Dunia Online

Tekanan Angkatan Laut



Tekanan Angkatan Laut

0Hari ke-4, bulan 4, tahun 5 Gaia, Angkatan Laut Xia Raya dan Angkatan Laut Haiphong saling bertempur di Teluk Tonkin.     
0

Hasil pertempuran ini mengejutkan semua orang.     

Satu jam.     

Angkatan Laut Haiphong hanya bisa bertahan selama satu jam sebelum mereka dicabik menjadi serpihan kecil oleh squadron gabungan Xia Raya.     

Banyak serpihan kapal perang dan puluhan ribu mayat mengambang di permukaan laut, dan terbawa ke pantai Teritori Haiphong.     

Bangkai-bangkai kapal yang berdempetan dari pertempuran di dekat pantai tersebut telah menggambarkan kejamnya pertempuran ini.      

Kekuatan Angkatan Laut Xia Raya telah kembali mengejutkan dunia. Ketika harimau ini menunjukkan taringnya, daya bunuh mereka yang mengerikan membuat semua orang menjadi ketakutan.     

Rasa takut mirip seperti wabah, dengan cepat ia menyebar ke seluruh dunia.     

Negara-negara ASEAN benar-benar kehabisan kata-kata dan tidak berani berpikir macam-macam, mereka hanya bisa bersembunyi. Penguasa dari Jepang, Keisuke Honda, menjadi tidak bisa tidur, dia terus berguling-guling di ranjangnya, matanya sampai berwarna merah.     

"Bersiap untuk berperang! Bersiap untuk berperang! Ini adalah perang hidup dan mati!"     

Ini adalah kata-kata yang paling sering dikatakan Keisuke Honda dan hal itu mewakili pemikiran dari semua pemain Jepang. Sebelum Perang Negara dimulai, wilayah Jepang telah bersatu dan siap untuk bertempur habis-habisan.     

Di Chen juga dipenuhi oleh rasa takut. Mau tidak mau dia harus bertanya pada dirinya sendiri berapa lama Squadron Handan yang baru terbentuk ini bisa bertahan di depan Angkatan Laut Xia Raya.     

Pada akhirnya dia menggeleng dan tidak mau berpikir lebih jauh.     

Hanya para negara Mediterania yang sebelumnya pernah bertempur melawan Xia Raya yang mampu bersikap tenang. Bahkan Jack juga merasa ragu mengenai apakah dia harus berhadapan melawan Angkatan Laut Xia Raya untuk memperebutkan Hawaii atau tidak.     

Setelah memikirkan masalah itu semalaman, dia membulatkan tekadnya untuk bertempur, "Aku harus melakukannya!"     

Jack benar-benar yakin terhadap Squadron Bebas; dia yakin bahwa mereka tidak lebih lemah dari Angkatan Laut Xia raya.     

…     

Angkatan Laut Teritori Haiphong hanyalah sebuah kerikil di jalur Angkatan Laut Xia Raya. Setelah menyingkirkannya, squadron gabungan itu kembali bergerak maju menuju garis pantai Vietnam yang panjang.     

Di atas medan tempur yang dipenuhi bangkai kapal, ketiga squadron itu berpencar.     

Wakil panglima sekaligus Admiral utama squadron gabungan, Zhou Yu memimpin Squadron Kaisar untuk menyerang Kota Haiphong. Jenderal kepala angkatan laut, Zhou Qin, akan memimpin Divisi 1 Squadron Pasifik bergerak ke utara untuk menyapu wilayah perairan di sebelah utara Teritori Haiphong.     

Yu Dayou akan memimpin Squadron Yashan bergerak ke selatan untuk menyapu wilayah selatan yang luas.     

Tujuan mereka sangat sederhana. Mereka berencana untuk menyerang dengan ganas garis pantai milik musuh, dan kemudian memilih tempat yang cocok untuk berlabuh dan membangun markas bagi angkatan darat agar mereka dapat bergerak di daratan.     

Di hadapan hal ini, Teritori Haiphong bagaikan harimau ompong, mereka sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa.     

Kekuatan Angkatan Laut Xia Raya benar-benar telah ditunjukkan dalam Perang Negara kali ini, terutama terhadap negara-negara yang dikelilingi oleh lautan. Tanpa angkatan laut yang tangguh, akan sulit bagi mereka untuk berperang di dalam Perang Negara yang akan datang.     

…     

Hari ke-5, bulan 4, Kota Haiphong.     

Sambil menghadap matahari yang terbit, bendera naga emas berkibar ditiup angin.     

Berita mengenai hancurnya Squadron Haiphong sudah lama menyebar ke seluruh Kota Haiphong. Kedatangan Angkatan Laut Xia Raya di mata rakyat sipil bagaikan sosok dewa kematian, dan mereka semua akhirnya bersembunyi.     

Di sekitar wilayah perairan itu, tidak terlihat satu pun kapal nelayan dalam radius ribuan mil. Bahkan nelayan paling pemberani sekalipun tidak akan berani melaut begitu melihat bangkai-bangkai kapal ini.     

