Gelora Gairah [R18+!]

Vivadhi Ranata



Vivadhi Ranata

0Vivadhi Ranata (Umur 69 Tahun) adalah seorang Pemilik Perusahaan Game yg gila kerja.     
0

Sampai- sampai saking asyik dan sibuknya dia bekerja hingga dia pun akhirnya kurang memberikan perhatian kepada keluarganya sendiri.     

Pada suatu hari, dia mencoba untuk pulang kerja lebih awal untuk merayakan hari ulang tahun pernikahannya bersama dengan keluarganya yang telah lama tidak mendapatkan waktu kumpul - kumpul bersama yang berkualitas dengan dirinya.     

Namun, saat dia masuk ke dalam rumahnya yang megah nan mewah yang terletak di kawasan elite di dalam wilayah kota metropolitan, dia mendapati istrinya yang lebih muda 10 tahun dari umurnya dan telah dinikahinya selama 39 tahun tersebut sedang berselingkuh dengan pria lain.     

Karena kalap dan gelap mata, sang lelaki pun langsung mengamuk tanpa ampun, menghajar istri & selingkuhannya tersebut secara brutal hingga melemparkan mereka berdua keluar dari rumahnya.     

Hal ini kemudian berujung pada gugatan perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga yg diajukan oleh istri dan anak - anaknya.     

Akhirnya karena depresi, dia pun kemudian memilih untuk pensiun dari tempat kerjanya.     

Setelah mengambil uang pesangon yang berjumlah sangat besar hingga cukup untuk dipakai berfoya – foya selama sisa hidupnya, Vivadhi Ranata pun pergi untuk hidup menyepi sendirian ke sebuah desa yang sangat terpencil.     

Namun pada suatu malam penuh takdir yang sangat istimewa, yaitu tepatnya pada malam Samhain atau yang lebih populer disebut dengan sebutan Halloween atau All Hallow's Eve, yang kebetulan juga jatuh bersamaan dengan Hari Raya Tumpek Krulut dan Purnama Sasih Kalima atau yang disebut juga dengan Purnama Ashwin, yang sekaligus juga merupakan Purnama Rembulan Biru (Blue Moon) pada tanggal 31 Oktober 2020, pada saat sang lelaki sedang merenungi nasibnya dan membulatkan tekad untuk membuka lembaran hidup baru yang lebih baik, Vivadhi Ranata melihat sebuah "bintang jatuh" yg jatuh di sebuah Gunung yang terletak di belakang rumahnya. . . .     

Dengan sigap dan cekatan, dia pun langsung menyambar senter dan sebatang tongkat bambu sepanjang satu setengah meter miliknya dan bergegas pergi kesana untuk memeriksa tempat tersebut....     

Sementara itu...,     

Di Alam Keabadian Sejati.     

.     

.     

.     

"Fu Cek...." Asmadhi berdecak dan menjentikkan lidahnya sambil terpaku melihat Biji Dadu Istimewa miliknya jatuh hingga menembus Tiga Puluh Tiga Lapis Surga.     

"Sayang? Kok dadunya gak diambil? Apa perlu aku yang turun mengambilkannya?" kata Anahita Kiseki menawarkan diri.     

"Jangan.... Aku ada ide bagus nih. He he he he." Cegah Asmadhi sambil mengangguk - anggukkan kepalanya sambil menyunggingkan senyum nakalnya yang khas di bibir.     

"Adhi.... Jangan bilang kalau kamu mau mengusir kebosanan dengan melihat bagaimana jadinya kalau Artifak Kelas Dewa seperti itu sampai jatuh ke dunia para mortal...." Kata Anasuya Chikane sambil melirik suaminya yang sedang mengusap – usap tangannya seperti seorang anak kecil yang sedang menantikan keisengan nya untuk berbuah hasil.     

"He he he, Anasuya Chikane sayang.... kamu memang yang paling mengerti diriku.... [Cup]" Kata Asmadhi sambil dengan nakal mencuri kesempatan untuk mencium bibir lembut nan ranum milik istri keduanya tersebut.     

"Aaakh... Curang.... Aku juga mau...!" Anahita Kiseki sang istri pertama yang melihat hal tersebut pun dengan secepat kilat langsung menyambar bibir suaminya yang baru saja lepas dari bibir istri kedua nya dan memberikan pagutan penuh cinta kepada suaminya tercinta tersebut.     

