Raja Bucinnya Kanaya

Pasangan Bucin Izin pindah rumah



Pasangan Bucin Izin pindah rumah

Hari ini Al berniat untuk memboyong istri tercinta untuk pergi kerumah yang telah dipersiapkan oleh Al dari jauh-jauh sebagai tempat tinggal mereka.     

Walaupun pada hari ini Kanaya masih sedikit sakit karena ulahnya semalam,.Al berniat tetap ingin membawa Kanaya kerumah baru mereka lagu pula ada para bodyguard dan beberapa orang pelanggan yang akan membantunya membereskan barang-barang.     

Tentunya Al cukup menjaga Kanaya saja, Karena Kanaya sulit berjalan Al akan akan mengendong Kanaya dengan seneng hati, lagi pulang tubuh mungil Kanaya sangatlah ringan bagi Al.     

Saat ini semua orang telah berkumpul dimeja makan untuk sarapan di rumah orang tua Kanaya. Dan Al barusaja turun dengan mengendong Kanaya, sebenarnya Kanaya sudah menolak dan mengatakan bisa jalan dengan perlahan.     

Tapi tentunya sikap Al yang memang sangat tegas serta teramat menyayangi istrinya tidak tega jika melihat Kanaya berjalan tertatih, sehingga membuat Al memutuskan untuk mengendong Kanaya kemanapun yang dingin oleh Kanaya.     

Pada hari ini dan satu Minggu kedepan memang Al libur kerja untuk sementara karena membangun rumah tangga yang harmonis dengan Kanaya lebih penting dari apapun menurut Al.     

"Pengantin baru.... turun dari kamar d igendong....." ucap Aira yang mengoda adiknya.     

"Iya donk suami ku yang tampan ini memang sangat romantis." ucap Kanaya yang membanggakan Al.     

Al hanya bisa tersenyum melihat tingkah istrinya yang sangat menggemaskan, setelah sampai meja makan Al melepakan Kanaya di kursi yang berdekatan dengannya.     

"Iya yang udah nikah mah bebas." ucap Ray yang melirik Al.     

"Tentu beda... makannya cepet nyusul bro," ucap Al sambil tersenyum jail.     

"Iya bentar lagi Abang juga bakal nyusul kalian nanti jika persetujuan ta'aruf dari orang tua calon istrinya diterima." ucap Aira.     

"Papa mana ma?" tanya Kanaya.     

"Papa ada diatas Karena kurang enak badan jadi Papa akan beristirahat dikamar." ucap Rahma.     

"Semoga Papa cepet sembuh..." ucap Kanaya yang tentunya mendapatkan respon anggukan dari yang lainnya.     

"Papa akan baik-baik saja, karena tadi telah makan dan minum obat yang telah Mama bawakan. Saat ini Papa sedang istirahat agar keadaannya Mulai membaik."     

"Udah cerita-cerita nanti lagi, sekarang waktunya makan." ucap Rahman yang mengingatkan anak-anaknya.     

"Iya Ma...." ucap Aira.     

"Mas Al mau makan apa?" ucap Kanaya yang ingin mengambilkan makanan untuk suaminya.     

"Apa aja klo adek yang hidangkan pasti mas makan." ucap Al sambil tersenyum manis.     

"Hemmmmm, dilarang umbar kemesraan dihadapan jomblo." ucap Ray.     

"Bilang aja lo ngirimkan bro...?" ucap Al.     

"Iri gak ya... iri gak ya.... iri gak ya..., iri lah masak gak." ucap Al yang tentunya ingin ada pasang hidup juga akan bisa bersikap romantis seperti Al dan Kanaya saat ini.     

"Kan bentar lagi Abang nyusul...." ucap Kanaya.     

"Iya juga ya harusnya yang iri tu dek Aira..., yang belum dapat kepastian dari Arkan." ucap Al.     

"Bukan Aira yang gak dapat kepastian, tapi Aira yang tepatnya menggantungkan harapan Arkan." ucap Al yang mengingat kejadian dimana Arkan ingin melamar Aira tapi Aira malah diam dan pergi.     

"Apakah kalian tidak dengar sebelumnya Mama menyuruh kita untuk makan." ucap Aira yang malah membahas tentang hubungannya dan Arkan saat ini.     

"Iya ayo kita makan, aku udah lapar banget." ucap Kanaya.     

"Iya makan aja loh dek...," ucap Ray.     

