Dunia Online

Pengepungan Paling Barbar



Pengepungan Paling Barbar

0Sejak dia mengambil alih tugas penghancuran bangunan, Lu Xiufu benar-benar menjadi sibuk.     
0

Rasa sayang orang-orang terhadap rumah mereka merupakan hal yang sudah sewajarnya. Bahkan di masa perang sekalipun, untuk membuat mereka pindah dari rumah yang telah mereka tinggali seumur hidup mereka merupakan hal yang sangat sulit.     

Setelah rapat berakhir, Lu Xiufu segera mengirimkan sebuah pengumuman tentang penghancuran bangunan.     

Peperangan yang berlangsung bertahun-tahun telah membuat orang-orang berpindah-pindah atau menderita kerugian besar, dan bahkan Ibu Kota Lin'an sekalipun juga memiliki banyak rumah yang kosong. Karena itulah, para rakyat sipil yang pindah tidak perlu merasa khawatir tidak memiliki rumah untuk ditinggali.     

Meski begitu, orang-orang yang bersedia pindah baik-baik merupakan hal yang langka, dan hal tersebut membuat Lu Xiufu menjadi gelisah.     

Penghancuran dan relokasi merupakan langkah pertama untuk menanamkan fondasi pasukan pertahanan dan hal tersebut harus dilakukan dengan cepat. Ketika Ouyang Shuo mendapat berita itu, dia segera menyarankan dua ide kepada Lu Xiufu.     

Yang pertama, katakan kepada para rakyat sipil yang tinggal di dekat tembok kota bahwa pasukan Mongol membawa banyak sekali meriam yang dapat menembak melewati tembok kota. Jika mereka tidak ingin menjadi korban, mereka lebih baik pindah.     

Dalam misi penaklukan barat ketiga Bangsa Mongol, mereka membawa pulang banyak pengrajin wilayah timur, dan sampai tingkatan tertentu, hal ini menyebabkan persenjataan Bangsa Mongol menjadi diperbaharui. Meriam merupakan salah satunya.     

Meriam Barat atau Meriam Xiangyang merupakan trebuset jenis baru.      

Trebuset ini dirancang oleh suku Hui. Berdasarkan fondasi dari trebuset jenis lama, hal itu kemudian dikembangkan dan dirancang ulang, yang menyebabkan kekuatannya meningkat.     

Di dalam Pertempuran Xiangyang antara Song dan Yuan, meriam Xiangyang menunjukkan kekuatannya dan berhasil menghancurkan tembok kota Xiangyang yang tebal, dan membantu pasukan Mongol untuk akhirnya dapat merebut Xiangyang. Pertempuran ini adalah bagaimana meriam itu mendapatkan namanya.     

Kedua, Ouyang Shuo menyarankan agar mereka langsung bertindak tegas kepada para orang yang keras kepala dan menggunakan kekuatan militer untuk menghancurkan bangunan-bangunan tersebut secara paksa.     

Di saat-saat genting, seseorang harus mengambil langkah darurat. Lu Xiufu merupakan seorang pejabat sipil, dan dia senang melakukan sesuatu dengan cara pejabat sipil. Di sisi lain, Ouyang Shuo merupakan utilitarian pada umumnya. Dia akan menggunakan cara apa pun yang paling efisien.     

Seperti yang diperkirakan, begitu mendengar tentang kekuatan dari Meriam Xiangyang, para rakyat sipil yang tinggal di dekat tembok kota berlari lebih cepat dari para kelinci. Bukan hanya mereka yang ada dalam radius 500 meter, tapi bahkan mereka yang berada lebih jauh juga telah melarikan diri.     

Inilah mentalitas kelompok massa.     

Setelah para rakyat sipil melarikan diri, sebuah pekerjaan pembangunan ulang berskala besar dimulai, dan ini berlangsung selama beberapa hari. Anehnya, dalam beberapa hari terakhir, Pasukan Mongol benar-benar sangat tenang, dan mereka sama sekali tidak bersuara.     

Tepat ketika para prajurit tiba di posisi masing-masing, sebuah rumor menyebar di dalam Kota Lin'an.     

Dikatakan bahwa pasukan Mongol benar-benar brutal dan mereka akan membantai rakyat jelata. Karena hal ini, kaisar langit telah mengirimkan prajurit langit untuk membantu Istana Kerajaan bertarung melawan Pasukan Mongol.     

