Dunia Online

Membakar Kota



Membakar Kota

3Setelah kemenangan besar Squadron Mediterania, pagi hari pada hari ke-21, Ibu Kota Kerajaan, Rabat juga sama tidak tenangnya.     1

Di bawah kepemimpinan Baiqi, ketiga legiun Pasukan Ekspedisi telah keluar dari Kota Satelit pagi-pagi sekali dan secara resmi memulai penyerbuan mereka terhadap Kota Rabat, mereka akan memusatkan serangan di bagian utara kota tersebut.     

Satu-satunya yang tinggal di dalam Kota Satelit adalah Ouyang Shuo dan Pasukan Pengawal Dewa Tempurnya.      

Di pagi hari, Pasukan Ekspedisi berangkat dan mulai mengepung Ibu Kota Kerajaan. Entah disengaja atau tidak, dari keempat sisi kota, sisi timur memiliki pasukan yang memiliki sedikit, dan kekuatan serangan mereka juga merupakan yang terlemah.     

Jika diperhatikan baik-baik, maka akan terlihat bahwa jumlah keseluruhan prajurit tidak mencapai 200 ribu. Ini berarti ada satu kelompok dari mereka yang tidak berada di dalam medan tempur, dan siapa yang tahu di mana Baiqi menempatkan mereka.     

Ketika para pemain Maroko yang sedang mempertahankan kota melihat hal tersebut, mereka menjadi benar-benar serius dan perasaan mereka juga menjadi sangat emosional. Semangat dan darah panas yang telah terkumpul selama beberapa hari di dalam diri mereka akhirnya bisa dilampiaskan.     

"Lawan! Lawan! Lawan!"     

Semangat dari pasukan pemain benar-benar sangat tinggi, dan Pasukan Pengawal Maroko menanti dengan serius.      

Pertempuran yang mengguncang dunia akan segera dimulai; tentu saja, ini akan menjadi pertempuran yang sengit dan penuh darah.      

Pertempuran tersebut berjalan selama lebih dari dua jam, dan puluhan ribu prajurit telah terkubur di medan tempur. Beberapa dari mereka adalah anggota Pasukan Ekspedisi, beberapa adalah pemain Maroko, dan beberapa yang lain merupakan Pasukan Pengawal Kerajaan Maroko. Di bawah tembok kota, mayat bertebaran di mana-mana, dan darah mengalir hingga membentuk sungai.     

Wilayah luar kota sebelah utara, Baiqi duduk di atas kuda perangnya, ekspresinya terlihat serius. Walaupun dia telah memperkirakan hal ini dan membuat banyak persiapan, pertahanan musuh telah melebihi bayangannya.     

Karena pertempuran ini berhubungan dengan kelangsungan negara mereka, semua prajurit Maroko menggunakan 120% kekuatan mereka. Panglima mereka bukan hanya tidak perlu memerintahkan pasukan maupun berusaha menaikkan semangat mereka, malahan semangat para prajurit Maroko sudah sangat tinggi sejak dimulainya pertempuran tersebut.     

"Benar-benar bangsa yang harus dihormati!"      

Baiqi sudah mulai merasa bersyukur bahwa Jia Xu sudah memikirkan rencana kejam itu.      

Jika tidak, Korps Naga harus bersiap untuk mengalami kerugian besar. Baiqi kemudian mengangkat kepalanya dan menatap kota yang ada di depannya. Matanya dipenuhi tekad yang bulat dan hatinya setenang dan setegar batu karang.     

Pertempuran terus berlangsung. Bisa dibilang di setiap waktu, akan ada orang-orang yang memasuki Aula Reinkarnasi dan menjadi roh yang bergentayangan di dalam aula yang gelap. Karena jumlah mereka terlalu banyak, banyak sekali roh yang melayang di dalam aula raksasa hingga membentuk pemandangan mengerikan yang mirip dengan neraka.      