Kanaya hanya mengangguk dan mulai makan, dan tentu saja bersama dengan yang lainnya yang juga mulai makan. Al juga makan dengan sangat lahap karena memang merasa sangat lapar pagi ini.     

"Mas mau tambah lagi ayam gorengnya?" tanya Kanaya yang telah melihat ayam goreng tepung yang ada di piring suaminya telah habis.     

"Boleh." ucap Al.     

"Dunia terasa milik berdua..., yang lain cuman ngontrak." ucap Ray.     

Kanaya hanya bisa tersenyum mendengar ucapan dari abangnya yang menurutnya sangat menggelikan, lagu pula saat ini Kanaya hanya sedang praktek seperti yang Mama yang selalu melayani Papa dengan baik.     

"Gak gitu juga Bang." ucap Kanaya.     

"Mama mau lihat keadaan papa dulu ke atas, kalian lanjutkan makannya jangan ngobrol terus saat makan takut ke selek." ucap Rahma yang kemudian pergi.     

"Iya Ma....," ucap Ray yang memang dari tadi lebih banyak Bicara.     

Senarnya Ray juga sedikit khawatir dengan keadaan Papannya yang belakangan ini memang sering kurang enak badan, sedang Ray berniat untuk mengajak Ta'aruf Rabiah malam ini juga.     

Semalam Ray telah bicara pada Papanya dan Papa menyetujuinya jika malam ini mereka akan silaturahmi kerumah Rabia tentunya sesuai keinginan Al.     

Setelah itu semuanya fokus pada makanan mereka masing-masing sampai semua makanan yang ada di piring mereka masingmasing habis.     

Al memulai percakapan kembali yang ingin memberatkan keinginannya untuk membawa istrinya tercinta untuk pergi dan tinggal kerumah mereka.     

"Oh iya...., bentar lagi kita siap-siap buat pindah rumah ya Dek...," ucap Al yang baru kali ini memberi tahu Kanaya secara langsung.     

"Hari ini Mas?, kenapa gak besok aja?" ucap Kanaya.     

"Hari ini donk....., karena aku janjinya hari ini." ucap Al.     

"Lo dadakan banget bro bawa adek bontot gue pergi....,. takut di gangu kan... Lo?" ucap Ray yang sebenarnya tidak ingin Kanaya pergi dari rumah ini karena memang Kanaya belum lama tinggal di rumah ini.     

Ray sudah terbiasa bersikap jail kepada kedua adiknya, jika salah satu diantara mereka Pergi tentu saja Ray pasti mereka ada yang kurang lengkap. Tapi saat ini Kanaya telah menikah dan tentunya saja Kanaya wajib taat pada suaminya.     

"Gak kok, aku cuman mau nunjukin ke istri ku yang cantik ini, jika rumah impian yang aku bangun buat tempat tinggal kami dan anak-anak kami nanti sudah jadi dan kami bisa tinggal di sana." ucap Al yang menjelaskan keinginannya.     

"Yah bentar lagi bakalan sepi ni rumah..." ucap Aira yang sebenarnya juga tidak rela berpisah dengan saudarinya.     

"Tiap minggu kita kan bisa kumpul bareng, boleh kan Mas?" ucap Kanaya yang meminta izin pada Al.     

"Boleh dong....," ucap Al. Tentu saja Al tidak akan melarang Kanaya untuk bertemu dengan saudara dan orang tuanya.     

Karena atas izin Allah dan karena merekalah akhirnya Al dan Kanaya menikah. Al memang seumur hidupnya hanya akan menikah dengan seorang wanita cantik yang benar-benar dicintainya yaitu sosok Rara kecil yang tidak lain adalah Kanaya atau Aurora.     

"Kalau sampai gak boleh awas aja lo bro dan apalagi sampai bikin adek bontot gue nangis, gue hajar habis-habisan Lo." ucap Ray yang kali ini terdengar serius.     

Tentu Ray sebagai seorang kakak hanya berniat untuk menjaga dan melindungi adiknya. Ray tidak peduli siapapun orang yang telah membuat adik-adiknya atau keluarganya bersedih tentu saja Ray akan langsung turun tangan.     

Al sangat senang karena Ray yang menjadi kakak iparnya setidaknya selama ini Al merasa jika Kanaya selalu dikelilingi oleh orang yang benar-benar menjaganya.     

Tentu saja Al tidak akan pernah membuat Kanaya bersedih apa lagi menangis, karena Kanaya sangat berharga baginya. Kanaya adalah setengah dari hidupnya menyakiti Kanaya sama saja membunuh hidupnya secara perlahan.     