"Aish.... Istri pertamaku ini memang sungguh ganas sekali. Ahoy! Tapi aku suka!" kata Asmadhi dengan penuh sukacita.     

Tak butuh waktu lama hingga Tiga Orang Dewa ranah Beyond True God ini saling bercumbu asmara penuh hasrat membara.     

.     

.     

.     

.     

Sementara itu....,     

Mari kita kembalikan lagi sudut pandang kita ke dunia para mortal.     

.     

.     

.     

Jagat Mayapada,     

Tanah Nusantara, Negara Kepulauan Terbesar di Dunia.     

Jawa Dwipa, Pulau Terluas Ke - 13 di Dunia.     

Desa Jambawana,     

Tanggal 31 Oktober Tahun 2020 menjelang tengah malam....     

Sebuah dunia yang merupakan dunia paralel dari Bumi, dimana teknologi dan sihir bercampur menjadi satu.     

Untuk mudahnya, bayangkan saja Planet Bumi kita dengan segala gemerlap kehidupan modern di jaman milenial yang mewarnai peradaban manusia, dengan banyak nya misteri dan rahasia mistis yang tersembunyi di tempat – tempat yang belum terjamah oleh tangan – tangan manusia, sebut saja Misteri Danau Loch Ness, Segitiga Bermuda, Makam Pharaoh, Gunung Keramat Kunlun, hingga konten lokal seperti Hutan Larangan, Kerajaan Ratu Pantai Selatan dan Misteri Mak Lampir semuanya menjadi sebuah misteri penuh keajaiban dan keanehan yang nyata di dunia ini.     

Di dunia yang penuh dengan keanehan mitos rakyat tradisional yang bercampur dengan kemajuan teknologi modern ini, seorang paruh baya berumur 69 tahun yang masih kuat dan sigap seperti seorang anak muda menyusuri hutan yang gelap di belakang rumahnya....     

Dengan lampu senter yang menyala menggantung terikat di tangan kirinya dan sebatang tongkat bambu sepanjang satu setengah meter di tangan kanannya, lelaki tua tersebut dengan lihai menyibak hutan di area pegunungan yang berada dekat dengan rumahnya tersebut, mencoba mencari jejak – jejak sebuah benda misterius yang diyakininya telah jatuh di tempat tersebut....     

Setelah satu muhurta (48 menit) waktu berjalan, sang lelaki yang sedang menyusuri hutan yang gelap remang – remang diterangi oleh cahaya bulan purnama di langit dan senter di tangan kirinya, lelaki tua itu akhirnya melihat ada sebuah cahaya enam warna yang berpendar di kejauhan.     

Dengan nafas memburu namun penuh kehati – hatian, didekatinya tempat tersebut yang telah menjadi kawah cekung selebar 12 meter dengan kedalaman sekitar 6 meter, dengan sebuah benda kotak yang bersinar dengan enam warna di bagian tengah nya yang merupakan bagian terdalam dari kawah tersebut.     

Dengan perlahan, lelaki paruh baya tersebut menuruni kawah yang membentuk cekungan landai seperti sebuah parabola tersebut.     

Dilihatnya dengan seksama bahwa meskipun tanahnya telah terangkat dan tergali hingga sangat dalam, namun akar – akar dan bagian - bagian dari tumbuh - tumbuhan yang ada di area tersebut yang juga terlihat ikut terangkat berserakan di sekeliling kawah tetap dalam kondisi yang baik.     

Tidak ada tanda – tanda hangus baik dari penampilan maupun baunya, seolah tanah ini terangkat hingga membentuk kawah adalah murni karena kuat nya hantaman dari benda yang jatuh dari langit tersebut.     

Tidak ada juga tanda – tanda terbakar dan sepertinya benda itu aman untuk didekati tanpa perlu mengkhawatirkan soal isu radioaktif, sinar gamma, atau pun tetek bengek lainnya yang katanya sering kali menempel pada benda - benda angkasa yang jatuh menembus atmosfer bumi.     

"Ah, toh juga aku ini sudah tua, apa lah lagi yang perlu aku takutkan.... Aku juga sudah hidup cukup lama. Biar lah aku memuaskan rasa ingin tahu ku ini..." Gumam lelaki tua itu sambil menghela nafas panjang untuk melepas lelahnya.     

Akhirnya, sampai lah juga dia di tengah kawah tersebut.     