Pada saat ini, seseorang muncul di dalam aula. Awalnya, hal ini tidaklah mengagetkan. Namun, identitas orang tersebut sama sekali tidak biasa. Dia adalah orang yang membunuh dirinya sendiri di atas kapal perang Squadron Spanyol, Penguasa Tangier, Rainier.     

Melihat Rainier, para pemain yang ada di sekelilingnya merasa sangat terkejut, "Rainier, bukankah kau ada bersama Squadron Spanyol yang Tidak Terkalahkan? Kenapa kau muncul di Aula Reinkarnasi?"     

"…" Rainier tidak tahu bagaimana harus menjawab.     

"Apa Squadron Spanyol yang Tidak Terkalahkan sudah bertempur melawan Squadron Mediterania? Apa kau begitu ceroboh hingga terkena tembakan meriam?" Beberapa pemain mulai menggerutu.     

Wajah Rainier menjadi pucat pasi, "Squadron Spanyol yang Tidak Terkalahkan telah dikalahkan oleh Squadron Mediterania dan sedang dalam perjalanan pulang menuju negara mereka."     

"Apa katamu?"      

Berita itu terlalu mengagetkan. Beberapa orang tidak bisa bereaksi, dan mereka yang bereaksi wajah mereka terlihat pucat.      

Rainier berkata dengan nada yang pahit, "Squadron Spanyol yang Tidak Terkalahkan tidak akan datang. Kita tidak memiliki bala bantuan."     

"…"      

Aula itu menjadi benar-benar hening.      

Angin berhembus di dalam aula, dan membuat tulang punggung mereka menjadi merinding.      

"Bagaimana ini bisa terjadi?"      

Para pemain Maroko tidak bisa begitu saja menerima kenyataan yang kejam ini. Dunia menjadi terasa begitu kejam terhadap Maroko, pasukan teritori pemain mereka telah hancur, dan sekarang, mereka juga kehilangan bala bantuan mereka. Rabat benar-benar menjadi kota yang terkucil.     

Berita yang dibawa oleh Rainier dengan cepat menyebar kepada seluruh pemain melalui forum. Kali ini, semangat juang dari para pemain pekerja ataupun Petualang yang tengah bertempur dengan gagah berani langsung turun dengan drastis. Kesempatan mereka untuk memenangkan Perang Negara ini menjadi tipis.     

"Apa Tuhan benar-benar menginginkan kehancuran Maroko?" Para pemain masih merasa tidak rela.      

Kesedihan dan kemarahan itu berubah menjadi kebencian dan niat membunuh yang tidak terbatas, dan perlahan mulai menyebar, "Kalau begitu, mari kita berjuang mati-matian. Jika kita bisa membunuh satu orang dari mereka, maka itu sudah bagus."     

Pertempuran ini telah mencapai titik klimaks, dan mata para pemain sudah memerah akibat pembantaian yang terjadi. Mereka tidak lagi berpikir untuk bertahan. Mereka langsung menyerang untuk membunuh pasukan musuh, mereka menjadi begitu ganas hingga membuat Pasukan Ekspedisi menjadi kaget.      

Dan karena itu, serangan dari Pasukan Ekspedisi mulai melambat.     

Ketika Baiqi mendapatkan informasi ini, ekspresinya tidak berubah. Dia tahu bahwa serangan itu adalah pukulan terakhir dari musuh, bagaikan rontaan akhir sebelum ajal. Selama mereka berhasil menahan gelombang serangan tersebut, musuh akan hancur dengan sendirinya. Belum lagi, Pasukan Ekspedisi juga masih memiliki satu serangan mematikan.     

Memikirkan hal tersebut, Baiqi menatap langit. Matahari masih menggantung tinggi di udara, dan posisinya sudah nyaris berada tepat di atas kepala mereka. "Waktunya sudah tiba." Gumam Baiqi.     

Bagaikan menjawab Baiqi, tiga suara ledakan yang mengguncang langit mendadak muncul dari dalam Kota Rabat.     

"Duar!"     

"Duar!"      

"Duar!"     