"Abang tidak perlu hawatir mas Al tidak pernah melakukan hal itu." ucap Kanaya yang meyakinkan Ray.     

"Iya istriku kamu sangat benar, lagi pula melihat mu sakit sama saja dengan membunuh hidup ku secara perlahan." ucap Al yang langsung menghadiahi kecil pada pucuk kepala istrikanya yang sangat ini telah dibalut hijab sederhana.     

"Alhamdulilah klo gtu...., tumben dirumah juga pakai hijab?" tanya Aira penasaran pada adiknya yang memang dari kemaren terlihat sedikit berbeda tampak lebih adek cantik dengan balutan hijab.     

"Iya sekarang Kanaya bakalan pakai hijab terus kecuali didepan Suami ku saja." ucap Kanaya.     

"Alhamdulilah adek bontot gue udah belajar nutup aurat sekarang." ucap Ray yang tentunya merasa sangat senang.     

Aira sebenarnya juga ada niat untuk mengenakan hijab tapi kadang ibadah dan sholat Aira masih kurang sempurna sehingga membuat Aira kurang percaya diri jika harus mengunakan hijab terus.     

"Sebenarnya aku juga pengen pakai hijab tapi aku merasa jika diriku belum baik dan belum layak." ucap Aira.     

"Hijab cara Allah untuk menjaga kita yang istimewa dan fungsi ini untuk menutup aurat kak Aira, bukan penentu sifat seseorang. lagi pula dengan belajar mengenakan hijab kita bisa membenahi ibadah dan tingkat laku kita dengan perlahan-lahan." ucap Kanya sambil memeng hijabnya .     

Sebenarnya baru kali ini Aira merasa memiliki adik perempuan yang mendukungnya, dan dengan panggilan Kanaya yang barusan memangilnya kakak dan mengingatkannya tentang fungsi hijab membuat Aira merasa beruntung memiliki saudari yang selalu mengingatnya pada Allah dan kebaikan.     

"Iya dek.... kamu bisa belajar, tapi ingat jika sudah ditutup jangan diumbar-ubar lagi." ucap Ray.     

Ray hanya tidak siap nanti jika ditanya malaikat dihari pertimbangan tentu dirinya yang tidak mengingatkan Aira untuk menutup aurat . Karena memang ada 4 laki-laki yang bertanggung jawab akan untuk mengarahkan saudari perpuannya kejalan Allah yaitu: ayah dari si perempuan, kakek dari si perempuan, saudara laki-laki dari saudara perempuannya dan paman dari perempuan.     

Ray tentunya tidak ingin jika adiknya terseret dan masuk neraka hanya karena masalah aurat. Ray juga merasa beruntung jika saat ini wanita yang akan dipersuntingnya sebentar lagi telah mengenakan hijab sehingga lebih terjaga dan lebih mudah dikenali.     

"Aku akan berusaha belajar dengan perlahan-lahan." ucap Aira dengan yakin.     

lagi pula selama ini Aira merasa sangat bersyukur karena Allah telah menyembuhkan penyakitnya yang telah lalu dan diberikan kesempatan berubah menjadi seorang hamba yang lebih baik lagi.     

Kanaya sangat merasa senang karena mendengar jika kakak perempuannya saat ini akan segera berhijrah juga. Setidaknya Aira sudah punya keinginan untuk berhijrah menjadi lebih baik itu sudah cukup untuk Kanaya.     

Al yang tentunya selama ini juga menganggap Aira sebagai seorang adik karena Aira adalah adik dari Sahabatnya. Tapi Allah yang maha menentukan ternyata saat ini Al lah yang menjadi adik Aira karena Al telah menikah dengan Kanaya yang merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara ini.     

"Papa sudah baik-baik saja?"tanya Al yang pertama kali melihat Papa mertuanya sedang menuruni tangga bersama dengan Mama mertuanya.     

"Papa baik-baik saja nak, Papa merasa bosan dikamar sehingga Papa lebih memilih untuk menonton TV bersama Mama kalian mumpung hari ini masih libur kerja." ucap Jalal.     

"Alhamdulilah jika keadaan Papa sudah mulai baik, kami sekalian minta izin untuk pergi kerumah baru kami." ucap Al yang sudah tidak sabar ingin tinggal di rumah barunya bersama dengan Kanaya.     

"Secepat ini?" ucap Jalal yang tentunya merasa jika putri bungsunya itu baru beberapa hari dirumah ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.