Beberapa rakyat sipil yang tinggal di dekat kemah barat kota bersumpah bahwa pada suatu hari, langit mendadak berubah warna, hanya demi melihat munculnya sebuah sinar putih yang menerangi sekitarnya, dan kemudian muncullah 400 ribu prajurit langit.     

Karena banyak yang telah melihat hal tersebut, tentu saja semakin banyak orang yang mempercayainya. Bahkan banyak prajurit di dalam barak yang tengah mendiskusikan hal itu juga mempercayainya tanpa ragu.     

Bersama dengan perubahan yang terjadi baru-baru ini terhadap seluruh pertahanan yang ada di keempat penjuru kota, para rakyat sipil dapat dengan mudah melihat bahwa mereka mengenakan zirah yang berbeda dari Pasukan Song, yang membuat para rakyat sipil semakin mempercayai rumor tersebut.     

Semua orang perlahan-lahan mempercayai kabar pasukan langit.     

Tepat di saat inilah, Istana Kekaisaran mengirimkan titah untuk memberikan pemain Ouyang Shuo gelar Raja Xia dan memerintahkan dirinya untuk bertempur melawan Pasukan Mongol.     

Beberapa orang mengatakan bahwa sang Raja Xia yang dikirim oleh Kaisar Langit merupakan seorang dewa yang dapat mengendalikan cuaca dan memanggil Jenderal Dewa di zaman kuno seperti Er'Lai dan Xu Chu.     

Er'Lai menunggangi Luosha dan mulai berkeliling Kota Lin'an, dan menarik sorakan dari para rakyat.     

Kali ini, para rakyat sipil tidak memiliki alasan untuk tidak percaya.     

Taoisme di masa Dinasti Song telah mencapai puncak yang baru, dan aliran ini bahkan menjadi lebih makmur lagi dibandingkan ketika di zaman Dinasti Sui dan Tang. Kisah-kisah para dewa benar-benar sangat umum, dan itulah kenapa rumor semacam ini dapat dipercaya oleh para rakyat dan dengan mudah mereka terima.     

Begitu seseorang menerima teori semacam itu, tentu saja kepercayaan diri mereka juga akan berlipat ganda.     

Walaupun pasukan Mongol memang mengerikan, tidak peduli sekuat apa pun mereka, bagaimana mungkin mereka bisa dibandingkan dengan para prajurit yang dikirim oleh langit? Dalam beberapa hari saja, para penduduk yang panik, perlahan menjadi tenang kembali.     

Semua ini tentu saja telah direncanakan oleh Ouyang Shuo.     

Ketika Xiong Ba menerima berita itu, dia menggeleng keheranan, "Aku tidak menyangka akan semudah ini!" Sejujurnya, banyak hal yang terlihat sangat sulit sebenarnya sangat mudah untuk ditangani.     

Perbedaannya adalah apakah seseorang dapat berpikir di luar kotak atau tidak.     

…     

Battle map, hari ke-6, pagi hari.     

Pasukan Mongol sama sekali tidak bersuara selama berhari-hari, dan itu membuat Ouyang Shuo merasa sangat gelisah. Para prajurit di keempat sisi mengirimkan sekelompok pengintai untuk mencoba menyelidiki apa yang sedang dilakukan oleh para prajurit Mongol.     

Dengan ditemani oleh Guo Ziyi, Ouyang Shuo pergi menuju tembok kota utara, dan mulai menatap ke arah kejauhan.     

Melihat ke arah kejauhan, di luar kota, terdapat tenda pasukan Mongol yang berdesak-desakan. Tenda Mongol yang berwarna putih dibariskan satu per satu, dan orang-orang tidak bisa melihat ujungnya.     

Terlebih, ini hanyalah pasukan perintis Mongol. Pasukan sejati mereka bukan berada di perbatasan kota tapi di sebuah kota yang sangat jauh.     

Satu juta prajurit mengepung kota tersebut; ini adalah sebuah game, dan di dunia nyata, sesuatu seperti ini merupakan hal yang mustahil.     

Tanpa membahas alasan lain, tapi hanya perbekalan yang dihabiskan saja sudah akan menyebabkan seluruh Jiangnan habis dimakan dalam waktu setengah tahun, tanpa menyisakan apa pun dan benar-benar menjadi hancur.      

Jelas sekali, Gaia melompati semua itu demi Battle Map.     

