau akan ada banyak tangung jawab saat ini dipundaknya dan tentu saja Ray harus terlihat kuat agar dan tegar untuk menghadapi semua ini     

Rabia mengambil tangan laki-laki yang saat ini telah menjadi suaminya, walaupun a sedikit melamun dan terkejut Al tetap membiarkan Rabia mencium tangannya sebegai tanda bakti seorang istri pada suaminya.     

"Mas yang kuat ya... aku tau mas yang dari tadi cuman diam disini adalah mas yang paling terluka dan merasakan sakit " ucap Rabia dengan berbisik.     

"Terimakasih telah mengerti mas dek." ucap yang kemudian mengecup kening istrinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.