Gelora Gairah [R18+!]

Malam Kedua di Padang Harta I



Malam Kedua di Padang Harta I

0Faladhina Kiseki telah menyandarkan punggungnya di dinding terpal kemah, gadis itu duduk sambil memeluk kedua lututnya.     
0

Tubuhnya yang indah terbuka lebar dengan segala kecantikannya terpamerkan di depan mata Vivadhi Ranata.     

Menampakkan kedua paha sang gadis yang begitu putih mulus dan montok menggoda.     

Sementara tumpukan daging putih kemerahan yang menyembul di tengah - tengah lembah indah selangkangannya tampak sudah berkedut - kedut dengan penuh ketidak - sabaran, begitu antusias untuk digarap oleh sang lelaki yang telah merebut hati sang gadis dari dadanya tersebut.     

Dengan paras wajahnya yang cantik memperlihatkan ekspresi penuh antusias dan kepala yang sedikit menengadah yang disertai dengan tatapan matanya yang terlihat begitu sendu menggoda iman, sang gadis pun berujar lirih....     

Ayo sayang.... Masukkanlah, Ran! Aku sudah tak sabar ingin menikmatinya.     

Vivadhi Ranata hanya tersenyum saja melihat tingkah manja nan menggoda dari gadis setengah dewa tersebut.     

Sang lelaki tampak berkeliling ruangan menaruh spirit stone disana sini sambil menyusun Formasi Pengumpul Energi, formasi tersebut akan sangat berguna untuk menggenjot kultivasi mereka semua selagi sang lelaki asyik menggenjot tubuh para wanita nya satu per satu.     

Tak tanggung - tanggung, sang lelaki menghabiskan semua spirit stone yang mereka kumpulkan hari itu juga untuk membangun formasi yang masif dan berlapis - lapis untuk mendapatkan manfaat yang sebesar - besarnya!     

Setelah malam ini berakhir, semua pasti bisa naik tingkat lagi! Pikir Vivadhi Ranata.     

Beberapa menit kemudian pun telah berlalu dan Vivadhi Ranata telah selesai memasang formasi spiritual yang diinginkannya.     

Faladhina Kiseki yang melihat sang lelaki sudah selesai dengan urusannya bertingkah semakin manja dan nakal.     

Dengan bertelanjang bulat di depan mata para wanita yang lain, dengan tanpa malu - malu Faladhina Kiseki memperlihatkan sisi binalnya yang hanya pernah dilihat oleh sang lelaki beserta para kekasihnya.     

Sungguh sebuah teladan yang sangat menginspirasi bagi para saudarinya yang lain, terutama Saladhina Olivia yang masih malu - malu kucing dalam soal hubungan intim rame - rame.     

Sang Gadis Penyihir walaupun sudah bertelanjang badan tanpa sehelai benang pun, namun kedua tangannya masih dengan penuh rasa malu menutupi kedua payudaranya yang ranum dan lembah selangkangannya yang begitu indah.     

Padahal gadis - gadis yang lain dengan bebasnya telah membiarkan tubuh telanjang bugil mereka terpamerkan tanpa ada yang disembunyikan, sembari mereka mengambil posisi mereka masing - masing, mencari kenyamanan sambil menunggu giliran untuk digarap oleh sang lelaki, tentu saja sambil menonton adegan panas yang tersaji di hadapan mata mereka semua.     

Dan dengan disaksikan oleh empat pasang mata di dalam kemah tersebut, tubuh indah Faladhina Kiseki pun mulai bergelut dengan tubuh perkasa milik Vivadhi Ranata di tengah - tengah ruangan dengan beralaskan sebuah matras lembut yang dilapis terpal.     

Dengan penuh nafsu Vivadhi Ranata menekankan tubuhnya yang perkasa menindihi tubuh indah nan lembut gadis itu.     

Faladhina Kiseki dengan penuh senyum pun membalas nya dengan merengkuh leher sang lelaki dan menciumi bibirnya dengan penuh nafsu.     

Tubuh indah nan lembut Faladhina Kiseki terasa begitu panas dan membara oleh api hasrat penuh gairah, dengan bertubi-tubi Vivadhi Ranata menciumi leher, pundak dan kedua buah dadanya yang begitu kenyal dan besar ranum menggoda tersebut.     