"Jenderal, menurut Anda apa yang sedang direncanakan oleh Mongol?" Tanya Ouyang Shuo tiba-tiba.     

Guo Ziyi terlihat sangat kaget. Dalam beberapa hari terakhir, dia tengah sibuk membangun pusat komando gerbang utara dan bekerja sama dengan Istana Kekaisaran Song Selatan. Di saat yang sama, dia perlu memastikan bahwa pertahanan mereka baik-baik saja dan tidak ada yang kurang. Karena itulah, dia tidak memikirkan masalah tersebut.      

Tapi karena Ouyang Shuo telah bertanya, Guo Ziyi mencoba memberi jawaban yang baik.     

Setelah memikirkan hal itu, Guo Ziyi menjawab, "Musuh masih belum menyerbu kita mungkin karena dua alasan. Entah ada sesuatu yang terjadi secara internal, atau ada beberapa hal yang belum mereka persiapkan."     

"Melihat situasi sekarang, kecil kemungkinan terjadi sebuah permasalahan internal. Kemungkinan terbesar adalah bahwa mereka tengah mempersiapkan sebuah langkah mematikan," Kata Guo Ziyi menyuarakan kesimpulannya     

"Kalau begitu langkah mematikan apa yang akan mereka lakukan?"     

Ouyang Shuo menatap kemah Mongol yang ada di kejauhan. Entah apakah dia bertanya kepada Guo Ziyi atau dirinya sendiri.     

"Yang Mulia, Anda tidak perlu cemas. Hamba memperkirakan bahwa para pengintai akan kembali membawa berita dalam beberapa hari. Ketika hal itu terjadi, semua akan menjadi jelas."     

"Aku dapat merasakan bahwa di kejauhan, terdapat sebuah rasa dendam besar yang tengah berkumpul. Entah hal menjijikkan apa yang tengah dilakukan oleh pasukan Mongol."     

Ketika Guo Ziyi mendengar hal itu, dia merasa hatinya terguncang. Dia mengetahui dari majikannya, Feng Qiuhuang, bahwa Raja Shenwu bukan hanya ahli dalam ilmu bela diri dan masalah pemerintahan, tapi tingkat ilmu tenaga dalam yang dicapainya juga sangat mengejutkan, dan dia juga melatih ilmu kelas atas.     

Bagi dirinya untuk mendapatkan firasat semacam itu, kemungkinan besar akan menjadi kenyataan.     

Guo Ziyi menangkupkan kedua tangannya, "Yang Mulia tidak perlu cemas, hamba akan menyelesaikan semua persiapan."     

Ouyang Shuo mengangguk. Ketika dia berjalan menuruni tembok kota, dia dapat merasakan bahwa ini adalah ketenangan terakhir sebelum badai tiba, dan sebuah pertempuran besar penuh darah akan segera dimulai.     

…     

Harus dikatakan bahwa prediksi Ouyang Shuo benar-benar sangat akurat.      

Pada hari ke-7 Battle Map, Pasukan Mongol akhirnya bergerak.     

Pada hari ini, tepat ketika langit mulai terang, di luar Kota Lin'an, ratusan ribu Suku Han Cina menerjang dari segala arah. Dapat dilihat bahwa pakaian mereka compang camping dan mereka sendiri terlihat sangat kurus dan ketakutan. Mereka sedang digembalakan seperti domba menuju Lin'an. Mereka hanya berhenti ketika berada tepat di depan tembok kota.     

Di tembok kota selatan, Zhang Shijie menatap para pengungsi yang ada di luar kota. Wajahnya terlihat sangat buruk, "Aku tahu pasti para bedebah itu akan menggunakan cara-cara seperti ini."     

Wen Tianxiang yang berdiri di sampingnya, terlihat sangat serius. Tinjunya terkepal erat, matanya berkobar. Melihat situasi ini, Zhang Shijie dan Wen Tianxiang seakan mengetahui apa yang akan dilakukan Pasukan Mongol.     

Pasukan Mongol belum mulai menyerbu karena mereka tengah mengumpulkan para rakyat Suku Han Cina, kemudian mereka mengumpulkan semua tepat di luar Kota Lin'an.     

Kejadian berikutnya mengejutkan Ouyang Shuo dan yang lainnya.     

Seorang rakyat sipil dengan tubuh kurus dan kulit berwarna kekuningan, sedang menggenggam sebuah alat sederhana, dan mulai menggali tanah di bawah pengawasan para prajurit Mongol lalu kemudian menggunakan tanah itu untuk membangun sebuah benteng.     