Di atas tembok kota, begitu melihat angkatan laut Xia Raya yang perlahan mendekat, sebuah tatapan bingung muncul di mata Ruan Tianque, "Ada yang tidak beres! Kenapa mereka hanya memiliki sedikit kapal perang?"     

Le Loi mengatakan, "Musuh pasti membagi pasukan mereka."     

"Lihat!" Nada suara Ruan Tianque dipenuhi dengan sindiran, "Qiyue Wuyi dari Xia Raya adalah sosok yang penuh kepalsuan. Dia berkata bahwa dia hanya ingin membalaskan dendam Kelompok Dagang Tongchun, tapi sebenarnya dia ingin membantai kita semua."     

Di belakang mereka berdua ada lebih dari 10 Petualang dengan identitas yang luar biasa. Mereka adalah para pemimpin dari 10 guild terbesar di Hanoi. Mereka telah datang secara khusus ke Kota Haiphong untuk melihat situasi pertempuran.     

Mendengar kata-kata Ruan Tianque, ekspresi mereka terlihat kesulitan.      

Ruan Tianque tiba-tiba membalikkan badan dan menangkupkan kedua tangannya, "Kawan-kawan, masalah ini sudah jelas. Xia Raya ingin menghancurkan Vietnam, jadi aku harap kalian semua tidak akan terus berpegang pada harapan palsu."     

"Apa yang kau inginkan dari kami? Silahkan Saudara Ruan mengatakannya!" Karena Perang Negara tidak terhindarkan lagi, mereka juga tidak merasa takut.     

Vietnam memiliki delapan juta pemain, sehingga mereka tidak perlu takut menghadapi Xia Raya.     

"Mohon Saudara Ruan memberi petunjuk, Kelompok Elang Pemburu berada di bawah perintahmu!"     

Beberapa orang mulai meminta untuk bertempur sementara yang lain tetap diam, mereka jelas masih tidak yakin.     

Ketika Ruan Tianque melihat hal ini, dia sama sekali tidak keberatan. Dia bersikap santai dan mengatakan, "Karena saudara Yiu begitu berbudi, silahkan mengikutiku ke dalam puri; mari kita mulai membuat rencana!"     

"Tentu!"     

Setelah mereka berbicara seperti itu, mereka segera meninggalkan tembok kota.     

Melihat situasi saat ini, Xia Raya sama sekali tidak terburu-buru untuk menyerang, sehingga Ruan Tianque juga tidak merasa gelisah.     

Di perjalanan pulang, Ruan Tianque memanggil Le Loi, "Karena Xia Raya telah membagi pasukannya, kedua legiun lain berada dalam bahaya. Minta mereka agar terus bertahan, aku akan berusaha membujuk para pemain untuk bergerak ke selatan."     

Ruan Tianque yakin bahwa jika kedua legiun bertahan sekuat tenaga, maka kedua kota dapat bertahan selama satu minggu, yang sudah cukup bagi para pemain untuk berangkat ke selatan.     

Tentu saja, mereka hanya bisa mengandalkan pasukan pemain untuk membantu mereka.     

Teritori Haiphong saat ini hanya memiliki 160 ribu prajurit. Baik Xia Raya terburu-buru menyerang atau tidak, Ruan Tianque tetap tidak bisa menggerakkan pasukan ini.     

***********     

Hari ke-6, bulan 4, Kota Danang     

Danang terletak di tengah-tengah Vietnam, bagian utaranya terhubung dengan Hue, sementara sisi selatan terhubung dengan Nha Trang. Sisi timur laut memiliki Semenanjung Son Tra sebagai perisai. Teluknya benar-benar dalam dan membentuk pelabuhan alami.     

Tidak jauh di sebelah utara kota itu adalah gunung Hai Van yang terkenal.     

Gunung Hai Van memanjang dari perbatasan selatan Vietnam sampai sisi timur lalu tepat ke dalam laut. Puncak Hai Van merupakan puncak gunung yang terakhir, dan memiliki tinggi 470 meter di atas laut. Puncak pegunungan itu dikelilingi oleh awan putih. Pegunungan tersebut dikelilingi oleh pepohonan, serta menyatu dengan langit dan lautan yang berwarna biru, membuat tempat itu menjadi pemandangan yang tidak terlupakan.      

Gunung ini membagi wilayah utara dan selatan serta merupakan posisi strategis yang sangat unik.     

Sebagai hasilnya, Legiun 3 dari Teritori Haiphong diminta untuk ditempatkan di lokasi ini. Baru pagi tadi, Jenderal Legiun Fan Tianming diperintahkan oleh Le Loi untuk bertahan sampai bala bantuan tiba.     

Begitu perintah militer diberikan, Fan Tianming bahkan tidak perlu berpikir dua kali. Dia segera memimpin pasukannya ke dalam kota untuk bertahan. Demi memastikan semua berjalan dengan baik, Fan Tianming bahkan merekrut para pemuda untuk membantunya mempertahankan kota.     

Poin pertahanan utama mereka adalah sisi timur dari lautan.      

Pada pukul 10 pagi, Divisi 1 Squadron Yashan tiba tepat pada waktunya.     