Faladhina Kiseki hanya melenguh - lenguh penuh nafsu sambil melepaskan nafasnya yang menderu.     

Setiap remasan - remasan tangan dan kuluman lidah serta ciuman bibir sang lelaki yang mendarat di tubuh indah sang gadis, semuany tersebut selalu diiringi oleh erangan penuh kenikmatan yang keluar tanpa henti - hentinya dari bibirnya yang begitu ranum manis menggoda.     

Faladhina Kiseki melengkungkan punggungnya ke atas, semakin menekankan kedua buah dada miliknya yang membulat dan putih lembut tersebut dengan wajah tampan sang lelaki yang sedang menciumi bagian lembah di antara kedua belah payudara sang gadis.     

Dengan tangannya, Faladhina Kiseki kemudian mengarahkan kedua belah payudaranya tersebut hingga menjepit wajah sang lelaki dan mengarahkan kedua puting susunya yang telah mengeras bagaikan butiran - butiran permen di atas kue mochi hangat nan lembut ke arah mulut sang lelaki.     

Dengan rakus sang lelaki pun mengulum buah dada besar yang disodorkan oleh Faladhina Kiseki tersebut sepenuh mulutnya, hingga membuat tubuh sang gadis semakin menegang dan bibirnya yang ranum merekah tersebut terbuka lebar sambil mengerang di antara rasa sakit dan enak, dengan nafas panas yang terbakar oleh api nafsu keluar di sela - selanya.     

Nafas sang lelaki pun juga menjadi semakin tersendat, hidungnya beberapa kali terbenam ke dalam bulatan kenyal dan hangat di dada sang gadis.     

Sensasi hangat nan kenyal yang begitu menggoda dari kedua belah payudara yang sedang dilahap oleh sang lelaki membuat dirinya semakin beringas mempermainkan buah dada sang gadis tersebut di dalam mulutnya.     

Kedua puncak gunung kembar milik Faladhina Kiseki telah basah kuyup dibanjiri oleh air liur Vivadhi Ranata yang meluap - luap penuh dengan nafsu.     

Karena saking licinnya hingga agak susah untuk meraih kedua puting susu sang gadis yang terlihat begitu mungil dan manis berwarna kemerahan tersebut.     

Dengan jelas sekali setiap mata yang memandang dapat melihat proses peregangan dari puting susu Faladhina Kiseki.     

Semula puting susu itu normal - normal saja, awalnya terlihat begitu kenyal seperti agar - agar cherry namun dalam sekejap saja kini kedua buah puting susu Faladhina Kiseki telah keluar menonjol dan terlihat sudah mengeras bagaikan dua butir permen.     

Faladhina Kiseki sadar kalau akan susah untuk mengulum kedua puting susunya tanpa memeganginya kini karena kedua tangan sang lelaki yang perkasa telah berpindah untuk mencengkram erat leher dan pinggang gadis itu, mempererat pelukan tubuh mereka yang telah begitu mantap saling menempel satu sama lain.     

Tanpa menunggu waktu Faladhina Kiseki pun memegangi buah dadanya sendiri dan mengarahkan puting susunya ke dalam mulut sang lelaki.     

Vivadhi Ranata pun mengulumnya seperti seorang bayi yang sedang kehausan.     

Mengulum dan menyedot sampai terdengar berbunyi mendecap - decap yang sangat basah dan nakal.     

Sang lelaki kemudian melihat gadis itu, yang dalam tatapan sayu matanya terlihat sedang tenggelam merasakan kenikmatan, dengan bibirnya yang manis menyunggingkan senyuman dan tawa kecil.     

Ayo, Gigit lah sedikit, sayang.... pinta sang gadis pada sang lelaki.     

Vivadhi Ranata pun dengan penuh semangat menuruti kemauan sang gadis, dengan giginya yang putih bagaikan barisan mutiara tersebut, sang lelaki menggigit sedikit kedua puting susunya.     

Aih. Jerit Faladhina Kiseki dengan lirih sambil menggigit bibirnya menahan batasan tipis antara rsa sakit dan nikmat.     

Sang gadis tengah merasakan sensasi rangsangan nikmat bercampur sakit yang begitu luar biasa di bagian sensitif tubuhnya tersebut.     

Vivadhi Ranata pun merasakan tubuh indah Faladhina Kiseki mulai melunglai digempur oleh rasa nikmat....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.