Bersamaan dengan ledakan itu, api yang mirip dengan awan jamur mulai naik. Suara derak bara dan kobaran api dengan cepat menyebar ke segala arah. Dalam waktu singkat, banyak sekali rumah kecil yang ditelan oleh kobaran api. Saat angin laut berhembus, api menjadi semakin besar; tempat itu seperti baru dilewati oleh seekor naga api.     

Dalam waktu singkat, ratusan orang telah terkubur dalam lautan api.     

"Gawat, gudang minyak api alkemia telah meledak!" Para penduduk yang berada paling dekat dengan gudang menyadari apa yang baru saja terjadi, dan wajah mereka dipenuhi rasa kaget dan takut.     

"Lekas, padamkan apinya!"     

Kota berada dalam kekacauan; para penduduk membawa ember dari rumah mereka masing-masing lalu mengambil air dari sumur dan menyiramkannya ke arah bangunan yang terbakar. Sayangnya, kobaran api itu terlalu dahsyat.      

"Cepat, hancurkan rumah-rumah yang ada di sekitarnya! Jangan biarkan api menyebar."      

Seseorang berhasil menemukan sebuah ide tapi beberapa orang tidak ingin melakukannya, mereka pun mulai menangis, "Rumah itu adalah milikku, aku tidak bisa menghancurkannya, aku tidak bisa." Dia terus menangis sembari berusaha menghentikan orang-orang yang lainnya.     

Orang-orang di sekitarnya yang juga merasa gelisah mulai memaki, "Bagaimana mungkin kau masih bisa memikirkan hal seperti itu di waktu seperti ini. Bahkan jika kau tidak menghancurkan rumahmu, rumah itu tetap saja akan ditelan oleh api."     

Karena situasi semakin genting, beberapa orang mulai menyeret si pemilik rumah ke samping sementara yang lain bergerak menghancurkan rumah tersebut.      

Suasana benar-benar sangat kacau. Pada saat inilah Pasukan Pengawal datang menghampiri. Mereka sudah mendapatkan perintah militer untuk memindahkan para penduduk dan secara paksa menghancurkan rumah mereka; Pasukan Pengawal akan menciptakan area penahan demi mencegah penyebaran api.      

Dengan standar kebudayaan zaman kuno yang tidak memiliki regu pemadam kebakaran, satu-satunya jalan untuk mengatasi kebakaran adalah dengan cara seperti ini. Masalahnya adalah, api menyebar terlalu cepat. Bahkan sebelum mereka berhasil menghancurkan bangunan-bangunan yang ada, api sudah tiba di sana. Mereka yang tengah menghancurkan berbagai bangunan tidak bisa menghindari api dan akhirnya terkubur di dalam kebakaran.     

Dalam waktu singkat, area penahan harus terus menerus disesuaikan. Langit juga memperparah kondisi ini. Dari arah laut bertiup angin yang kencang, dan api mulai menggunakan tiupan angin itu untuk menjadi semakin besar.      

Semua rakyat jelata di dalam kota keluar dari rumah mereka. Mereka lalu mulai berjejal di jalanan sambil menatap kobaran api dengan ekspresi tidak berdaya.      

"Kenapa gudang-gudang itu tiba-tiba bisa meledak?" Tanya beberapa orang.     

"Siapa yang tahu? Para penjaganya langsung tewas di dalam ledakan. Untuk mendapatkan rincian kejadian dan menemukan siapa pelakunya sudah tidak ada artinya lagi." Kata beberapa orang sambil menggeleng.      

"Benar. Pertempuran di bawah tembok kota masih berjalan dan hal seperti ini malah terjadi di dalam kota. Mari berharap agar perhatian para prajurit tidak teralihkan."     

"Bagaimana mungkin perhatian mereka tidak teralihkan? Entah berapa banyak rumah yang hancur ditelan api? Semua itu pada dasarnya juga adalah rumah mereka."     

"Masalah rumah yang terbakar hanyalah masalah kecil; yang terpenting adalah orang-orang yang berada di dalam rumah juga ikut terbunuh."      