Berdasarkan strategi perang yang dibuat oleh Dewan Agung, selama mereka berhasil merebut Danang, tempat ini akan membagi Vietnam menjadi dua.     

Karena itulah, ini merupakan pertempuran penting pertama dalam perang melawan Vietnam.     

Di belakang Divisi 1 Squadron Yashan terdapat dua legiun angkatan darat. Yang pertama adalah Legiun 2 Korps Pengawal yang dipimpin oleh Huo Qubing. Yang kedua adalah Legiun 2 dari Korps Pertahanan yang dipimpin oleh Mu Guiying.     

Kedua legiun itu akan bekerja sama dengan Squadron Yashan untuk merebut Kota Danang.     

Ruan Tianque mengira bahwa mereka dapat mempertahankan kota itu selama satu minggu, tapi dia telah meremehkan kekuatan Xia Raya. Baiqi telah memberikan sebuah perintah kepada Yu Dayou. Jika dia tidak bisa merebut Kota Danang dalam dua hari, dia akan dipenggal.     

Ketika Yu Dayou menerima perintah itu, dia hanya bisa membagikan tekanan ini kepada para prajuritnya. Dia berteriak ke arah para mayor, "Kalian semua dengar, jika kita gagal merebut kota ini dalam satu setengah hari, aku akan membunuh kalian semua."     

Begitu para mayor kembali ke kapal mereka masing-masing, mereka segera memanggil para kapten mereka, "Admiral Armada ingin agar kita merebut tempat ini dalam waktu satu hari; jika tidak, dia akan membunuh kami semua. Aku ingin hidup, jadi sebelum dia membunuhku, aku akan membunuh kalian semua."     

Para kapten kembali ke kapal perang mereka dengan wajah yang pucat. Mereka memanggil para prajurit dan mengumumkan, "Jika kita tidak bisa merebut kota ini dalam setengah hari, mari kita bunuh diri."     

Para prajurit di level terbawah merasa bingung, karena otak mereka yang sederhana tidak bisa memahami apa hubungannya merebut Danang dengan membunuh diri mereka sendiri.     

Para jenderal mereka mulai berteriak, "Untuk apa kalian semua terus berdiri di sini, angkat senjata dan bersiaplah untuk bertempur. Lagipula, kita semua akan segera mati."     

Para prajurit merasa hal itu cukup masuk akal, sehingga mereka tidak berpikir terlalu jauh tentang hal ini.     

"Siapa yang peduli? Mari kita menerjang maju bersama jenderal kita."     

…     

Mirip dengan Kota Haiphong, Kota Danang juga merupakan kota laut, dan satu-satunya titik lemah mereka adalah sisi yang menghadap lautan.     

Setelah squadron bersiap di posisi mereka masing-masing, Yu Dayou tanpa ragu segera memerintahkan squadron mereka untuk berlayar menuju pelabuhan dan melepaskan tembakan meriam demi membersihkan area itu.     

Perintah militer seberat gunung, sehingga Yu Dayou sama sekali tidak memberi ampun.     

'Duar! Duar! Duar!'     

Tiba-tiba, tembakan meriam mulai terdengar, dan para kapal dagang mulai tenggelam. Bahkan, mereka menjadi hancur berkeping-keping. Serpihan kayu yang setajam pisau berterbangan ke segala arah.     

Kondisi pelabuhan itu bahkan lebih parah, karena demi memilih tempat yang cocok sebagai tempat pendaratan pasukan, Yu Dayou telah memerintahkan mereka untuk meluluh lantakkan seluruh dermaga.     

Dalam sekejap, seluruh dermaga menjadi lautan api.     

Asap mengepul di udara, dan berkat tiupan angin laut, asap itu bergerak menuju tembok kota. Asap tersebut mencekik seluruh prajurit pertahanan sampai air mata mereka mengalir. Dibandingkan dengan itu, yang membuat para prajurit tersebut lebih ketakutan lagi adalah keganasan pasukan musuh.     

Tidak ada teriakan yang tidak perlu; mereka hanya langsung memulai serangan. Tidak ada kata ampun, dan baik prajurit maupun bangunan diledakkan sampai menjadi berkeping-keping, dan tidak menyisakan apa pun.     

Menghadapi musuh seperti ini, para prajurit pertahanan mau tidak mau merasa ketakutan.     

Ketika Fan Tianjing melihat hal tersebut, kecemasan memenuhi matanya. Perintah sang jenderal adalah untuk bertahan selama satu minggu. Jika kota ini berhasil diterobos, maka dia pasti akan mati.     

Ketika api telah padam, seluruh dermaga telah hangus terbakar.     

Udara di sana dipenuhi aroma hangus yang pekat, dan ada sedikit aroma daging yang terbakar di dalamnya. Ketika teringat pada para rakyat yang menjerit di dalam kebakaran, beberapa prajurit mulai muntah. Pada saat ini, wajah mereka benar-benar pucat pasi.     

Para pemuda yang telah direkrut memuntahkan isi perut mereka. Kaki mereka menjadi lemas dan mereka kehilangan semua kekuatan untuk bertempur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.