Gelora Gairah [R18+!]

Malam Kedua di Padang Harta X



Malam Kedua di Padang Harta X

Semakin lama remasan - remasan di antara pelukan tubuh Vivadhi Ranata dengan Nadhine Aisyah menjadi semakin erat.     

Tubuh kedua insan yang sedang dimabuk asmara tersebut semakin lama menjadi semakin merapat dan dengan sangat jelas dapat terasa kalau tubuh sang gadis juga ikut menjadi semakin memanas.     

Entah oleh nafsu atau pun oleh hasrat yang tertahan, entah lah.     

Tapi tentu saja Vivadhi Ranata tidak akan menyia-nyiakan kehangatan yang telah disuguhkan dengan begitu lezat oleh gadis yang sedang berada di dalam rangkulannya ini, meski usia Nadhine Aisyah belum begitu matang, tapi yang namanya gadis muda itu pasti rasanya akan selalu nikmat.     

Nadhine Aisyah memang belum lah menginjak usia dewasa, masih berada dalam kategori belasan tahun, tapi tak kusangka gadis cantik nan montok ini telah mampu memancarkan kehangatan dan hasrat memadu cinta yang begitu bergelora dan panasnya berkobar - kobar dengan begitu dahsyat di malam ini.     

"Ranata… Ayo dong...., kita mulai yuk." Ajak Nadhine Aisyah dengan penuh nada manja mencoba merajuk kepada sang lelaki yang begitu dicintainya itu.     

Senyuman manis dari paras wajah Nadhine Aisyah yang begitu cantik jelita dengan rona kemerahan membuat sang gadis tak hanya kelihatan manis tapi juga agak genit.     

Vivadhi Ranata tersenyum pertanda setuju, sang lelaki pun juga sudah tidak sabar untuk bisa menikmati erotisme tubuh indah muda belia sang gadis malam ini.     

Maka, seperti orang kesetanan sambil berpelukan dengan erat Nadhine Aisyah dan Vivadhi Ranata berciuman dan saling meraba - raba satu sama lain dengan begitu binalnya.     

Lalu dengan tatapan mata yang begitu haus akan kenikmatan hasrat, Nadhine Aisyah pun melepaskan dirinya dari pelukan Vivadhi Ranata, sebelum dengan perlahan tapi pasti membalik tubuhnya menghadap sang lelaki.     

Vivadhi Ranata memandang penuh nafsu sambil mengagumi keindahan tubuh belia Nadhine Aisyah dengan kulitnya yang putih mulus dan lekak - lekuk paha serta payudara yang sudah terlihat begitu ranum padat berisi tersebut.     

Nadhine Aisyah sendiri juga memandang tubuh perkasa Vivadhi Ranata yang dipenuhi oleh otot - otot padat yang terlihat seperti pahatan - pahatan yang begitu artistik sembari menatap sekujur tubuh sang lelaki mulai dari wajahnya yang begitu tampan mempesona kaum hawa dan perlahan - lahan turun menyusur ke arah bawah hingga tiba di selangkangan sang lelaki tempat misil iskandar miliknya sudah bertahta dan siap untuk meluncur kapan saja.     

Tak lama kemudian Nadhine Aisyah kembali saling berpelukan dan sang gadis dengan perlahan membaringkan tubuh lembutnya di atas matras.     

Nadhine Aisyah mengambil posisi badan berada di bawah sang lelaki dalam posisi tradisional.     

Siap dan menanti dengan penuh pengharapan untuk segera dimasuki oleh Vivadhi Ranata yang begitu dicintainya.     

"Sedari tadi kami menonton kamu dengan mereka… aku selalu membayangkan kalau sedang melakukannya bersama dengan dirimu, Ran...." Bisik Nadhine Aisyah dengan begitu lembut di telinga sang lelaki, kedua tangan sang gadis melingkar erat di leher Vivadhi Ranata, sementara pipinya yang kenyal dan mulus itu menempel erat di pipi sang lelaki.     

"Oh? Terus?" jawab Vivadhi Ranata sambil mencium pipi hangat nan kenyal sang gadis.     

Saladhina Olivia menganggukkan kepalanya sambil menggesekkan pipinya dengan pipi sang lelaki.     

"Kadang saat membayangkan dirimu, rasa nikmatnya terasa begitu jelas seolah dirimu sedang merasuki tubuhku…. Kalau begitu aku suka… emmh.. langsung basah, Ran...."     