Selama proses pengerjaan ini, jika ada orang yang berani beristirahat atau ragu-ragu, cambuk prajurit pengawas akan mendarat tanpa ampun. Para jenderal pengawas ini tumbuh besar di atas punggung kuda dan cambukan mereka selalu menjadi lebih kejam dari cambukan sebelumnya.     

Dengan satu cambukan, bukan hanya pakaian di tubuh korban yang robek, tapi bahkan kulit mereka juga ikut robek.     

Ekspresi para prajurit Mongol bahkan lebih mengesalkan lagi. Melihat situasi itu, mereka tidak memperlakukan para rakyat sipil ini sebagai manusia, para prajurit Mongol itu terus menerus memaki mereka dan bahkan memukul mereka. Para prajurit itu bahkan mulai mengeluarkan tawa sadis, kelihatannya mereka sangat menikmati hal ini.     

"Dasar orang-orang brengsek!"     

Bangsa Mongol memandang Suku Han Cina sebagai makanan, dan secara barbar menaklukan peradaban mereka, yang membuat orang-orang menggertakkan gigi mereka.     

Melihat saudara-saudara mereka disiksa seperti itu, para prajurit pertahanan kota benar-benar tidak tahan ingin membantai para Pasukan Mongol. Jika Pasukan Mongol ini memang seperti itu, apa bedanya mereka dengan para hewan?     

Dengan cara ini, Pasukan Mongol dengan lancar menggunakan rakyat sipil untuk membangun benteng di sekeliling Kota Lin'an. Melihat benteng-benteng itu, mereka sepertinya lebih tinggi dari tembok kota Lin'an. Begitu benteng-benteng ini selesai dibangun, maka mereka akan menjadi menara pengawas di garis depan bagi Bangsa Mongol, dan benteng ini bahkan akan menjadi jauh lebih efektif dibandingkan menara pemanah.     

Bagian yang lebih memancing kemarahan masih akan menyusul.     

Para rakyat yang ditangkap itu semuanya benar-benar kelaparan. Selagi mereka membangun benteng bagi Pasukan Mongol, mereka hanya bisa makan bubur tawar. Jangankan kenyang, mereka bahkan tidak bisa mengisi perut mereka.     

Setelah makan, mereka harus kembali bekerja lagi, tidak peduli selama apa pun mereka akan mampu bertahan. Sejak siang tadi, ada banyak rakyat sipil yang sudah tidak punya tenaga lagi dan pingsan di tanah.     

Bagaimana cara para prajurit pengawas Pasukan Mongol menangani para rakyat yang pingsan tersebut?     

Jangankan menyelamatkan mereka, mereka bahkan tidak mau repot-repot mencambuk mereka. Merekah hanya langsung menebas para rakyat sipil itu dengan golok mereka, lalu melemparkan mayat para rakyat itu ke dalam kastil yang sedang dibangun untuk menjadi bahan bangunan.     

Di hari ke-2, tindakan Bangsa Mongol bahkan melebihi hal yang bisa dilakukan oleh seorang manusia.     

Pasukan Mongol menyiapkan panci besar di antara benteng-benteng, yang membingungkan Ouyang Shuo dan yang lainnya.     

"Apa yang mereka lakukan? Memasak?" Feng Qiuhuang tidak mengerti.     

Ouyang Shuo menggeleng, karena dia tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan itu.     

Untunglah, jawabannya akan segera terungkap.     

Para prajurit Mongol kemudian melemparkan satu per satu rakyat yang masih hidup ke dalam panci, membakar mereka hidup-hidup, jelas sekali mereka ingin menggunakan mereka untuk membuat minyak resin.     

Jeritan para rakyat sipil membuat wajah orang-orang memucat.     

'Hoekk~~'     

Melihat para prajurit Mongol yang mengumpulkan minyak dari panci-panci tersebut, Feng Qiuhuang tidak tahan lagi dan langsung muntah saat itu juga.     

Wajah Ouyang Shuo terlihat sangat buruk. Dia menatap ke arah para prajurit Mongol yang ada di luar tembok kota, dengan dingin dia mengatakan, "Bedebah-bedebah ini tidak pantas untuk terus hidup."     

Ini pertama kalinya dia sangat membenci sekelompok manusia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.