Dunia Online

Saling Berhadapan



Saling Berhadapan

0"Begini rencanaku…"     
0

Di dalam aula pertemuan itu, Ruan Tianque mulai menjelaskan strateginya.     

Vietnam hanya memiliki sisa waktu selama satu minggu. Untuk dapat keluar dari serangan tiga arah Xia Raya, mereka harus berhadapan langsung dan menyerang pasukan musuh.     

Selain menggunakan 900 ribu Petualang, mereka juga harus menggunakan pasukan pengawal ibu kota.     

Ruan Tianque mulai menganalisa, "Dengan kekuatan tempur Xia Raya, kita setidaknya memerlukan jumlah tiga kali lipat lebih besar dari mereka untuk mengalahkan pasukan Xia Raya."     

Setelah selesai berdiskusi, rencana yang mereka buat adalah sebagai berikut.     

Di selatan, 200 ribu pasukan pengawal ibu kota bersama dengan 200 ribu Petualang akan berhadapan melawan Legiun 2 Korps Pengawal dan Legiun Pertahanan.     

Di timur, jumlah yang sama akan berhadapan dengan Legiun 1 dan 3 Korps Pengawal. Tugas utama dari 160 ribu prajurit Teritori Haiphong adalah untuk menahan serangan laut Xia Raya.     

Di utara, 200 ribu pasukan pengawal ibu kota dan 400 ribu Petualang akan berhadapan melawan Legiun 1, 3, dan 5 dari Korps Pertahanan.     

Dengan penempatan pasukan seperti itu, di dalam Hanoi hanya tersisa 200 ribu pasukan pengawal ibu kota dan 100 ribu pemain.     

Ruan Tianque benar-benar percaya diri, "Selama ketiga medan tempur menjadi stabil, Ibu Kota Kerajaan yang merupakan garis belakang kita akan tetap aman. Karena itulah, kita tidak perlu menempatkan terlalu banyak pasukan di sana."     

Seluruh strategi perang akhirnya telah dipastikan.     

…     

Hari ke-22, bulan 4, pembalasan Vietnam dimulai.     

Ke-600 ribu pasukan pengawal ibu kota dan ke-800 ribu Petualang berjalan keluar dari Hanoi, mereka membagi pasukan menjadi tiga untuk menghadapi ketiga pasukan Xia Raya yang sedang berusaha menghancurkan mereka semua.     

Sebelum berangkat, para pemain Vietnam mengadakan upacara proklamasi besar-besaran di luar Kota Hanoi.     

"Jika kami tidak menghancurkan mereka, maka kami tidak akan kembali!"     

Suara pasukan Vietnam dalam proklamasi itu bagaikan sebuah tsunami, yang menenggelamkan semua hal di sekitar mereka dan menyebabkan tanah berguncang.     

Ini adalah kebulatan tekad dari sebuah satu negara.     

Ketika mereka mengetahui bahwa Vietnam telah menyerang, Xia Raya segera merubah strategi mereka. Pasukan di wilayah utara dan selatan berhenti menyerang kota-kota di Vietnam dan mulai berkemah di tempat mereka saat ini, mereka menunggu tibanya pasukan Vietnam.     

Bagi Xia Raya, ini adalah sebuah pertempuran yang berat. Baik Huo Qubing maupun Shi Wanshui tidak ingin membuang-buang prajurit sebelum pertempuran besar tiba.     

Di waktu yang sama, ketiga pasukan Xia Raya mulai memperkuat pertahanan kemah mereka dan segera mengumpulkan perbekalan untuk menyambut pertempuran yang akan segera terjadi.     

Ketika para prajurit Vietnam mendengar kabar tersebut, mereka tentu memahami langkah Xia Raya dengan cara yang berbeda.     

"Xia Raya merasa ketakutan!"     

Tiba-tiba, para prajurit menjadi bersemangat, semangat mereka mulai mengalami peningkatan, dan semua kegelapan yang ada sebelumnya telah tersapu bersih. Pasukan Vietnam tanpa sadar mempercepat langkah mereka, mereka sudah tidak sabar ingin bertempur dengan pasukan musuh.     

Yang pertama kali bertempur adalah sisi utara.     

Siang, hari ke-25, 600 ribu prajurit Vietnam tiba di Tuyen Quang. Dua puluh mil sebelah utara dari tempat itu adalah markas dari pasukan utara Xia Raya – Kota Pingxiang.     

Kedua belah pihak masing-masing menduduki satu kota dan terjebak dalam kebuntuan.     

Pihak Vietnam tentu tidak berpikir seperti itu. Setelah beristirahat semalaman, mereka mulai menyerang Kota Pingxiang.     

Sayangnya, mereka telah meremehkan para prajurit elit dari Kemiliteran Xia Raya.     

Shi Wanshui mengikuti perintah pusat komando, dan mulai bertahan alih-alih menyerang. Tidak peduli apa pun yang dilakukan oleh pihak Vietnam, mereka tetap tidak bergerak.     

Karena Vietnam ingin bertempur, biar saja mereka menyerbu kota ini!     