"Oho, langsung basah?" Goda sang lelaki sambil mengecup lembut telinga sang gadis sebelum mulai mengulum daun telinganya sembari pipi mereka berdua saling bergesekan menciptakan kehangatan yang terasa selembut sutra.     

"AAhhhhh.... Ranata.... Iya… coba deh kamu rasakan, Ran....." Nadhine Aisyah mendesah menikmati nikmatnya kuluman sang lelaki di daun telinganya yang sudah menjadi begitu sensitif, sang gadis kemudian melanjutkan perkataannya sambil menggerakkan pantatnya yang sungguh bohay menggoda iman tersebut, menggesek - gesekkan tumpukan bibir kembang di tengah - tengah lembah selangkangannya dengan batang misil iskandar sang lelaki.     

Oh, sungguh terasa hangat dan basah.…     

"Sedari tadi, aku sudah membayangkan dirimu terus Ran.... Emh hhmmm… Lalu tanpa sadar 'saudari kecilku' ini pun…. sudah begitu basah…" Lanjut Nadhine Aisyah sambil mendesah penuh nikmat saat daun telinga sang gadis digigit lembut oleh sang lelaki.     

Vivadhi Ranata pun terus menciumi daun telinga Nadhine Aisyah, membuat sekujur tubuh indah sang gadis seolah - olah seperti sedang merinding, segenap badannya menggelinjang dengan begitu hebat karena getaran - getaran kenikmatan yang dirasakan oleh Nadhine Aisyah.     

"Ehmm ahhhh…" bisik Nadhine Aisyah melanjutkan perkataannya di tengah - tengah desahan basah yang keluar dari mulutnya, "Dari tadi aku udah keluar banyak sekali, sampai membasahi selangkanganku semua… sekarang juga masih begitu, Ran...."     

Tentu saja, Vivadhi Ranata yang ujung misil iskandarnya saat ini sedang bergesek - gesekan dengan lembah selangkangan Nadhine Aisyah telah ikut merasakan itu semua, sebuah sensasi yang sangat hangat dan basah.     

Dengan perlahan - lahan, sang lelaki pun iseng menyelusupkan salah satu jarinya ke daerah sakral sang gadis.     

Rasanya begitu hangat, kental, dan becek, seolah seperti sang lelaki sedang memasukkan jarinya ke dalam seember lumpur spa yang terasa begitu hangat dan nikmat.     

Tak disangka, Nadhine Aisyah yang biasanya terlihat begitu enerjik dibandingkan dengan saudara kembarnya ini ternyata juga mampu menyimpan bara birahi yang begitu panas.     

Sebuah hasrat yang sedari tadi dia pendam selama sang lelaki menggilir tiga orang wanita lain di hadapan sang gadis bersama dengan saudara kembarnya.…     

"Masukkan punyamu dong, Ran!" pinta Nadhine Aisyah dengan seruan penuh nafsu.     

"Aku udah gak tahan lagi nih, sedari tadi aku sudah menahan rasa terhadapmu… Ayo dong, jangan sia-siakan malam ini… Walau cuma sebentar, aku pasti akan puas…."     

Sekujur tubuh Nadhine Aisyah menggelinjang sekali lagi, sang gadis lalu membetulkan posisi berbaring tubuhnya di atas matras dan membuka pahanya sedikit lebih lebar lagi, memamerkan lembah indah selangkangannya agar dengan mudah sang lelaki dapat meluncurkan misil iskandarnya ke dalam liang cinta sang gadis yang sudah menjadi begitu hangat, kental, basah dan becek tersebut.     

Dan dengan tanpa basa - basi lagi, Vivadhi Ranata pun meluncurkan misil iskandarnya menembus dua lembar gerbang suci di tengah - tengah selangkangan sang gadis yang dengan penuh suka cita membukakan dirinya untuk dibobol oleh sang lelaki.     

Misil Iskandar yang sudah menjadi begitu keras dan panas tersebut pun meluncur dengan mulus memasuki liang cinta Nadhine Aisyah.     

Misil Iskandar Vivadhi Ranata terus masuk dan membenam sambil ke tempat yang paling dalam di area paling pribadi Nadhine Aisyah.     

Sang gadis pun dengan spontan mengetatkan cengkraman otot - otot yang tersusun di sepanjang dinding liang cintanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.