Semakin banyak mereka berbicara, semakin gundah hati mereka. Ditambah dengan teriakan pembantaian yang terdengar dari dekat tembok kota, tidak ada hal lain yang lebih buruk dari hal ini.     

Tepat pada saat itu, suara raungan dapat terdengar dari angkasa. Regu Penerbang Xia Raya akhirnya telah tiba dan mulai melemparkan bom api.     

'Duar! Duar! Duar!'.      

Pada saat itu juga, semua mata-mata Pelindung Ular Hitam di dalam kota segera bertindak dan menyebarkan api ke seluruh kota.     

Tiba-tiba, seluruh kota telah ditelan oleh api, dan mereka yang tidak mengetahui apa yang sedang terjadi tiba-tiba sudah berada di tengah lautan api. Ini benar-benar situasi yang gawat.     

"Bagaimana ini bisa terjadi?"      

Wajah semua orang sudah menjadi pucat pasi saat mereka berusaha menyelamatkan diri mereka masing-masing.     

Namun, api yang ada di sana benar-benar terlalu besar dan bom api juga terus menerus dijatuhkan. Bersama dengan munculnya api yang besar, kebakaran menjadi semakin besar hingga Istana Kerajaan sekalipun juga terbakar oleh api.      

Tembok kota juga tidak lolos dari kebakaran, dan tempat ini juga sangat diincar oleh Regu Penerbang. Bom api membara di tengah para prajurit, yang juga sangat mempengaruhi moral pasukan musuh.     

Bersama dengan kebakaran juga muncul awan asap yang tebal. Mudah sekali untuk membayangkan betapa tebalnya awan asap itu jika melihat kebakaran yang begitu besar. Asap tersebut bukan hanya mempengaruhi orang-orang yang berusaha melawan kebakaran, tapi asap itu juga menyebar lebih cepat dari api kebakaran itu sendiri. Baik jalan-jalan dan rumah-rumah, dalam sekejap mata semuanya sudah ditelan oleh asap.     

Para penduduk yang diselimuti oleh asap semuanya berhasil melarikan diri dengan susah payah, mereka sudah tidak peduli lagi untuk memadamkan api. Sedangkan bagi mereka yang ragu-ragu, mereka tidak bisa lagi membedakan arah dan segera terperangkap di dalamnya. Apalagi mereka yang berlari ke dalam asap, hanya rasa sesak dan kematian yang akan menanti mereka. Api ini benar-benar tidak berperasaan, bagaimana mungkin hal ini bisa dianggap sebagai permainan?     

Pada saat ini, kesulitan untuk memadamkan api telah meningkat dengan tajam. Mereka yang cukup cerdas sudah menyadari bahwa api tersebut tidak bisa dipadamkan, dan mereka pun bergumam, "Ibu Kota Kerajaan sudah tamat."     

"Apa yang harus kita lakukan?" Orang-orang merasa tidak berdaya.     

"Apalagi yang bisa kita lakukan? Jika kita tetap tinggal maka kita hanya akan terbunuh, ayo melarikan diri!"     

"Tapi bukankah pertempuran masih berjalan di luar kota?"     

"Tapi kita juga tidak bisa hanya menunggu kematian di dalam kota, bukan? Bahkan jika mereka tengah bertempur, aku dengar bahwa Dinasti Xia Raya memiliki peraturan tersendiri dan tidak akan melukai rakyat jelata. Mungkin mereka akan membiarkan kita untuk pergi?"     

"Kau benar, ayo kita berangkat sebelum asap menyebar hingga kemari."     

Sambil berbicara, mereka dengan cepat berkemas-kemas dan segera bergerak menuju gerbang kota terdekat. Bukan hanya NPC, tapi bahkan para pekerja dan pemain kasual juga tidak mau tinggal di dalam kota. Bahkan jika mereka terbunuh, itu tetap lebih baik dibandingkan dengan mati sesak oleh asap kebakaran. Cara mati seperti itu benar-benar sebuah penyiksaan.     

Di dunia ini, tidak semua orang bisa bersikap gagah berani di hadapan kematian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.