Harga yang harus dibayar untuk menyerbu sebuah kota sangat besar. Tentu saja, para pemain Vietnam bukanlah orang tolol, sehingga mereka tidak akan terjebak.     

Dan dalam kondisi seperti ini, pertempuran hari pertama akhirnya berakhir.     

Hari ke-27, Pasukan Vietnam tidak bisa bersabar lagi karena ada berita yang tersebar bahwa satu batch kapal dagang telah berangkat dari Pelabuhan Beihai dan tengah berlayar menuju Vietnam.     

Tidak diragukan lagi, ini pasti batch kedua pasukan Xia Raya. Sisa waktu yang dimiliki Vietnam sudah tidak banyak.     

Tanpa daya, mereka hanya bisa menyerang musuh.     

Dengan tekad seakan ini adalah kesempatan terakhir mereka, ke-600 ribu prajurit Vietnam mengepung Kota Pingxiang, mereka mulai melancarkan sebuah serangan yang ganas. Keempat sisi tembok kota dipenuhi Prajurit Vietnam.     

Serangan pasukan Vietnam bagaikan badai yang menggila, sangat kuat dan bertubi-tubi. Gelombang demi gelombang datang silih berganti, dari pagi hingga malam, serangan mereka tidak pernah berhenti.     

Ketika sebuah pasukan mulai menggila, ini adalah pemandangan yang mengerikan.     

Bahkan para prajurit elit dari Korps Pertahanan juga menderita kerugian besar di bawah serangan sedahsyat ini. Untunglah, mereka memiliki 200 ribu prajurit, sehingga mereka tidak akan dihancurkan semudah itu.     

Kedua belah pihak tidak memiliki jalan mundur lagi, sehingga pertempuran ini berjalan sangat sengit dan kejam.     

Kota Pingxiang bagaikan sebuah penggilingan daging, yang menyeret kedua belah pihak dan menghancurkan mereka menjadi serpihan-serpihan kecil. Darah mulai mengalir membentuk sungai.     

Dalam sehari, tanah yang kuning berubah menjadi merah.     

"Apa mereka sudah gila?"     

Bahkan Shi Wanshui yang gagah berani sekalipun belum pernah menyaksikan pemandangan seperti itu. Musuh Korps Pertahanan kali ini benar-benar tidak biasa, dan mereka semua telah mengesampingkan kematian, dan hanya ingin membunuh musuh.     

Beberapa prajurit Vietnam menyerbu naik ke atas tembok kota. Ketika mereka melihat bahwa mereka akan ditusuk prajurit Xia Raya, mereka mulai merangkul prajurit Korps Pertahanan dan meloncat dari atas tembok kota, untuk mati bersama-sama.     

Mata para pemain sudah menjadi semerah darah, dan menyerbu ke tengah formasi musuh tanpa rasa gentar. Beberapa bahkan melompat ke tengah sekelompok prajurit demi membunuh lebih banyak musuh.     

Mereka tidak pernah berpikir untuk pulang dengan selamat, mereka hanya ingin membunuh musuh yang ada di depan mereka.     

"Bunuh! Bunuh! Bunuh!"     

Niat membunuh dari 600 ribu prajurit berkumpul dan membentuk sebuah awan darah raksasa yang menyelimuti langit.     

Seiring berjalannya pertempuran ini, awan itu menjadi semakin besar, tebal dan warnanya semakin gelap.     

Warna merah yang menekan, merah yang jahat.     

Pasukan Vietnam menjadi semakin menggila. Mata mereka menjadi nanar saat mereka memasuki kondisi berserk.     

Pertempuran ini menjadi semakin dahsyat; tidak ada yang bisa menghentikannya.     

Musuh seperti ini benar-benar terlalu mengerikan. Shi Wanshui tidak memiliki pilihan lain selain memimpin langsung para prajurit dalam bertempur demi meningkatkan semangat mereka.     

Setelah lewat satu hari, 20 ribu prajurit Korps Pertahanan telah tewas terbunuh.     

Dalam waktu sesingkat ini, merupakan hal yang sangat langka bagi Pasukan Xia Raya untuk menderita kerugian sebesar ini.     

Harga yang harus dibayar pihak Vietnam nyaris mencapai 80 ribu orang. Mayat bertumpuk sangat tinggi di bawah tembok kota, dan menutup sungai pelindung kota.     

Setelah sistem update terbaru, mayat para NPC tidak akan menghilang.     

Mayat-mayat ini bertumpuk di bawah tembok kota, dan sangat membantu pihak yang menyerbu. Mereka akan menginjak mayat kawan-kawan mereka dan melancarkan serangan yang lebih dahsyat lagi.     

Baik pasukan pengawal Vietnam maupun para Petualang, mereka semua telah berubah menjadi iblis dan sudah kehilangan rasa kemanusiaan mereka.     

Ketika malam tiba, pasukan Vietnam akhirnya kembali sadar dan mundur menuju kemah mereka seperti banjir yang surut.     

Mereka mundur hanya karena waktu, dan para prajurit Vietnam mulai berteriak, "Kita lanjutkan besok. Kita tidak akan berhenti sampai kita menang!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.