Dengan tangan yang gemetar karena rasa was – was, penasaran, dan juga sedikit pengharapan, diraihnya benda kotak yang bersinar dengan enam warna tersebut.     

"Ini.... Dadu...?" Tanya lelaki tua itu, dengan nada sedikit tidak yakin sambil mengamati setiap bagian dari kotak kecil yang berukuran pas segenggaman tangannya tersebut.     

Benda kecil berbentuk kubus sempurna tersebut memiliki enam sisi dengan warna yang berbeda – beda, merah, jingga, kuning, hijau, biru dan ungu.     

Masing – masing sisi memiliki gambar semi transparan seperti stiker hologram berwarna perak dengan semburat keemasan yang terkesan begitu mewah dan sangat royal.     

Ada gambar sebilah pedang, sepasang cakar binatang yang terlihat seperti cakar beruang, tiga buah bintang jatuh yang tersusun berbaris secara diagonal, sekuntum bunga yang memiliki empat lembar kelopak, sebuah gunung yang memiliki lima puncak di atasnya yang tersusun seperti sebuah mahkota serta dikelilingi oleh empat butir permata berbentuk wajik di keempat sudutnya, dan terakhir adalah sebuah lingkaran hexagram dengan gambar hati berjalin sebuah pita di tengahnya.     

"Wow.... Ini adalah sebuah mahakarya seni yang luar biasa.... Siapa pun yang membuat benda ini pasti lah bukan orang biasa..." Gumam sang lelaki, yang dengan penuh takjub mengamati benda aneh nan artistik yang kini berada di dalam genggaman tangannya tersebut.     

Sementara itu..., di tempat Kediaman Tiga Dewa, Asmadhi, Anahita Kiseki dan Anasuya Chikane dengan Mata Surgawi Pengamat Seluruh Langit [Watchful Eyes of All Heavens] milik mereka masing – masing melihat adegan tersebut dari tempat mereka berdiri di pingiran alam semesta.     

.     

.     

.     

"Bagus, Bagus sekali...! Ternyata orang yang menemukan barangku ini mengerti juga yang namanya karya seni ya! Hm hm hm, seleranya paling tidak sudah menyamai satu per triliun level seleraku lah!" Sang Dewa Asmadhi yang dengan penuh narsisme memuji selera seni Pak Tua itu yang sedang memungut biji dadu miliknya tersebut sambil tidak lupa memuji dirinya sendiri.     

Melihat tingkah suami mereka yang sangat kekanak – kanakan ini, Anahita Kiseki dan Anasuya Chikane cuma bisa menutup mata sambil bergumam, " Asmadhi.... Asmadhi.... Dari dulu kamu itu tidak berubah juga, umurmu sudah Empat Juta Tahun dan kamu masih saja narsis seperti seorang bocah...."     

"Hmmm..., Good, Good! I Approve! Saya terima Pak Tua itu sebagai Pemilik Sah dari Divine Crest Dice milikku ini untuk dia pergunakan dengan sebagaimana mestinya! Svaha!" dengan mengucapkan kalimat persetujuan yang membentuk sebuah Hukum Ilahi, Sovereign of OverGods Asmadhi, seorang Ultimate Beyond True God memberikan sabda sucinya kepada seorang mortal di dunia fana untuk memiliki salah satu Artefak Dewa miliknya.     

Mari kita kembali lagi ke dunia Mayapada.     

.     

.     

.     

Vivadhi Ranata, seorang lelaki tua berusia 69 tahun, yang mempensiunkan dirinya sendiri setelah dicerai istrinya....     

(Vivadhi Ranata: Bagian yang ini gak usah disebut juga kali, Kampang!!!! Sakit Tahu!!!!)     

( Penulis: Te Hee :p)     

Ok, sudah cukup bercandanya, Vivadhi Ranata, yang saat ini sedang berdiri di tengah kawah di bawah terangnya cahaya bulan purnama, menyaksikan dengan takjub pemandangan ajaib di hadapannya.     

Dadu yang tadi dipegang di dalam genggaman tangannya tiba – tiba melompat ke luar dan melayang sejauh setengah meter tepat di depan matanya.     

Dadu tersebut pun kemudian mulai berputar dengan cepat seperti sebuah gasing sambil mengumpulkan cahaya emas gemerlapan yang berjatuhan dari langit seperti lautan bintang kecil di langit malam....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.